Tante Lendir - Saya adalah seorang perempuan yg sudah bersuami dan sudah memiliki seorang anak berusia 10 tahun, sebut saja nama saya Lisna. Saya bukanlah wanita yg berparas bidadari, walaupun begitu tdk dapat juga dikatakan jelek. Bahkan beberapa orang mengatakan saya menarik walaupun kulit saya tdk bisa dikatakan putih. Entah mereka yg saya kenal maupun selentingan dan kekaguman orang di luar sana. Baik yg mengungkapkan langsung maupun yg disampaikan melalui orang lain.
Saya adalah anak pertama dari sebuah keluarga yg berkecukupan walaupun tdk kaya raya. Ayah saya adalah seorang pengusaha yg cukup diperhitungkan dikampung saya. Saya menikah dengan seorang pria yg sangat saya cintai hubungan kamipun didukung sepenuhnya oleh kedua orang tua kami.
Hubungan sex kami tdk ada masalah bahkan sepertinya semakin hari semakin panas saja. Terasa harmonis sekali kehidupan rumah tangga kami. Selain itu dilingkungan tetangga kami, aku dikenal sebagai sosok isteri yg baik, ramah, setia, dan alim. Pokoknya tdk ada satupun berita miring tentang aku.
Seiring dengan perkembangan waktu, pekerjaan suami pun semakin sibuk karena karir suami saya dikantornya sedang melonjak pesat. Hal itu membuat suami saya harus bekerja dari pagi sampai malam sehingga sampai dirumah sudah kecapaian, bahkan kadang-kadang harus keluar kota untuk beberapa hari karena urusan kantornya, membuat hubungan seks kamipun berkurang drastis. Apabila dahulu kami melakukannya hampir tiap hari sekarang paling banyak satu kali dalam sebulan. Saya pribadi memakluminya dan mencoba untuk bersabar, toh ini demi kebaikan masa depan rumah tangga kami juga.
Sikap suami saya yg dahulu sangat perhatian dalam keluarga menjadi berkurang, saya sadar ini bukanlah karena sikapnya yg berubah tetapi karena tuntutan pekerjaan yg membuatnya lebih banyak mencurahkan perhatiannya pada tugas-tugasnya. Tetapi saya tetaplah wanita yg membutuhkan kasih sayang, perhatian dan belaian dari seorang suami. Terus terang (hal ini baru saya ketahui akhir-akhir ini) bahwa saya memiliki nafsu seks yg cukup besar.
Hingga pada suatu hari. . .
Hari itu hari minggu, suami saya akan berangkat keluar kota mengurus kerjaannya untuk waktu tiga hari. Dia pamit pada saya pagi itu. Setelah suami saya pergi, saya pun berangkat ke rumah sakit untuk perawatan gigi yg memang saya lakukan setiap enam bulan sekali. Sedangkan anak saya tinggal dirumah dengan ditemani pembantu.
Sampai dirumah sakit saya pun mengambil nomor antrian dan duduk sambil menunggu nomor antrian saya dipanggil. Tepat diseberang saya berjalan seorang pria yg dari tadi selalu melirikkan matanya pada saya. Tak lama kemudian pria itu menghampiri saya, setengah berteriak dia berkata…
“ Lisna ya?”
Saya tertegun sejenak dan berpikir darimana dia tau nama. Kemudian saya menjawab…
“Iya, saya Lisna… anda siapa ya?”
“Kamu lupa ya? saya kakak kelasmu sewaktu SMU dulu!”
Setelah saya amati wajahnya akhirnya…
“Beni ya?”
Dia mengangguk dua kali.
“Ya ampun, Beni… aku pangling maaf ya…”
“Gak apa-apa aku juga tadi agak lupa sama kamu… mmh ngapain nih?” Tanya Beni
“Ini aku mau Check up gigi” Jawabku.
“Kamu ngapain?” Tanyaku lagi
“Aku habis menjenguk teman sakit, antrian mu masih lama ya?”
“Lumayan, antrianku nomor 52 dan sekarang masih nomor 47” jawabku.
“Kamu sendirian?” Tanyanya.
“Iya”
“Aku dengar kamu sudah nikah, suamimu mana?”
“Suamiku gak bisa ikut ngantar, soalnya lagi sibuk” Jawabku singkat.
“Ya sudah, aku temenin deh” Jawabnya.
“Nggak usah Ben, aku nggak apa-apa kok sendirian” Tolakku.
“Ah.. nggak apa-apa kok, lagian ini kan hari minggu aku lagi nggak ada kerjaan” Jawabnya setengah memaksa.
“Kita kan baru ketemu setelah lama pisah, pengen ngobrol-ngobrol sama kamu, boleh kan?” sambungnya.
“Ya deh, asal nggak mengganggu waktumu aja” Jawabku.
Kami pun larut dalam obrolan-obrolan panjang yg mengasyikkan, kami mengobrol kenangan masa-masa SMU dulu. Topik yg sangat mengasyikkan bagiku. Perlu diketahui Beni ini adalah kakak kelasku sewaktu SMU dulu, hubungan kami hanya sebatas teman, tdk lebih. Bahkan sudah menjadi seperti hubungan abang-adik.
