Sabtu, 20 Mei 2017

Menikmati Body Sekretaris Pribadi


Menikmati Body Sekretaris Pribadi

Tante Lendir - Cerita Seks Bersama Sekretarisku yang cantik ini sebenarnya bisa dibilang sebagai sebuah perselingkuhan karena aku saat ini sudah beristri dan memiliki seorang putra, kejadian ini berlangsung saat perusahaanku mengadakan acara liburan untuk karyawan, acara ini selalu rutin dilakukan untuk menambah gairah kerja para karyawanku. Karena aku boss di perusahaan tersebut aku harus ikut, sedangkan istriku pada saat itu sedang ada halangan katanya sih ada urusan keluarga. Jadi aku memutuskan untuk pergi sendiri.

aku mempunyai sekretaris Poppy namanya, aku merasa bahwa aku harus memilikinya. Kalau di kantor dia selalu mencoba bertingkah genit dari kerling matanya itu atau dari caranya berpakaian, dari situ aku tahu kalau dia suka padaku. Seperti biasanya aku pulang memang agak sore, Poppy sudah gelisah ingin pamit pulang tapi aku masih saja berkutat dengan laporanku.

“Poppy kalo udah mau pulang duluan aja, nggak pa-pa kok, sekarang udah jam 5 lewat 20, entar ketinggalan kereta lho lagian udah mendung kalo hujan kan entar kebasahan”, kataku sembari tersenyum.

“Iya Pak”, sembari berkemas dan secara tak sengaja pulpennya jatuh dan dia memungutnya, otomatis dari posisi duduk dia berputar, roknya tersingkap dan secara tak sengaja aku melihatnya, wah memang benar terawat sampai ke ujung pahanya begitu pula dengan dengan segitiganya yang berwarna putih. Sembari memungut pulpen dia nunduk dan serta merta dia menutup bajunya yang otomatis terlihat kalau nunduk.

“Sar, lain kali pake bajunya yang ketutup aja biar nggak repot”, kataku.

“Nggak enak Pak, aku justru nggak seneng pake baju yang kerahnya terlalu tertutup”, katanya sembari tersenyum, karena dia tahu maksudku bicara seperti itu. Tak lama kemudian Poppy pergi, dan aku terus bekerja.

Poppy memang betul-betul merupakan wanita ideal di benakku. Ia berbadan tinggi, dengan pinggul yang indah dan bokong menjungkit seperti penari Bali. aku ingat pengalaman pertama bercinta dengannya. Dan kesempatan pun tiba pada acara tahunan tersebut, saat acara sudah hampir selesai, kuajak Poppy keluar dari ruangan itu.

“Sar, temenin Bapak keluar jalan-jalan yuk?” Ajakku.

“Iya Pak, Poppy juga sudah sumpek di sini sejak tadi sore”, jawab Poppy.

Kami pun keluar dengan mobilku, tak terasa sudah jam 1.00 malam. Kita pun kembali ke Villa perusahaan.

Setelah tiba, aku memberanikan diri menggandeng seketarisku yang genit itu, kita menyusuri lorong kamar-kamar karyawan. Dan akhirnya tiba di depan pintu kamar Poppy.

“Pak, malam ini mau nggak bapak nemanin aku.. soalnya Poppy takut kalau tidur sendirian”, kata Poppy.

“Tapi kamu kan bisa minta ditemanin sama karyawan cewek yang lain”, jawabku, tapi dalem hatiku berharap agar Poppy memaksaku untuk menemaninya malam ini, yang sebenarnya sangat kuharap-harapkan.

“Mana ada yang mau Pak? Orang sudah pada tidur semua, lagipula mereka kan sudah ada yang menemani malam ini”, desak Poppy.
Memang sih pada acara tahunan kali ini karyawan wanita yang masih single dan ikut ke acara tersebut hanya Poppy, sedangkan karyawan yang lain sudah membawa pasangannya sendiri-sendiri.

“Tapi nanti jam 7.00 pagi kamu bangunin Bapak yah. Soalnya kalau ketahuan karyawan yang lain kan nggak enak kita, apalagi bapak kan atasan mereka”, jawabku.

akupun masuk mengikuti Poppy, tapi sebelumnya aku minta izin pada Poppy untuk ganti baju tidur dulu di kamarku. Pertama kali sangat canggung dan hanya berbincang-bincang saja di kamar. Ketika tiba saat untuk tidur, aku bermaksud tidur di sofa. aku merasa harus menghargainya, toh kami belum menikah. Namun ia menarikku ke tempat tidur.

