Tante Lendir - Kejadian ini terjadi sekitar 6 tahun yang lalu, waktu itu aku masih berusia 24 tahun. Aku mempunyai seorang tante bernama Lina yang umurnya waktu itu 36 tahun. Tante Lina adalah adik dari Mamaku. Tante Lina sudah menjanda selama lima tahun. Dari perkawinan dia dengan almarhum suaminya tidak di karunia anak.
Tante Lina sendiri melanjutkan usaha peninggalan dari almarhum suaminya. Dia tinggal di salah satu perumahan yang tidak jauh dari rumahku. Dia tinggal dengan seorang pembantunya, Mbak Sumi. Tante Lina ini orangnya menurutku seksi sekali. Payudaranya besar bulat dengan ukuran 36C, sedangkan tingginya sekitar 175 cm dengan kaki langsing seperti peragawati dan perutnya rata soalnya dia belum punya anak. Hal ini membuatku sering ke rumahnya dan betah berlama-lama kalau sedang ada waktu.
Dan sehari-harinya aku cuma mengobrol dengan tante Lina yang seksi ini dan dia itu orangnya supel benar tidak canggung dengan cerita-cerita denganku. Dari cerita tante Lina bisa aku tebak bahwa dia itu orangnya kesepian sekali semenjak suaminya meninggal. Maka aku berupaya menemaninya dan sekalian ingin melihat tubuhnya yang seksi. Setiap kali aku melihat tubuhnya yang seksi, aku selalu terangsang dan aku lampiaskan dengan onani sambil membayangkan tubuhnya. Kadangkala timbul pikiran kotorku ingin bersetubuh dengannya tapi aku tidak berani berbuat macam-macam terhadap dia, aku takut nanti dia akan marah dan melaporkan ke orang tuaku.
Hari demi hari keinginanku untuk bisa mendapatkan tante Lina semakin kuat saja. Kadang-kadang kupergoki tante Lina saat habis mandi, dia hanya memakai lilitan handuk saja. Melihatnya jantungku deg-degan rasanya, ingin segera membuka handuknya dan melahap habis tubuh seksinya itu. Kadang-kadang juga dia sering memanggilku ke kamarnya untuk mengancingkan bajunya dari belakang. Benar-benar memancing gairahku.
Sampai pada hari itu tepatnya malam minggu, aku sedang malas keluar bersama teman-teman dan aku pun pergi ke rumah Tante Lina. Sesampai di rumahnya, tante Lina baru akan bersiap makan dan sedang duduk di ruang tamu sambil membaca majalah. Kami pun saling bercerita, tiba-tiba hujan turun deras sekali dan Tante Lina memintaku menginap saja di rumahnya malam ini dan memintaku memberitahu orang tuaku bahwa aku akan menginap di rumahnya berhubung hujan deras sekali.
"Di, tante mau tidur dulu ya, udah ngantuk, kamu udah ngantuk belum?", katanya sambil menguap.
"Belum tante", jawabku.
"Oh ya tante, Andi boleh pakai komputernya nggak, mau cek email bentar", tanyaku.
"Boleh, pakai aja" jawabnya lalu dia menuju ke kamarnya.
Lalu aku memakai komputer di ruang kerjanya dan mengakses situs porno. Dan terus terang tanpa sadar kukeluarkan kemaluanku yang sudah tegang sambil melihat gambar wanita setengah baya bugil. Kemudian kuelus-elus batang kemaluanku sampai tegang sekali berukuran sekitar 15 cm karena aku sudah terangsang sekali. Tanpa kusadari, tahu-tahu tante Lina masuk menyelonong begitu saja tanpa mengetuk pintu. Saking kagetnya aku tidak sempat lagi menutup batang kemaluanku yang sedang tegang itu. Tante Lina sempat terbelalak melihat batang kemaluanku yang sedang tegang hingga langsung saja dia bertanya sambil tersenyum manis.
"Hayyoo lagi ngapain kamu, Di?" tanyanya.
"Aah, nggak apa-apa tante lagi cek email" jawabku sekenanya. Tapi tante Lina sepertinya sadar kalau aku saat itu sedang mengelus-elus batang kemaluanku.
"Ada apa sih tante?" tanyaku.
"Aah nggak, tante cuma pengen ajak kamu temenin tante nonton di kamar" jawabnya.
"Oh ya sudah, nanti saya nyusul ya tante" jawabku.
"Tapi jangan lama-lama yah" kata Tante Lina lagi.
Setelah itu aku berupaya meredam ketegangan batang kemaluanku, lalu aku beranjak menuju ke kamar tante dan menemani tante Lina nonton film horor yang kebetulan juga banyak mengumbar adegan-adegan syur.