Obrolan kami pun terhenti saat suster jaga memanggil nomor antrianku dua kali. Kemudian aku berkata kepada Beni…
“Ben, kamu nggak perlu nungguin aku”
“Ah.. nggak apa-apa biar aku tungguin aja kamu disini, lagian kamu kan nggak bawa kendaraan biar nanti aku antarin kamu pulang, kebetulan aku bawa mobil” Jawabnya.
Memang di sela-sela obrolan kami tadi dia sempat bertanya apa kendaraanku kesini, dan aku jawab naik angkot.
Akhirnya aku biarkan dia menunggu, dan aku pun masuk keruang periksa. Kurang lebih satu jam kemudian aku pun keluar, karena check up gigiku sudah selesai. Kulihat Beni masih menunggu. Setia juga cowok ini nungguin aku hampir satu jam seperti ini bahtinku, coba suamiku mau nungguin aku seperti ini bathinku lagi. Sayangnya suamiku sudah nggak punya lagi waktu untukku.
“Maaf ya Ben lama nunggunya” Kataku.
“Nggak apa-apa kok, jangankan satu jam, setahun pun aku tungguin” Jawabnya.
Aku berpikir apa maksudnya menjawab seperti itu, mudah-mudahan dia tdk sedang merayuku. Aku pun membalas dengan senyuman.
“Mau pulang sekarang?” Tanyanya?
“Terserah kamu”
“Ok, yuk” Katanya.
Sesampainya didalam mobil. Dia pun menyalakan mobil dan beranjak pergi dari rumah sakit. Dalam perjalanan dia menceritakan kalo mobil tersebut bukanlah mobil pribadinya melainkan mobil perusahaan yg dipinjamnya. Dia juga menceritakan kalo dia bekerja pada sebuah perusahaan supplier alat-alat bangunan, dan dia menjabat sebagai Supervisor.
Walaupun sebagai Supervisor, kerjaanya bukan hanya duduk-duduk saja, tetapi juga membantu buruh kasar mengangkat alat-alat berat. Begitu ceritanya. Pantas badannya besar dan kekar kayak gitu, bathinku. Tanpa sadar aku membayangkan bentuk badannya dibalik kaos ketatnya itu, mendadak nafasku menjadi berat. Lamunanku dikejutkan oleh suaranya yg besar. Untung saja suaranya memecahkan lamunanku kotorku, kalau nggak bisa gawat bathinku.
“Rumahmu dimana Lis?” Tanyanya.
Kusebutkan alamatku padanya, yg memang lumayan jauh.
“Wah berarti kalo mau kerumahmu Lisna lewat rumahku dulu dong, kamu mau mampir kerumahku dulu? Kebetulan aku tinggal sama kakak perempuanku Nita, kamu juga kenalkan?”
Mendengar dirumahnya dia tdk tinggal sendirian tetapi bersama kakaknya, aku pun meng-iya-kan.
“Boleh deh, sekalian pengen ketemu sama kak Nita udah lama gak ketemu” Jawabku.
Tak berapa lama kemudian kami sampai dirumah Beni. Rumahnya kecil saja, tetapi cukup rapi halamannya ditumbuhi berbagai macam-macam bunga yg membuat rumah mungil itu tampak asri.
Sampai didalam rumah kami disambut kak Nita yg masih seperti dulu tetap ramah dan bersahabat, kemudian kak Nita mempersilahkan aku duduk disofa biru dalam rumahnya.
“Mau minum apa Lis?” Sapa kak Nita.
“Nggak usah repot-repot kak, nanti aku ambil sendiri kalau pengen” Jawabku padanya. Memang dari dulu aku sudah lumayan akrab dan tdk canggung lagi dengan keluarga besar Beni.
“Ya sudah, kakak kebelakang dulu ya kebetulan tadi lagi masak” Jawab kak Nita sambil beranjak kebelakang tampaknya menuju dapur.
“Lis, istirahat aja dulu ya, aku masuk dulu sebentar” Sapa Beni yg sejak tadi diam.
“Iya Ben..” Jawabku.
Pandanganku menyapu seluruh ruang tamu itu, tampak beberapa buah foto Beni bergantung didinding ruangan itu. Tak ada foto wanita lain selain foto kak Nita sebuah dan foto ibu dan bapaknya Beni. Berarti benar yg dikatakan Beni sewaktu ngobrol dirumah sakit tadi, kalo dia memang belum menikah.
Bosan sendirian aku pun bermaksud kebelakang untuk menemui sekalian membantu kak Nita didapur. Rupanya dapurnya berada jauh dibelakang karena harus membelok lagi kekiri. Belum sampai kaki menuju dapur terdengar suara desiran air dari kamar mandi sebelah kananku yg terbuka sedikit. Secara reflek mataku mamandang kearah itu.
