Tante Lendir - Seorang Dokter disalah satu rumah sakit jiwa di daerah semarang, tergoda oleh kecantikan dan tubuh montok dari pasien barunya yang terkena gangguan jiwa/mental. Ingin Tahu kelanjutanya para pembaca ??? langsung saja simak cerita dibawah ini !!!
Hey all, perkenalkan nama aku Anggoro, aku adalah seorang laki-laki lajang yang sudah beruisa 30 tahun. Aku berasal dari di sebuah desa di lereng Gunung Merapi Jawa Tengah, Tepatnya aku berasal dari Muntilan. Aku terlahir dari keluarga petani sukses, yang bisa dikatakan keluargaku adalah keluarga terpandang didesaku. Saya bisa bicara seperti ini karena orang tuaku adalah pemilik tanah paling banyak di Muntilan.
Singkat cerita setelah aku menyelesaikan pendidikanku di SMA, aku-pun meneruskan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi di universitas kedokteran terkenal di semarang. Aku mempunyai cita-cita untuk mengabdikan hidupku membantu orang lain, terutama kepada penduduk di desa dimana aku tinggal . Singkat cerita setelah 4 setengah tahun, pada akhirnya aku menyelesaikan pendidikanku.
Tidak sia-sia aku menjalani pendidikanku, walaupun aku menyelesaikan pendidikanku agak telat, namun pada akhirnya aku bisa lulus dengan nilai yang memuaskan. Dengan nilaiku yang memuaskan itu, sehingga aku dapat dengan mudah mendapatkan pekerjaan yang seperti aku harapkan. Aku sudah bekerja 2 tahun sejak aku lulus dari sekolah kedokteran itu.
Aku bekerja di sebuah rumah sakit swasta yang bisa dibilang rumah sakit elit dan high class di Semarang. Saat aku magang disalah satu rumah sakit di semarang, aku mendapat peringkat mahasiswa teladan ke 3 dirumah sakit itu, sehinggga setelah lulus aku rekomendasikan untuk menjadi staff non permanen. Meskipun sebagai staff non permanen aku sangat bersyukur sekali pada saat itu.
Kira-kira setelah 2 tahun kemudian, aku diangkat juga menjadi PNS. Saat itu sebenarnya aku agak menyesal, karena aku ditempatkan di sebuah rumah sakit jiwa dan pengangkatanku sebagai skeptisisme di rumah sakit jiwa yang lokasinya juga ada di daerah Semarang. Pada awalnya aku bingung, aku harus melakukan apa dengan orang-orang yang menderita gangguan jiwa dirumah sakit itu.
Awalnya aku berfikir jika aku berada disana, bisa-bisa aku terganggu jiwaku seperti pasien-pasien dirumah sakit itu. Singkat cerita pada akhirnya akupun bisa menikmati pekerjaanku itu, aku bekerja dengan penuh tanggung jawab dan penuh dengan loyalitas. Saat itu pada hari rabu kebetulan aku mendapat shift siang, aku bekerja 24 jam seperti dokter-dokter lainya yang bekerja dirumah sakit jiwa itu. Saat itu tidak terasa sudah hari kamis.
Pada pukul 09.00 pagi, terdengar telepon berdering, secara spontan akupun mengangkat telefon itu. Setelah aku menangkat telefon itu, ternyata ada permintaan dari seseorang yang meminta pihak rumah sakit untuk menjemput pasien yang diduga menderita gangguan mental/jiwa. Penelefon tadi menerangkan bahwa pihak kepolisian meminta pihak rumah sakit untuk menenangkan dan membawa peralatan untuk membius pasien tersebut.
Setelah beberapa waktu kemudian aku dan rekan kerjaku yang bernama David bergegas berangkat ke lokasi di sebuah desa di kabupaten semarang. Dari informasi yang kami terima, calon pasien gangguan jiwa itu adalah seorang wanita muda berumur 23 tahun. Nama pasien itu adalah Anita, dia menderita gangguan jiwa diduga karena telah diambil keperawanannya dan ditinggalkan oleh pacarnya.
Setelah bererapa waktu, pada akhirnya kamipun sampai ketempat tujuan. Disana kami disambut oleh isak tangis dari keluarga pasien. Dari kesaksian petugas polisi dan keluarga pasien, Anita memiliki hubungan dengan seorang laki-laki bernama Danang. Pacar Anita sekarang menghilang dan pergi setelah berhasil memperawani putrinya. Kejadian itu membuat Anita trauma yang diderita hingga gini.