“Kita tidur pelukan boleh kan Pak, asal nggak lebih dari itu”, katanya manja.

Aku menuruti kemauannya dengan kikuk. Beberapa menit kami berbaring diam dalem satu selimut. Poppy hanya mengenakan t-shirt tipis dan kain sarung, begitu juga aku. Saat kulit kami bersentuhan, jantungku berdesir. Tanpa terasa pipi kami saling menempel. Udara dingin membuat ia mengetatkan pelukannya dan akhirnya bibir kami saling berpagut. Awalnya sangat canggung, namun tak lama gerakan kami menjadi lebih luwes dan lidah kami pun saling bergulung. Ciuman yang ketat membuatku kehilangan kendali, lalu tanganku menjadi liar meraba ke buah dadanya. Nafas Poppy pun semakin memburu.

Lalu aku berusaha melucuti t-shirtnya. Poppy tak menolak, bahkan tangannya juga berusaha melucuti bajuku. dengan satu sentakan kutarik BH-nya sehingga kulihat badannya yang indah itu hanya berbalut celana dalem tipis. aku menikmati beberapa saat pemandangan itu, Poppy yang berbaring telentang, dengan pandangan mata yang sulit kulupakan. Lalu kucium lagi bibirnya perlahan. Poppy mengerang perlahan, “Ooohhh..”, bibirnya setengah terbuka dan basah sangat membuatku terangsang. Lalu tanganku mulai bermain di buah dadanya, membuat ia makin menggelinjang.

Ketika tanganku kuturunkan hingga mencapai gundukan kewanitaannya dan bibirku meluncur mengulum puting susunya, tiba-tiba ia mendorongku dengan keras. Lalu tangannya bergerak cepat menarik celanaku sembari berdesah, “Pak, buka celananya..” dengan satu gerakan aku melepas celana dalem, dan ia melakukan hal yang sama. Kini dapat kulihat badan indah itu tanpa penghalang apapun.

Poppy menarikku ke dalem pelukannya dan kami kembali bercumbu dengan hangatnya. aku menyisir seluruh badannya dengan bibirku. Mulai dari ubun-ubunnya, turun ke bibirnya, lalu ke lehernya yang jenjang. Poppy berbaring telentang dengan kedua pahanya yang putih dibuka lebar, sementara aku menindih dan mengulum bibir dan lehernya, gagang kemaluanku yang telah keras dan liang senggamanya yang terasa basah tanpa sengaja bersentuhan.

Betapa nikmatnya. Lalu aku mulai menyisir ke buah dadanya dan mulai mengulum puting buah dadanya yang mengeras. aku jilati puting susunya dan melingkari areolanya, membuat Poppy menggelinjang dengan hebat sembari merintih keras,

“Aduh.. nikmat.. Pak.. teruss.. ooohh..” Karena posisiku agak merendah ke bawah maka aku dapat merasakan kehangatan liang kewanitaannya yang basah di perutku.

Poppy terus merintih sembari sesekali pahanya yang jenjang menghentak naik turun di atas pinggangku, sementara pelukannya semakin erat. Lalu ia menarik badanku ke atas hingga bibir kami kembali berpagut. Sembari tersengal ia mendesah dengan penuh birahi,

“Pak, Poppy pingin disentuh dengan punya bapak..” aku mengerti yang ia inginkan. aku lalu mulai menggesek-gesekkan gagang kemaluanku ke liang kenikmatannya. Liang senggamanya terasa makin membanjir dan terbuka. aku terus menggesek dan menyibak labia mayoranya dan merasakan klitorisnya yang semakin membengkak. Poppy menggoyangkan pinggulnya dengan kencang sembari merintih,

“Teruus.. Pak.. nik.. matt…, ooohhh..” Tangannya memeluk kencang di bahuku dan kukunya membenam di kulitku hingga membuatku sedikit perih. Namun rasa perih itu terkalahkan oleh buaian kenikmatan yang luar biasa. Gerakan itu semakin kencang dan aku sudah tak tahan untuk segera memasuki badannya.

aku berhenti menggesek klitorisnya dan mulai mencari jalan untuk memasuki lobang kemaluannya yang sudah banjir oleh cairan kewanitaannya. aku menatap Poppy sebentar dan menemukan hasrat yang sama di matanya. dengan perlahan tangannya membimbingku memasuki lobang kenikmatannya. dengan satu dorongan pelan aku mulai memasuki badannya, sedikit demi sedikit. aku tahu ia sedikit kesakitan, karena ini pertama kali baginya, namun kebasahannya sangat membantu gagang kemaluanku menemukan jalannya.