Wow… aku terkejut setengah mati melihat Beni sedang kencing di dalam kamar mandi. Tetapi bukannya berpaling kearah lain mataku justru melotot memandang penis Beni yg walaupun tdk sedang tegang tampak besar dan panjang, terlintas diotakku gimana gedenya penis itu kalau sedang tegang. Seketika itu juga CD ku terasa lembab, pasti dikarenakan cairan memekku yg keluar.
Beni yg dari tadi tdk sadar kalau penisnya sedang kupandangi, akhirnya terusik dengan kehadiranku. Dia memalingkan wajahnya kearahku, terjadi kontak mata sebentar antara aku dan Beni, dia terkejut dan gelagapan tak menygka sedang kupandangi. Tanpa mengeluarkan kata-kata aku pun beranjak meninggalkan Beni menuju kedapur yg menjadi tujuan awalku.
Dadaku berdegup kencang antara perasaan malu, menyesal, dan ah… bodohnya aku rupanya aku jadi terangsang juga olehnya. Mengapa aku menjadi terangsang melihat penis lelaki lain selain suamiku. Apa karena sudah hampir satu bulan ini aku tdk diberi jatah oleh suamiku. Se-alim apapun dan sehebat apapun aku menahan gejolak ini, aku tetaplah wanita yg memang butuh akan hal yg satu itu. Hal ini tdk dapat kupungkiri.
Setelah membantu kak Nita memasak, akupun kembali keruang tamu. Kudapati Beni sedang duduk di sofa sambil membaca koran. Rasa maluku bertambah saat bertemu Beni diruang tamu. Tapi tanggapan Beni sungguh berbeda dari yg aku pikirkan. Beni seolah-olah tdk peduli akan hal itu, seolah tdk terjadi apa-apa. Setelah suasana kuanggap tenang, aku pamit pulang dengan diantarkan Beni. Setelah sampai, Beni tdk mampir dia langsung meluncur kembali. Sesampainya dirumah aku langsung mandi, kucoba melupakan apa yg terjadi barusan.
Paginya, seperti biasa aku mengantarkan anakku pergi kesekolah setelah itu aku pulang kembali kerumah. Baru saja aku masuk kedalam rumah, tiba-tiba pembantuku minta ijin untuk pulang kampung karena ayahnya sakit keras. Jarak dari kota menuju kampung halamannya memakan waktu kurang lebih 5-6 jam perjalanan sehingga mengharuskan dia bermalam disana.
Akupun mengijinkannya dan memberikan dia sedikit uang saku untuk keperluannya, dia pun menjanjikan akan segera pulang setelah kondisi ayahnya membaik.
Jam 9 pergilah pembantuku menuju kampung halamannya dengan menggunakan bis, sekarang tinggal lah aku sendirian dirumah. Disaat sendirian seperti ini, aku kembali merasa kesepian sehingga kejadian kemarin kembali terlintas. Terbayang dibenakku Badan Beni yg tegap, otot-ototnya yg kekar, dadanya yg bidang, dan penisnya yg besar ah… mengapa aku jadi begini, mengapa aku begitu terangsang mengingatnya. Semua bayangan itu membuat payudaraku mengeras, otot-otot memekku berkontraksi, kemudian dalam hitungan menit akupun orgasme. Sepertinya aku tergila-gila kepada Beni kakak kelasku tersebut. Aku tahu ini salah, tapi sungguh aku tak dapat menahannya.
Siangnya kujemput anakku dari sekolahnya, tetapi dua jam kemudian anakku kembali kesekolah untuk mengikuti les tambahan pelajaran yg memang setiap sore diikutinya.
Sore itu hujan turun dengan lebat sekali, kembali aku sendirian dirumah. Daripada bosan dan memikirkan yg nggak-nggak akhirnya kuputuskan untuk menonton film DVD. Kucari-cari koleksi film-film suamiku, setelah memilih-milih kuputuskan untuk menonton film yg dibintangi aktris favoritku Angelina Jolie yg berjudul Original Sin (mungkin ada beberapa pembaca yg sudah menonton film ini, bagi yg belum kusarankan jangan menontonnya he..he..). Baru saja kuputar film tersebut di DVD Player, tiba-tiba ada yg mengetok pintu. Akupun melangkah untuk membukakan pintu.
“Eh.. Beni, silahkan masuk” Tak kusangka Beni main kerumahku sore itu, kupersilahkan dia masuk dan duduk diruang tamu.
“Lagi nonton ya Lis?” Tanya Beni. (Memang TV kami berada diruang tamu)
“Iya” Jawabku
“Film apa?”
“Nggak tahu tuh.. judulnya Original Sin” Jawabku lagi. (Awalnya aku memang nggak tahu cerita dari film tersebut)
“Kamu hobby nonton juga ya” Sambungnya.
“Kadang-kadang sih”
“Kok sepi, mana anakmu” Tanyanya.
“Anakku lagi les disekolah”
“Suamimu belum pulang ya?” (Beni memang sudah tahu kalau suamiku sedang pergi keluar kota dari obrolan kami kemarin)
“Belum Ben, mungkin besok kalau pekerjaannya sudah selesai”
“Berarti kamu sendirian dong, aku jadi nggak enak nih” Kata Beni.