Anita ini adalah seorang wanita muda berkulit putih, bertubuh sekal namun sexy. jujur saja, saat pertama kali aku melihatnya aku sangat terpukau. Dalam hatiku berkata, bisa-bisanya wanita secantik ini mentalnya terganggu gara-gara seorang lelaki. Saat itu aku terus memandanginya. Ditengah lamunanku, tiba-tiba seorang ibu membuyarkankan lamunan dan pandanganku kepada Anita,
“ Pak dokter, tolonglah anak kami pak, tolong sembuhkan anak kami ”, ucap seorang ibu diikuti dengan isak tangis yang mendalam.
“ Iya bu, ibu tenang saja, semaksimal mungkin saya akan mencoba menyembukan anak ibu ”, ucapku memeberi harapan.
Kemudian akupun melakukan pengamatan, aku dan salah rekan kerjaku David memutuskan untuk memberikan obat penenang dengan memberikan suntikan penenang untuk Anita untuk kenyamanan perjalanan kami nanti kerumah sakit. Setelah mendapatkan persetujuan dari pihak keluarga, kamipun segera mempersiapkan tindakan yang akan kami lakukan. Dengan segera aku menarik satu ampul deazepamp dan spetnya sementara David dengan senyum ramah mendekati Anita yang sedang memeluk bantal, dan berkata pada David,
“ Cepat kesini Danang sayang aku kangen sekali sama kamu ”, ucap Anita menganggap David seolah seperti Danang.
Saat itu hanya tersenyum saja sembari mendekati Anita. Setelah sampai disamping Anita, David pun mulai beraksi dan menarik tangan kanan Anita untuk untuk memberi ruang untuku agar bisa menyuntikkan obat penenang kepada Anita. Setelah tersuntik, kira-kira 20 detik kemudian Anita berupaya berontak, percuma saja anita berontak, karena saat itu juga Anita mulai melemas akibat suntikan penenang.
Setelah Anita tertidur, kami berduapun membawa tubuh Anita yang sudah lemas ke mobil ekspedisi khusus bagi para penderita gangguan jiwa. Kami membaringkan Anita di belakang kendaraan dan kami mengunci pintu dari luar. Lalu aku bertanya ke pihak keluarganya,
“ Mohon maaf pak/buk adakah yang akan mendampingi Anita kerumah sakit jiwa ? ”, tanyaku ketika kami akan meninggalkan rumah Anita.
“ Saya dan kelurga akan mendapingi Pak, tapi kami menggunakan mobil saya sendiri saja, karena sore hari kami harus kembali ke rumah ”, ucap ayah Anita.
“ Baiklah jika begitu pak ”, jawabku.
Tidak lama kemudian mobil kami dan rombongan kelurga pasien berjalan beriringan dengan mobil kami berada di posisi memimpin. Dalam perjalanan sesekali aku harus mengontrol kondisi Anita, karena aku takut jika obat penenang yang kami berikan berkurang, walaupun sebenarnya obat itu bertahan untuk lima jam. Saat itu ketika aku kontrol, aku tersadar ternyata Anita ini adalah gadis yang benar-benar cantik.
Rambut lurus sebahu, tinggi tidak kurang kira-kira 163 cm ditambah lagi tubuh montoknya terlihat sangat menggoda ketika dia tidak tersadar. Kemudian akupun berkata kepada partner kerjaku,
“ Vid, pasien ini lumayan cantik dan sexy yah ”, ucapku kepada David ketika dia sibuk mengendalikan mobil.
“ Benar sekali Dok, tapi sayangnya dia gila ya Dok, hhe… ”, jawabnya sembari tertawa kecil.
Percakapan kecil kamipun sekedar segitu saja. Saat itu aku menikmati wajah cantik Anita, ingin sekali rasanya aku meremas payudara montok yang menonjol dari kemeja yang dikenakan Anita itu. Dalam pikiranku saat itu, “ mobil ini tepat sekali, tidak ada jendela, jadi jika aku berbuat apapun tidak ada seorangpun yang akan melihat perbuatanku kepada Anita”.
Saat itu David pasti hanya Fokus pada kemudi mobil, pikirku. Lalu akupun memulai dengan iseng meraba payudara yang terlihat menantang dibalik kemeja ketat Anita. Karena aku tahu dia tidak sadarkan diri, maka akupun dengan berani mulai menjelajahi kewanitaan anita yang masih terbungkus celana jeans hitam. Saat itu hanya kepala dan tubuh Anita yang bergoyang-goyang akibat gerakan mobil.