Melihat film itu langsung saja aku menjadi salah tingkah, soalnya batang kemaluanku langsung saja bangkit lagi. Malah Tante Lina sudah memakai baju tidur yang tipis dan gilanya dia tidak memakai bra karena aku bisa melihat puting susunya yang agak mancung ke depan. Gairahku memuncak melihat pemandangan seperti itu, tapi apa boleh buat aku tidak berani berbuat macam-macam. Batang kemaluanku semakin tegang saja sehingga aku terpaksa bergerak-gerak sedikit guna membetulkan posisinya yang miring. Melihat gerakan-gerakan itu tante Lina rupanya langsung menyadari sambil tersenyum ke arahku.
"Lagi ngapain sih kamu, Di?" tanyanya sambil tersenyum.
"Ah nggak apa-apa kok, tante" jawabku malu. Sementara itu tante Lina mendekatiku sehingga jarak kami semakin dekat di atas ranjang.
"Kamu terangsang yah, Di, lihat film ini?"
"Ah nggak tante, biasa aja" jawabku mencoba mengendalikan diri.
Bisa kulihat payudaranya yang besar menantang di sisiku, ingin rasanya kuhisap-hisap sambil kugigit putingnya. Tapi rupanya hal ini tidak dirasakan olehku saja, Tante Lina pun rupanya sudah agak terangsang sehingga dia mencoba mengambil serangan terlebih dahulu.
"Menurut kamu tante seksi nggak, Di?" tanyanya.
"Wah seksi sekali tante" kataku.
"Seksi mana sama yang di film itu?" tanyanya lagi sambil membusungkan payudaranya sehingga terlihat semakin membesar.
"Wah seksi tante dong, abis bodynya tante bagus sih" kataku.
"Ah masa sih?" tanyanya.
"Iya benar tante, swear.." kataku.
Jarak kami semakin merapat karena tante Lina terus mendekatkan tubuhnya padaku, lalu dia bertanya lagi padaku..
"Kamu mau nggak kalo diajak begituan sama tante".
"Mmaauu tante.." Ah, seperti ketiban durian runtuh, kesempatan ini tidak tentu aku sia-siakan, langsung saja aku memberanikan diri untuk mencoba mendekatkan diri pada tante Lina.
"Wahh barang kamu lumayan juga, Di" katanya.
"Ah tante bisa aja.. Tante kok kelihatannya makin lama makin seksi aja sih.. Sampe saya gemes deh ngeliatnya.." kataku.
"Ah nakal kamu yah, Di" jawabnya sambil meletakkan tangannya di atas kemaluanku.
"Waahh jangan dipegangin terus tante, ntar bisa tambah gede loh" kataku.
"Ah yang benar nih?" tanyanya.
"Iya tante.. Ehh.. Ehh aku boleh pegang itu nggak tante?" kataku sambil menunjuk ke arah payudaranya yang besar itu.
"Ah boleh aja kalo kamu mau" jawabnya.
Wah kesempatan besar, tapi aku agak sedikit takut, takut dia marah tapi tangan si tante sekarang malah sudah mengelus-elus kemaluanku sehingga aku memberanikan diri untuk mengelus payudaranya.
"Ahh.. Arghh enak Di.. Kamu nakal ya" kata tante sembari tersenyum manis ke arahku, spontan saja kulepas tanganku.
"Loh kok dilepas sih Di?" tanyanya.
"Ah takut tante marah" kataku.
"Oohh nggak lah, Di.. Kemari deh".
Tanganku digenggam tante Lina, kemudian diletakkan kembali di payudaranya sehingga aku pun semakin berani meremas-remas payudaranya.
"Aarrhh.. Sshh" rintihnya hingga semakin membuatku penasaran.
Lalu aku pun mencoba mencium tante Lina, sungguh di luar dugaanku, Tante Lina menyambut ciumanku dengan beringas. Kami pun lalu berciuman dengan nafsu sekali sambil tanganku bergerilya di payudaranya yang sekal sekali itu.
"Ahh kamu memang hebat Di.. Terusin Dii.. Malam ini kamu mesti memberikan kepuasan sama tante yah.. Arhh.. Arrhh".
"Tante, aku boleh buka baju tante nggak?" tanyaku.
"Oohh silakan Di"
Malam itu juga saya puaskan tante Lina hingga terkulai lemas di kasurnya, saya sendiri pun lemas dan kami berdua terlelap tidur sambil berpelukan hingga jam 4 pagi. Setelah bangun, saya dan Tante Lina kembali terangsang dengan cuaca yang dingin, dan kembali melanjutkan hubungan intim hingga pagi.
EmoticonEmoticon