“Nggak enak kenapa?” Tanyaku balik.
“Ya kamu kan lagi sendirian, nggak enak dong aku cowok main disini” Jawabnya.
“Nggak apa-apa kok” Jawabku “ Baru pulang kerja Ben?” Tanyaku.
“Iya nih, tadinya sih mau langsung pulang tapi karena kebetulan rumah kita satu jalur dan posisiku lebih dekat kerumahmu langsung aja aku main, sekalian berteduh nunggu hujan agak reda” Jawabnya.
“Tunggu sebentar ya Ben kubuatkan teh hangat biar nggak kedinginan”
“Ok deh, kalau nggak merepotkan”. Jawabnya. Aku hanya tersenyum.
Setelah teh selesai kuseduh, akupun kembali keruang tamu.
“Silahkan diminum Ben, mumpung masih hangat”
“Terimakasih ya Lis” Jawab Beni.
Sejurus kemudian kami pun mulai fokus pada film DVD yg sedang tayg didepan kami. Sementara hujan diluar semakin menjadi-jadi saja.
Beberapa saat kemudian taygan film tersebut memasuki bagian yg hot, yaitu saat Angelina Jolie dan Antonio Banderas sedang bersetubuh. Ada rasa malu dalam diriku melihat taygan tersebut, ingin kumatikan TV tetapi kulirik Beni sedang serius menonton, akhirnya kubatalkan niatku mematikannya dan akupun meneruskan menonton film tersebut. Semakin lama film tersebut semakin hot saja, tanpa sadar aku mulai terangsang menontonnya, ditambah cuaca hujan diluar sana membuat birahiku bergejolak. Aku tak tahu apa yg dirasakan Beni saat ini, tapi aku yakin diapun juga sedang bergairah. Aku kagum juga dia mampu menutupinya dengan tetap diam dan tenang.
Karena birahiku sedang bergejolak tinggi, tanpa sadar tangan kiriku meremas tangan kanan Beni. Setelah sadar apa yg aku lakukan aku menarik tanganku, tetapi dengan sigap tangan Beni menahannya. Sekarang gantian tangan kanan Beni yg meremas tangan kiriku. Aku kaget dan terpaku atas remasan tangan Beni pada tanganku, kemudian Beni mendekatkan tubuhnya padaku. Dan wajahnya semakin dekat dengan wajahku, Beni sepertinya akan mengecup bibirku.
Sebelum bibirnya menyentuh bibirku masih sempat aku berkata
“Jangan Ben” tetapi tdk ada perlawanan sama sekali dari tubuhku, aku seakan mengharap bibirnya cepat-cepat menyentuh bibirku.
Sejurus kemudian mulut Beni mulai melumat bibirku, dimainkannya lidahnya dalam rongga mulutku, aku semakin terangsang, aku mulai lupa segalanya. Lumatan bibir Beni yg tadi hanya kubiarkan saja mulai kuberikan perlawanan, tapi saat ini bukan perlawanan tanda penolakan yg kuberikan tapi justeru lumatan mulut Beni kubalas dengan lumatan mulutku yg tdk kalah ganasnya. Tak hanya sampai disitu, tangan Beni mulai beraksi meremas kedua buah payudaraku secara bergantian dari luar daster yg kugunakan. Tak terasa mulutku mulai mengeluarkan lenguhan nikmat oh..oh..
Aku semakin nekad saja, penis Beni yg selama ini hanya bisa kubayangkan akhirnya kuremas dengan ganas dari luar celana jeansnya. Melihat reaksiku Beni pun semakin ganas, setelah puas melumat bibirku giliran leherku, telingaku, dan pundakku yg digarapnya. Tdk sampai disitu tangan kanannya mulai mencari jalan masuk untuk meremas payudaraku secara langsung. Karena baju yg kupakai adalah baju terusan membuat aku harus mengangkat dasterku sampai kepinggang.
Hal ini membuat paha mulusku terbuka, bukan itu saja CD putihku pun terlihat oleh Beni. Keadaan ini tdk disia-siakan oleh Beni, tangannya mulai mengusap paha mulusku, kemudian memekku walau dari luar CD yg kugunakan, tangannya terus naik menelusup kedalam pakaianku dan kedalam BHku dan meremas kedua payudaraku secara bergantian.
Nikmat sekali yg kurasakan akupun melenguh lagi
“oooh.. Ben…”
Akupun semakin tergila-gila dibuatnya. Akupun mulai membuka ikat pinggang yg digunakan Beni, dia membantu menurunkan jeansnya sebatas lutut. Terlihat jelas oleh mataku tonjolan penis Beni dari balik CD hitam yg digunakannya, bahkan kepala penisnya agak menyembul sedikit keluar karena tak mampu ditutupi oleh CD nya. Tanpa membuka terlebih dahulu CD yg dikenakan oleh Beni, ku selusupkan tanganku kedalam CD hitamnya, tanganku mulai meremas penis Beni dari dalam CD hitamnya. seksigo
Beni menjadi gelagapan, diapun berdiri bermaksud melepas daster yg kugunakan. Belum sempat tangannya membuka dasterku, kutepis tangannya kemudian disaat dia berdiri kuturunkan jeans dan CD hitam yg dikenakan Beni.