Ketika gagang kemaluanku hampir separuh masuk dalem liang kenikmatannya, tangannya memelukku dengan amat keras dan badannya bergetar hebat. aku merasakan cairan lebih banyak lagi membanjiri kemaluannya dan dengan satu dorongan aku menusuk hingga bagian terdalem dari kemaluannya. Badannya menggigil dan mulutnya meracau,

“Eeeenak.. Pak.. ooohh.. tekan yang.. dalaam.. ooohh..” ketika aku mulai menggerakkan gagang kemaluanku naik turun. Pada setiap gerakan menusuk aku menekan dengan begitu dalem. Poppy menggoyangkan pinggulnya, kedua kakinya menjepit pinggulku begitu keras.

Aku akhirnya tak tahan lagi dan merasa sudah hampir tiba waktunya. Pada gerakanku yang terakhir, aku merasakan seluruh badannya menggeletar, menyambut spermaku yang memenuhi rongga kewanitaannya saat ejakulasi. Kukunya makin dalem terbenam di punggungku dalem satu pelukan yang ketat dan badan kami sama-sama menggeletar. Untuk beberapa saat hanya kenikmatan tiada tara yang kami rasakan dan entah berapa lama kami terus berpelukan menikmati keindahan itu dengan mata terpejam, dengan gagang kemaluanku tetap kubiarkan di dalem liang kenikmatannya.

Ketika getar-getar keindahan itu akhirnya harus berakhir, aku membuka mata dan melihat Poppy yang masih tetap terpejam dengan wajahnya yang penuh keringat. Betapa cantiknya melihat dia dalem keadaan sesudah orgasme. Lalu ia membuka matanya dan tersenyum lembut melihatku sedang memandanginya. Kucium lembut bibirnya dan kami berbaring berpelukan. Kami tahu malam masih panjang dan kami tak akan menyia-nyiakan kesempatan indah itu untuk menikmatinya bersama-sama.

Itulah kisah perselingkuhanku dengan Poppy, sekretarisku yang cantik dan genit dan acara kucing-kucingan itu berlangsung hingga kini.

Setelah acara selesai aku pulang ke rumah dan mendengar suara atau hal-hal yang tak enak dari para tetangga tentang istriku. Tapi aku saat itu belum mau percaya begitu saja dengan cerita jelek yang beredar di daerahku itu, sampai sahabatku sendiri yang mengatakannya padaku. Barulah aku mempercayai cerita tersebut.

Selama tiga hari aku tak mau bicara dengan istriku, sikapnya padaku yang kurasakan sepertinya agak beda semenjak aku datang dari acara tahunan yang diadakan perusahaanku itu.

“yang.. kamu kenapa sih?” kenapa kamu diam saja.. kenapa kamu diamkan aku? Apa salahku?” Tanya Olivia, istriku pura-pura tak mengerti duduk persoalannya.

Ditanya seperti itu aku masih tetap diam tak mau bicara, sikap Olivia semakin merajuk saja. Dia mencoba untuk melemahkan emosi jiwaku, Olivia memang paling pandai dalem hal menundukkan emosiku. Sehingga aku selalu saja kalah olehnya, apakah karena aku terlalu mencintainya? sehingga diriku begitu lemah terhadapnya.

“Jika Yayang selalu diam begini, aku sebaiknya pergi saja dari rumah ini! Percuma punya suami juga, selalu mendiamkan aku tanpa tahu persoalannya!” kata Olivia dengan suara yang ketus dan tajam. aku kaget dengan kata-katanya itu, maka kutarik lengannya ketika dia hendak melangkah keluar.

“Katakan! Siapa lelaki yang pernah ke mari sewaktu aku sedang di luar kota kemarin?!” tanyaku sembari mencengkeram lengannya lebih erat lagi.

“Siapa yang Yayang maksud? aku benar-benar tak mengerti?” ujarnya mencoba mengelak.