Saat itu Anita sama sekali tidak berdaya, hal itu membuatku semakin tidak mampu menahan diri. Akupun merubah posisi tangan Anita yang tadi diikat dan diletakan pada atas perutnya, kini aku ubah menjadi terikat ke sebuah kait besi di dalam mobil dengan posisi tangannya terikat diatas kepalanya. Hal itu membuat kemeja putih Anita terangakat dan terlihatlah sepasang payudara montok dari balik kemejanya.
Akupun tidak membuang waktu, aku hisaplah putting Anita, dan akupun bermain dengan penuh nafsu gairah yang tidak terkendali lagi. Saat itu Anita tetap tertidur di bawah pengaruh obat penenang. Mulailah aku melepas satu persatu secara perlahan pakaianya, dan dengan hati-hati aku menjatuhkan pakainnya. Nampaklah kewanitaan yang begitu indah dengan bulu lembut menghiasinya.
Mulailah kujilati dan kuhisap klitoritsnya. Setelah puas bermain di kewanitaanya tidak lupa aku menempatkan kedua tanganku untuk memainkan puting Anita yang berwarna kemerahan yang kini mulai agak mengeras. Sedikit erangan keluar dari mulut Anita,
“ Eughhhhh… ”.
Sejenak aku merasa agak takut oleh tindakanku ini,namun aku teringat oleh kesaksian orang tua dan polisi kalau Anita ini sudah tidak perawan lagi. Jadi akupun meneruskan kuturuti jiwaku yang sekarang sudah tidak terkendali lagi ini. Mulailah kubuka celana seragamku dan aku mulai mengeluarkan batang kejantananku yang kini telah mengeras.
Kemudian aku mengangkat sedikit tubuh Anita, sehingga saat itu kepalanya mendongak, dan mulutnya saat itu terbuka. Karena melihat mulut Anita terbuka akupun memasukan penisku ke dalam mulut Anita, sehingga akupun bisa merasakan kuluman pasif dari mulut Anita. Masih dengan tidak sadarkan diri mata Anita yang masih tertutup, aku terus menikmati tubuh Anita.
Setelah puas melakukan dengan hal tadi, sekarang akupun mulai mengambil posisi dengan mengsejajarkan tubuhku dengan tubuh Anita. Kemudian akupun mulai mengarahkan kejantananku pada kewanitaan anita. Dengan perlahan mulai aku mendorong batang kejantananku yang telah kubasahi dengan air liurku agar menjadi pelumas dan memudahkan memasukan kejantananku pada kewanitaan Anita.
Awalnya memang agak sulit, mungkin kewanitaan Anita hanya beberapa kali saja terjamah oleh kejantanan seorang lelaki. Oughhh… Anita melenguh dengan kepala sedikit terangkat, dan terjatuh lagi. Aku menarik kembali kejantananku dan mendorongnya dengan tekanan kuat. Secara konstan aku mencoba menembus kewanitaan Anita yang masih sempit sekali, meskipun sudah tidak perawan.
Pada akhirnya aku bisa menembus kewanitaannya,
“ Blezzz… Ahhhh…. ”, erangku ketika aku telah menembus kewanitaan Anita.
Dengan penuh birahi, aku menggenjot kewanitaan Anita dengan kejantananku. Hal itu terus kulakukan secara konstan dan hati-hati agar tifak ketahuan oleh David. Tidak lupa pula sembari terus meyetubuhi Anita, aku menjilati dalam keadaan tidak sadarkan diri. Aku sungguh menikmati Kewanitaan Anita yang nikmatnya melebihi seorang perawan.
Setelah kurang lebih 15 menit aku menyetubuhi anita, pada akhirnya mencapai orgasmeku, dan
“ Aghhhhhhhhh…. Cruttt… Cruttt… Cruttt… ”
Tersemburlah seluruh Air maniku di atas tubuh Anita masih terbaring tidak berdaya akibat obat penenang tadi. Sungguh aku merasa puas dengan pasien gangguan jiwa yang cantik sexy itu. Singkat cerita, setelah saya kembali memakaikan pakaian Anita seperti semula, aku mengusap tubuhnya dengan alkohol cair agar bau Air mani yang tertumpah diatas perut anita tadi hilang.
Setelah itu akupun kembali kekursi depan lagi, dan pura-pura tidak terjadi apa-apa didepan David. David pun tidak menanyakan apapun padaku dan kamipun terus melanjutkan perjalanan kami ke rumah saki jiwa. Selesai
EmoticonEmoticon