Woow. . . sedikit histeris aku melihat betapa besar dan panjangnya penis Beni dalam kondisi tegang seperti ini, sambil jongkok dilantai kudekatkan tubuhku ke tubuh Beni yg sedang berdiri. Tanganku mulai mengocok penis besar Beni, sambil mengocok dan mengamati penis Beni , tiba-tiba muncul perasaanku ingin sekali mengulum penis gede itu.
Secara refleks kudekatkan wajahku ke penisnya dan sejurus kemudian kumasukkan penis besar itu kedalam mulutku tak dapat seluruh penis Beni masuk kedalam mulutku saking panjangnya penis itu, kemudian akupun mulai mengulum penis besar dan panjang milik Beni tersebut. Kuperhatikan wajah dan mata Beni merem-melek merasakan sensasi akibat kulumanku pada penisnya.
Beberapa saat kemudian Beni mengangkat tubuhku hingga berdiri. Dilepaskannya dasterku kemudian BHku dan terakhir CD putihku. Matanya melotot kearahah memekku yg ditumbuhi bulu-bulu lebat yg memang kubiarkan tumbuh. Dalam kondisi telanjang bulat diangkatnya tubuhku diangkatnya kaki kiriku dan diletakannya diatas meja ruang tamu, kemudian Beni berjongkok kebawah tubuhku dan mulai menjilati memekku dari bawah. Mulutku meracau tdk karuan merasakan kenikmatan yg diberikan Beni, terlebih saat dia mengulum klitorisku. “Oohhh…. Ben, nikmat Ben…”
“Ben… kamu hebat Ben…, lidahmu nakal Ben… ooohhh….” Racauku
“Ben aku ingin penismu dimasukkan Ben… cepat Ben…. Ooohhh… ssshh…” Tdk ada lagi rasa malu ku sebagai isteri orang, rasa malu ku telah sirna digantikan oleh kenikmatan-kenikmatan yg diberikan bekas kakak kelasku ini.
Beni tdk menjawab, kemudian dia menggendongku dan dipapahnya aku menuju kamarku yg merupakan kamarku bersama suamiku. Diletakannya aku diatas ranjang pengantinku tersebut, kemudian ditekuknya kedua kakiku dan dibukanya lebar-lebar terlihat jelas memekku dari pososo Beni.
Kemudian diapun mulai memasukkan penis besar dan panjang tersebut secara perlahan kedalam memekku yg telah sangat basah.
“Aahhh………” Teriakku merasakan nikmatnya tusukan Beni. Belum masuk sepenuhnya penis Beni, sementara memekku telah terasa penuh sesak.
Tetapi Beni tdk menyerah, perlahan mulai dinaik turunkannya penisnya, dalam beberapa kali goyang dengan sedikit memaksa ditusukkannya penisnya sepenuhnya.
“Aahh…Ben…” Jeritku merasakan nyeri sedikit tapi nikmat luar biasa.
Tak dapat kurasakan betapa nikmatnya saat itu. Terasa ada ruang dalam memekku yg selama ini belum tersentuh, sekarang telah dimasuki oleh penis besar dan panjang milik Beni.
Beni mulai menggoyangkan pantatnya naik-turun. Pertama perlahan, semakin lama semakin cepat saja, membuatku menjerit dan meracau tdk karuan.
“Bagaimana Lis, kamu suka” Celoteh Beni.
Aku mengangguk malu.
“Besar mana penisku dibanding suamimu” Tanya Beni.
Aku tdk menjawab.
“Besar mana penisku dibanding punya suamimu Lis?” Tanyanya.
Akhirnya kujawab “Oohhh… besar punyamu Ben…”
Gejolak yg terpendam Sambungan. . .
Sekitar jam 5 sore itu kami pun pergi. Beni pulang sementara aku menjemput anakku dari les nya. Keesokan harinya suamiku pulang, kusambut suamiku dengan gembira. Suamiku pun tampak gembira atas sambutanku ada rasa bersalah dalam diriku tetapi seketika itu juga kutepis. Setelah itu kusiapkan air hangat untuk suamiku mandi. Malam itu kami habiskan waktu dengan bercerita, khusunya mengenai pekerjaannya selama 2 hari diluar kota. Kami tdk melakukan hubungan badan malam itu karena suamiku kecapaian.
Besok paginya suamiku berangkat kerja untuk melaporkan hasil kerjanya selama 2 hari kepada pimpinannya. Seperti biasanya sebelum kekantor dia mengantarkan anak kami ke sekolahnya terlebih dahulu. Setelah sendirian dirumah kutelpon Beni, aku katakan pada Beni untuk melupakan semua yg terjadi dan menghentikan kegilaan kemarin, cukup sampai disitu dan aku tak ingin berjumpa lagi dengannya. Beni kecewa mendengar pernyataanku tersebut tetapi akhirnya dia bisa menerimanya.