“Jangan pura-pura lagi, Olivia! aku sudah tahu semuanya. Sewaktu aku tak ada, rumah ini kedatangan tamu kan?” gertakku.

“Memang benar yang, Tapi mereka itu teman Mamaku. Lagi pula, nggak mungkin aku berani mengkhianati kamu yang!” ujar Olivia sembari matanya melotot tajam ke arahku.

“Kamu berani untuk di sumpah?” tanyaku lagi.

“aku berani di sumpah dengan cara apa saja, yang! Karena aku tak merasa bersalah!”

Kata-katanya cukup tandas dan tajam. Dia seolah-olah tak menerima kutuduh begitu, aku sendiri akhirnya tak bisa berbuat banyak. Karena menuduh tanpa bukti itu sama halnya dengan memfitnah, lagi pula setelah aku pikir apapun yang dilakukan istriku ini tak mungkin kalau Olivia berani berbuat seperti itu kecuali semua ini memang kelakuan dari mertuaku itu. Apalagi saat itu Olivia menangis pilu dan aku merasa tak tega melihatnya sebab bagaimanapun juga aku masih begitu mencintainya.

“Maafkan aku Sayang. aku telah menuduh yang tak-tak padamu, aku percaya kok kalau kamu masih mencintaiku dan setia padaku”, Kataku sembari memeluk badan istriku dengan lembut dan mesra. Dan suasana yang tadinya tegang telah berubah menjadi suasana yang begitu romantis, apalagi aku sudah lama tak merasakan cumbuan permainannya, dan saat itu Olivia istriku begitu erat mendekapku seakan tak mau terpisah dariku lagi. Kurebahkan badan istriku di atas ranjang, kubiarkan dia terbaring dengan bebas.

aku berdiri sejenak memandanginya, ada getar aneh menjalari sekujur badanku saat itu. Olivia tersenyum penuh arti padaku, dia memang mengerti apa yang aku butuhkan saat ini. Benar-benar menggairahkan dan penuh daya tarik tersendiri badan istriku. Ia begitu menantang dan pasrah. Buah dadanya yang masih dilapisi gaun tidur itu membusung, laksana bukit salju yang lembut, kulitnya bersih dan mulus. Pinggulnya padat dan berisi. Kedua pahanya juga putih, laksana kain sutra kalau di sentuh. Segera saja aku melepaskan semua pakaianku dan langsung naik ke atas ranjang. Rasanya saat itu kami seperti berada di malam pengantin saja, begitu mesra dan romantis.

Kemudian aku duduk di pinggir kasur sembari mendekap badan istriku. Sungguh lembut badan mungil istriku. Kupeluk dengan gemas sembari kulumat mesra bibir ranumnya. Tanganku meraba seluruh badannya. Sembari memegang puting susunya, kuremas-remas buah dada yang kenyal itu. Kuusap-usap dan kuremas-remas. Nafsuku terangsang semakin hebat. Gagang kemaluanku menyentuh pinggang istriku. Kudekatkan gagang kemaluanku ke tangan istriku. Digenggamnya gagang kemaluanku erat-erat lalu diusap-usapnya. Tanganku terus mengusap perutnya hingga ke celah selangkangannya. Terasa berlendir basah di kemaluannya. aku beralih dengan posisi 69.

Aku mulai mendekap badannya sehingga seluruh badannya menekan badanku, dan Olivia mengarahkan liang kewanitaannya yang terbuka ke wajahku. Dapat kulihat liang kewanitaannya yang kemerahan yang tak dihiasi oleh sehelai bulupun, bersih. Olivia menaikkan bokongnya sedikit, sehingga makin jelas terlihat liang kewanitaannya, aku tahu maksudnya dengan perlahan kutempelkan wajahku ke liang kewanitaannya, kuciumi bibir luarnya, dia sedikit menggelinjang tapi tetap menghisap dan menjilat gagang kemaluanku, dapat kuhirup aroma yang keluar dari liang kewanitaannya tersebut bau yang khas.

aku jilati seputar bibir luarnya, Olivia semakin melengkungkan badannya ke belakang, sehingga terbenamlah wajahku di liang kewanitaannya. aku mengatur nafas, kubuka bibir luarnya dengan jari tanganku, kumasukkan lidahku ke dalem liang kewanitaannya dan kumainkan lidahku di dalemnya, Olivia menggelinjang kuat,

“Eeeggghh.. shhh.. aaachh.. terusin yang”. Kukecup dan kutarik klitorisnya dengan lidah dan bibirku, dapat kurasakan cairan wanitanya sudah mulai membasahi liang kewanitaannya, Olivia mengejang saat kuhisap liang kewanitaannya yang sudah basah. Kujilat bibir kemaluannya dan kupilin-pilin klitorisnya.