Kehidupanku kembali seperti biasanya, memang aku merasa berdosa tetapi demi keutuhan keluarga biarlah semua itu menjadi rahasia hidupku saja pikirku.
Dua tahun telah berlalu sejak kejadian tersebut, sementara kehidupan keluargaku tambah harmonis saja. Karir suamiku semakin meningkat yg tadinya hanya sebagai staff sekarang sudah dipromosikan sebagai Asisten Manejer, bahkan kata suamiku dia segera akan menjadi Manejer, tetapi untuk mencapai jabatan itu dia harus melanjutkan studinya keluar negeri. Dengan meningkatnya karir suamiku, perekonomian keluargaku pun semakin membaik. Apabila dulu kami belum memiliki mobil pribadi hanya mobil inventaris kantor suamiku saja, sekarang kami telah memiliki sedan keluaran terbaru bermerk Honda.
Beberapa bulan kemudian datang surat dari kantor pusat suamiku, yg isinya menyarankan suamiku untuk melanjutkan studinya keluar negeri dengan dibiayai oleh perusahaan tempatnya bekerja selama kurang lebih 2 tahun. Setelah kami berunding, akhirnya aku merelakan dia pergi, toh itu demi kebaikan keluarga kami juga.
Seminggu kemudian suamiku pergi meninggalkan aku dan anakku untuk melanjutkan studinya keluar negeri. Sekarang dirumah ini hanya ada aku dan anakku saja, karena pembantuku sudah berhenti kerja 6 bulan lalu. Aku tdk berfikir untuk mencari penggantinya semua urusan rumah tangga sudah bisa aku lakukan sendiri.
Tiga bulan setelah kepergian suamiku, timbulah peristiwa ini. Saat itu kira-kira 100 meter disamping rumahku dibangun sebuah gedung yg lumayan besar, yg tak kusangka bahwa perusahaan yg membangun gedung tersebut adalah perusahaan dimana Beni bekerja, sedangkan Beni bertugas mengawasi pembangunan gedung tersebut.
Setiap pagi saat aku mengantar anakku sekolah atau kepasar selalu melewati bangunan yg sedang dikerjakan itu dan beberapa kali juga kulihat Beni sedang mengawasi pekerjanya atau sedang mengangkat alat-alat berat membantu buruh kerjanya. Entah Beni tahu atau tdk bahwa sedan putih yg setiap pagi lewat itu adalah mobilku. Tetapi aku merasa Beni mengetahuinya karena setiap aku lewat, Beni selalu mengamati dengan serius dan selalu tersenyum.
Hingga pada suatu hari kira-kira jam 3 sore, pada saat itu anakku sedang les sementara aku sedang menonton acara tv favoritku sendiri dirumah. Tiba-tiba ada yg mengetuk pintu rumahku, setelah kubuka kulihat Beni yg berada didepan dia tersenyum dan menyapa.
“Hai Lisna, sudah lama kita tak bertemu ya”
“Beni… aku kan sudah bilang kalo kita tak boleh ketemu lagi” Jawabku.
“Jangan marah dulu dong Lis, aku kesini hanya mau minta kain perban sekalian mencuci lukaku ini” Kata Beni sambil memperlihatkan tangan kirinya yg terkoyak dan berdarah.
Awalnya ingin kuusir saja dia, tetapi melihat lukanya yg cukup parah aku kasihan juga.
“Ya udah, sini masuk biar kubersihkan dan kuobati” Jawabku spontan.
Aku memang memiliki sedikit pengalaman mengobati luka-luka seperti itu, yg sejak dulu sudah biasa aku lakukan.
Beni pun kuajak masuk menuju belakang, kemudian kubersihkan lukanya dengan air hangat, kutetesi lukanya dengan betadine kemudian kelilitkan perban ke pergelangan tangannya. Selama aku mengobati lukanya tersebut, Beni tak henti-hentinya mengamatiku dari ujung rambut hingga kaki. Seperti yg kukatakan sebelumnya kebiasaanku dirumah adalah memakai daster. Kebetulan daster yg kugunakan saat itu adalah daster yg berbahan tipis dan ujungnya pendek hingga 5cm diatas lutut.
Disela-sela mengamati tubuhku Beni berkata.
“Kamu semakin cantik aja Lis. Suamimu mana? Belum pulang kerja ya?”
“Oh.. dia sedang kuliah diluar negeri” Jawabanku tersebut spontan keluar begitu saja, membuat aku menyesal mengapa aku harus jujur, bukankah ini memberi kesempatan buat Beni untuk berlama-lama dirumahku pikirku.
“Pantas selama ini kuperhatikan kamu selalu sendirian menyetir mobilmu, mobil baru ya?” Tanyanya.
Sambil berkata demikian Beni menggeser sedikit posisi duduknya sehingga membuat mataku melirik kearah bagian bawah Beni. Tertangkap oleh mataku tonjolan penis Beni yg besar dibalik celana jeansnya yg ketat. Aku sedikit menyesal mengapa harus mengalihkan pandanganku kearah itu, jangan-jangan hal ini disengaja oleh Beni untuk memancing arah pandangku. Aku sempat berpikir apa sih yg dipikirkan oleh Beni hingga membuat penisnya tegang seperti itu, dasar laki-laki makiku dalam hati. Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaan Beni tadi.
Setelah selesai memasang perban ditangan Beni aku pun berdiri ingin mencuci tanganku. Tiba-tiba Beni berdiri juga dan memegang tanganku kemudian berusaha memelukku. Kutepis tangannya dan aku berusaha mendorongnya dengan kedua tanganku.
“Jangan Ben… hentikan!” Kataku sedikit berteriak.
“Lis, aku kangen padamu” Kata Beni dengan terus berusaha memelukku.
“Hentikan Ben..!” Kataku, kemudian kutampar wajah Beni dengan keras apalagi saat itu tanganku sedang memegang gunting yg kupergunakan untuk memotong perban tadi.
Beni pun menghentikan tindakannya, kemudian mundur dan duduk didepan ruang keluarga tersebut sambil memegang pipinya yg tampak berdarah bekas tamparanku tadi. Aku menjadi iba lagi melihat Beni, kemudian kudekati dia dan berkata.
“Maaf Ben, sakit ya” Kataku sambil memperhatikan pipi kiri bagian atasnya yg berdarah, mungkin kena ujung gunting saat kutampar tadi.
Aku duduk tepat disebelah Beni, kutiup lukanya dan kubersihkan darahnya dengan kapas luka, kemudian kutempelkan Handy plast dipipinya yg luka tersebut.
“Sekali lagi aku minta maaf ya Ben, lukamu jadi bertambah” Kataku.
“Nggak apa-apa Lis, aku juga minta maaf sudah keterlaluan tadi” Kata Beni menghiba.
Kuraih tangannya dan kukatakan.
“Nggak apa-apa Ben, aku juga salah padamu” Jawabku.
Beni mengangguk dan senyum, kemudian dia memelukku dengan lembut. Kali ini pelukannya tdk kutolak, kuanggap ini bentuk ketulusan maaf dari Beni.
Agak lama Beni memlukku, perasaanku berkecamuk antara menghentikan pelukan Beni atau merasakan dekapan dada Beni yg bidang yg membuat darahku berdesir. Tanpa sadar tanganku yg tadi menggenggam tangan kiri Beni menjadi semakin kuat genggamannya bahkan cenderung meremasnya.
Merasakan tindakanku tersebut, Beni kemudian mencium bagian belakang leherku. Hal itu membuatku menggelinjang, daerah tersebut adalah daerah sensitifku. Tangan kanan Beni yg sedari tadi menganggur mulai merayap menyisir bagian bawah dasterku, kemudian merayap masuk kedalam dasterku, mengelus pahaku bolak-balik. Bulu kudukku berdiri, birahiku muncul dengan dahsyat karena hampir 3 bulan sudah aku tdk berhubungan badan dengan suamiku. Untuk sekali lagi aku tak dapat menahan godaan dari laki-laki yg bukan suamiku ini.
“Aah.. Ben” Kataku tak dapat menahan menyembunyikan perasaanku saat tangan Beni mulai masuk kebalik CD ku dan mulai mengusap-usap bibir memekku.
Tak sampai disitu, jari-jari Beni mulai masuk mengaduk-aduk dalam memekku. Dua jarinya sekaligus masuk dalam memekku.
Sudah terlanjur basah sekalian saja mandi pikirku. Aku pun mulai meremas-remas tonjolan penis Beni. Semakin lama remasanku semakin liar. Tak sampai disitu tanganku membuka kancing dan resleting jeans Beni tanpa membuka CD nya. Kumasukkan tanganku kebalik CD Beni terus kugenggam dan kuremas penis Beni secara langsung, terasa besar sekali ditanganku.
Aku sudah lupa segalanya, aku pun turun dan berjongkok didepan Beni yg sedang duduk di dipan. Kuturunkan CD Beni tanpa melepasnya. Terpampanglah penis besar Beni yg berdiri tegak, aku semakin bergairah melihatnya. Kuremas dan kumasukkan dalam mulutku kemudian kujilati kepala penisnya.
“Oohh…” Beni melenguh merasakan nikmat kulumanku pada penisnya. Jilatanku terus turun kebawah kujilati dan kukulum kedua biji pelir Beni. Beni meracau.
“Oohh… nikmat Lis, pintar sekali kamu Lis, Oohh…” Racau Beni.
Agak lama aku mengulum penis Beni, akhirnya Beni pun tak tahan. Diangkatnya tubuhku dan didudukkannya diatas dipan sementara dia jongkok didepanku. Diangkatnya dasterku keatas hingga pinggang, kemudian ditekuknya kakiku diatas dipan dan tanpa melepas CD ku, dibukanya CD ku dari dari samping hingga memekku kini nampak jelas di hadapannya. Sesaat kemudian lidahnya menjulur menggapai memekku, dijilatinya bibir memekku kemudian dimasukkannya lidahnya kedalam lubang memekku. Beberapa saat kemudian sambil lidahnya mengaduk-aduk lubang memekku jarinya ikut memainkan klitorisku.