“Ohhh.. arggghh.. ohhh.. terusin yang.. ohhh.. arggghh”. Dan aku merasakan gagang kemaluanku digigit dengan kedua bibirnya.

“Eeggghh.. sshhh… Sayang”. aku pun menggeliat, Olivia melepaskan gagang kemaluanku dari mulutnya, mengangkat dan memutar badannya, menciumi bibirku dengan panas dan nafas terengah-engah.

Kemudian Olivia jongkok menghadapku persis di atas gagang kemaluanku yang terlihat mengkilap basah, dipegangnya gagang kemaluanku dan Olivia mulai menurunkan posisi jongkoknya dengan menuntun gagang kemaluanku masuk perlahan ke dalem liang kewanitaannya,

“Bleesss..”

“Aaahhh.. ggghh!” kami berdua bersamaan mengerang. Olivia mulai menggerakkan pinggulnya naik turun, liang kewanitaannya sangat banyak berair, sampai berbunyi,

“Plok.. plok.. cipak.. plok..” sesekali dia menggelinjang dan meletakkan tangannya ke belakang memegang kedua pahaku, diputarnya pinggulnya ke kiri dan ke kanan, kali ini giliranku yang menggeliat, kutarik tangannya ke bawah sehingga dia terkelungkup kuciumi bibirnya dengan hangat Olivia membalas, kupeluk badannya dan Olivia sekali lagi memutar-mutar pinggulnya.

“Shhh.. gghhh..” aku kembali mengerang.

“Enak, yang..” bisiknya. aku tak menjawab dan langsung kuciumi bibirnya sementara tanganku mencoba untuk melepaskan gaun tidurnya, Olivia membantuku, dia bangun dan melepaskannya. Kulihat buah dadanya, aku mulai merabanya, meremasnya, kuhisap puting buah dada kanannya.

”Ohhh.. arghah.. aaah.. ahhh.. oh yang terusin.. ohhh.. aghhh..” Olivia mendesah dan mempercepat gerakan pinggulnya naik turun kiri kanan. Puting buah dadanya yang merekah itu kujilat berulangkali sembari kugigit perlahan-lahan. Puting susunya terlihat berair karena liur hisapanku tadi.

Kuperkuat remasanku di buah dadanya, Olivia merebahkan badannya dengan tetap menggerakkan pinggulnya dan kubalas dengan gerakan menusuk dari bawah.

“Aaahh.. yang.. terusin, yang.. shshsh…” desah Olivia menggeliat. aku tak peduli, kujilati dan kugigit putingnya yang sudah dekat dengan wajahku, Olivia kembali mendesah dengan cepat mengikuti irama goyangan pinggulnya dan tusukan gagang kemaluanku, “Aaahhh… ahhh… eeghh…” aku merasakan ada sesuatu yang siap keluar dari dalem gagang kemaluanku, kupercepat gerakan gagang kemaluanku dalem liang kewanitaannya, badan Olivia mulai mengejang kuat seiring kubangunkan badannya sembari meremas kedua buah dadanya.

Olivia juga mempercepat gerakan pinggulnya, sementara aku merasakan bahwa air maniku sudah tak tertahankan lagi, dengan hitungan sepersekian detik, kulepaskan gagang kemaluanku dari dalem liang kewanitaannya. Olivia kaget dan keluarlah cipratan pertama yang diiringi oleh luberan air maniku yang selama hampir dua minggu kupendam.

Olivia terperangah, kemudian dia mencubit perutku.

“Kok, nggak bilang-bilang?!” aku tersenyum malu, kemudian dia menguatkan cubitannya.

“aku kan juga hampir sampai, kenapa nggak dikeluarin di dalem aja?” dengan tampang innocent, aku meringis menahan sakit,

“Sorry yang katanya kamu lagi KB…” jawabku enteng sembari membersihkan sisa-sisa air mani dari badanku.

Olivia mulai memperlihatkan cemberutnya ketika dia melihat juniorku yang lunglai. aku melirik ke arah jam dinding dan tersenyum sembari merebahkan kepalaku ke bantal yang empuk, Olivia keheranan tapi kembali cemberut.

“Curang.. mentang-mentang udah enak trus nyantai gitu, aku gimana dong? masih tanggung nih!” dengan nada kesal-kesal manja.

Kemudian kutarik badannya untuk rebahan di sebelahku. Kuambil tangannya lalu kebelaikan perlahan di sekitar daerah gagang kemaluanku, mulai dari paha, memutar ke bagian bawah perut sembari memainkan bulu kemaluanku, ke paha sebelahnya, kemudian kedua biji pelirku, gagang kemaluanku dan balik lagi ke paha yang pertama. Olivia heran tapi setelah dua kali kuulang kulepas tanganku dan dia mulai memainkan tangannya sendiri mengikuti gerakan yang baru saja kuajarkan.

Tak beberapa lama gagang kemaluanku mulai bergerak dan semakin halus gerakan tangan Olivia, gagang kemaluanku juga semakin menegang. Olivia melemparkan senyum nakalnya padaku, aku balas senyumannya dan Olivia terlihat kembali bersemangat ketika melihat gagang kemaluanku sudah berdiri tegak, dia bangkit dari rebahannya dan mulai menggenggam gagang kemaluanku, diusap-usapnya perlahan dan semakin lama semakin kuat.

“Cihuuii!” teriakan kecilnya membuatku tertawa.

Olivia mulai bangun dan bersiap untuk menaiki badanku lagi, tetapi aku cepat-cepat menghadangnya dengan membangunkan badanku dan menghempaskan badannya ke kasur, Olivia kembali keheranan tapi tak lama kemudian ia tersenyum begitu aku meregangkan kedua kakinya dan mulai meraba daerah liang kewanitaannya yang tak dihiasi selembar bulu.

“Sudah siap ronde kedua?” tanyaku sembari mengambil posisi di hadapannya, belum sempat Olivia menganggukkan kepalanya, kepala gagang kemaluanku sudah menusuk liang kewanitaannya.

“Eghkhkshsh..!” Olivia mendesah berat dan badannya menggelinjang hebat. Kubenamkan terus gagang kemaluanku sampai habis ke dalem liang kewanitaannya, Olivia terus menggelinjang.

“Shshsh.. terushin.. yang..” desahnya. Kutarik gagang kemaluanku keluar sampai habis dan kubenamkan lagi ke dalem liang kewanitaannya dengan cepat, Olivia terbelalak, “Aakkkhh…” kali ini suaranya tak tertahankan.

Sayup-sayup kudengar suara wanita cekikikan dari luar kamar tapi tak kuperdulikan. Kembali kutarik gagang kemaluanku dan kubenamkan lagi, lalu kukocokkan gagang kemaluanku keluar masuk di dalem liang kewanitaannya yang mulai melebar dan basah, nafas Olivia mulai terengah-engah mengikuti gerakan gagang kemaluanku.

“Enaak.. lagii.. masukin semuaa.. tekan dong.. bagian kiri yang ditekan… aahh… laaggii.. tekann.. ahh…” dengan mata merem melek keasyikan, selang beberapa lama kutarik gagang kemaluanku keluar dan kuangkat kedua kakinya ke atas dan kusandarkan di dadaku, Olivia membuka matanya yang terpejam. Belum sempat ia berpikir, kembali kubenamkan gagang kemaluanku ke dalem liang kewanitaannya yang menyempit.

“Aaakkhh.. shhh…” aku menyeringai sementara Olivia mendesiskan nafasnya seperti menahan sakit, tapi tak lama nafasnya kembali terengah seiring kocokan gagang kemaluanku dalem liang kewanitaannya.

Kembali kudengar suara wanita cekikikan, tapi aku tetap tak perduli. aku masih tetap mempertahankan irama kocokan gagang kemaluanku, tak beberapa lama kupalingkan penglihatankan ke jendela kamar yang mengarah ke balkon luar, walau tertutup tirai tapi aku dapat melihat bayangan kepala orang di luar sana. aku terkaget. “Gila! ternyata permainan seks-ku dengan Olivia diintip mertuaku sendiri”, pikirku dalem hati. Perasaan kaget coba kuhilangkan dengan menarik gagang kemaluanku dan membalikkan badan Olivia yang mulai terasa berat kelelahan.