“Oohh… Ben, nikmat sekali Ben…” Racauku.
Baru kali ini aku diperlakukan seperti itu, sungguh nikmat sekali rasanya.
Beberapa lama kemudian diangkatnya tubuhku hingga berdiri, dilepasnya dasterku, bra ku, hingga CD ku. Aku pun sekarang telanjang bulat dihadapannya. Aku tak mau kalah kulepas kaos yg dipakai Beni, Beni membantu melepas jeans dan CD nya.
Kini kami berdua telanjang tanpa sehelai benang pun. Diraihnya payudaraku kemudian diisapnya secara bergantian kedua buah payudaraku. Sambil mengulum puting payudaraku diangkatnya kakai kiriku dan diletakannya diatas dipan kemudian dimasukannya penis besarnya kedalam lubang memekku. Agak kesulitan nampaknya Beni mencari lubangnya, maka aku pun meraih penisnya dan kupandu menuju lubang memekku.
Sluurp.. masuklah penis panjang dan besar Beni kelubang memekku sekali lagi.
“Oohh…” Racauku nikmat. Baru kali ini aku merasakan bersetubuh dalam posisi berdiri, sungguh nikmat sekali.
Beni terus menggoyangkan pantatnya sambil mulutnya mengulum payudaraku secara bersamaan.
“Ooohh… Ben… kamu hebat Ben… Ooohh… nikmatnya Ben…” Racauku tanpa malu lagi.
Beberapa saat kemudian tubuhku kejang, rasanya aku akan keluar. Sementara Beni terus menggoyangkan pantatnya semakin lama semakin cepat saja. Beni menggigit-gigit kecil bagian atas payudaraku sambil terus menggoyang.
“Beni… aku mau keluar” Jeritku merasakan tubuhku semakin kejang
“Tahan dulu Lis, kita keluar bersama-sama” Jawab Beni.
“Ku keluarkan dimana Lis?” Tanya Beni lagi.
“Keluarkan aja didalam Ben, jangan lepas penismu ya Ben…” Racau ku.
Goyangan Beni semakin cepat dan cepat sekali, aku pun merasakan nikmat sekali.
“Ben… aku keluar…” Jeritku
“Aku juga keluar Lis… Aaargh…” Jerit Beni lagi.
Akhirnya kami bersamaan keluar, kemudian roboh dan duduk diatas dipan sambil berpelukan mesra.
Kurang lebih 20 menit istirahat, aku pun ijin untuk membersihkan badan dalam kamar mandi. Disaat aku mandi, Beni masuk dalam kamar mandi yg memang tdk kukunci.
Tersentak aku kaget karena tiba-tiba Beni mendekapku dari belakang. Diremasnya kedua payudaraku dengan kedua tangannya. Setelah puas meremas payudaraku, tangan kanannya merayap turun dan sampai dibibir memekku. Jari telunjuknya mulai masuk mengaduk-aduk lubang memekku.
Beberapa saat kemudian diangkatnya kaki kiriku dengan tangan kanannya, keseimbanganku pun hilang tanganku meraih pinggiran bak mandi dan bertumpu disitu. Yg membuatku tambah kaget, Beni memasukkan penisnya ke lubang memekku dari belakang.
“Oohh… Ben…” Jeritku saat penis Beni masuk kedalam lubang memekku.
Beni mulai menggoyangkan pantatnya. Baru pertama kali ini aku merasakan bersetubuh dalam posisi ini, ada rasa nyeri bercampur nikmat. penis Beni terasa panjang sekali masuk dalam memekku. Kembali terasa ada ruang dalam memekku yg selama ini belum tersentuh sekarang ditembus oleh penis panjang dan besar milik Beni ini. Rasa nyeri telah sirna sekarang yg terasa adalah nikmat luar biasa.
Beni terus saja memaju-mudurkan pantatnya, semakin lama semakin cepat.
“Plak. Plak. Plak” Bunyi peraduan goyangan Beni.
Aku pun tak kalah ganas sambil Beni terus menggoyangkan pantatnya aku pun memberikan perlawanan dengan mengoyangkan pantatku yg semakin lama semakin liar.
Aku semakin bergairah dan racauku pun semakin menjadi-jadi.
“penismu nikmat Ben..” Jeritku
“Nikmat mana sama punya suamimu” Tanya Beni
“Jangan lecehkan aku Ben…” Jawabku
“Kamu nggak mau dilecehkan ya sayang” Tanya Beni dengan semakin mempercepat goyangannya.
Aku yg sudah terlanjur nikmat menjawab.
“Ooohhh… lecehkan saja aku Ben…Ooohh…” Jeritku
“penismu lebih nikmat dari punya suamiku Ben, lebih besar, lebih panjang Ooohh….” Racauanku sudah semakin lupa diri.
Akhirnya…
“Aku keluar Ben…Ooohhh….” Jeritku
“Aku juga keluar Lis” Sambung Beni.
Setelah beristiraha sejenak dikamar mandi, kami pun mandi bersama-sama.
EmoticonEmoticon