Aku bangun dari tempat tidur dan kutarik pinggulnya ke atas, Olivia menolehkan kepalanya ke belakang, aku meraba liang kewanitaannya yang sudah sangat basah, dia melemparkan senyum malasnya, tak lama kutuntun gagang kemaluanku ke liang kewanitaannya melalui daerah bokongnya yang tak begitu besar. Setelah merasakan pas di depan lobang kenikmatannya tanpa permisi kubenamkan gagang kemaluanku dalem-dalem sampai habis tak terlihat. “Eenggkk.. ssshh.. aakhkh !” kami sama-sama mendesah. Badan Olivia kembali menggelinjang hebat dan nyaris melepaskan gagang kemaluanku dari dalem liang kewanitaannya, kutahan pinggulnya dengan kedua tanganku, kupegang erat pinggulnya, dan tak lama kukocok gagang kemaluanku di dalem liang kewanitaannya keluar masuk, terdengar suara yang khas ketika bokongnya beradu dengan perutku. aku semakin menikmati permainan ini.

“Akh.. egkh.. sshsh.. aagkh..” nafas kami bersahutan mengikuti irama kocokan gagang kemaluanku, tapi suara Olivia mulai mengeras

“Eeggh.. .Aaakkkh.. teerrus yang.. teerruss…” kupercepat kocokan gagang kemaluanku sehingga menimbulkan suara gesekan perut dan bokong yang semakin cepat. Tak lama kemudian Olivia mendesah panjang,

“Ssshh.. aaakkhh.. eegghhm.. ohhh.. augh.. yang.. Olivia mau keeellluuaarrr…”. Tiba-tiba liang kewanitaannya seperti menghisap-hisap gagang kemaluanku dan akhirnya,

“Crooottt.. crotttt.. crotttt.. crot”

Aku bisa merasakan klimaksnya tapi aku tetap menusukkan gagang kemaluanku ke dalem liang kewanitaannya. Tangan Olivia kelihatan sudah tak dapat menahan badannya, kepalanya jatuh lunglai sesaat, dia menoleh ke belakang menatapku dan tersenyum manis seakan memberi tanda kepuasan. Kubalas senyumnya dan kuperlambat gerakan gagang kemaluanku dan Olivia mengikuti gerakan gagang kemaluanku dengan memutarkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan.

“Uuugh… eegkh…” aku menyeringai, gagang kemaluanku terasa sedikit ngilu.

“Kenapa, enak ya?” candanya sembari terus memutar pinggulnya perlahan sementara gagang kemaluanku yang masih tertancap dalem liang senggamanya yang sangat basah.

“Uugghmm.. sshhshh.. aaakgh..” Olivia mendesah keenakan menikmati permainannya sendiri. Rupanya ia ingin menikmati klimaksnya lebih lama dengan memutar-mutar gagang kemaluanku di dalem liang kenikmatannya yang sedikit melebar dan basah. Lalu kukecup bibirnya, ia pun membalasnya sembari berbisik,

“Kamu hebat deh yang…” Senyum manis menghiasi wajahnya yang bersemu merah, pertanda ia telah mengalami orgasme yang hebat. Kami pun tidur berdekapan sampai pagi.

Begitulah, kami sebenarnya hidup dalem rumah tangga yang rukun dan romantis. Namun karena pengaruh ibunya Olivia cukup besar, maka rumah tangga kami sering goncang. aku mencoba untuk dapat mempertahankan dan mengendalikan rumah tanggaku, berkali-kali aku bisa menyelamatkannya. Namun terpaan badai yang dihembuskan ibu mertuaku semakin kuat saja, sehingga aku tak mampu lagi untuk menahannya. Akhirnya Olivia mengajukan gugatan cerai padaku.

Setelah menjalani sidang perceraianku dengan istriku yang berjalan begitu lama, karena memang aku masih mencintainya dan berharap Olivia kembali ke pelukanku. Tapi apa dayaku karena kenyataannya tak seperti yang kuharapkan, setelah pembagian harta gono-gini. aku sekarang sebatang kara dalem mengarungi hidup ini, setelah Olivia yang selama ini menjadi istriku telah tiada lagi di sisiku.


EmoticonEmoticon