Minggu, 03 September 2017

Tunangan Temanku Minta di Entot Saat Dirumahku


Tunangan Temanku Minta di Entot Saat Dirumahku

Tante Lendir - Sebelum saya menceritakan pengalaman seks saya, saya ingin memperkenalkan teman seksku, sebut saja Indi (bukanlah nama sesungguhnya), dia yaitu tunangan rekanku yang bernama Edi (bukanlah nama asli) yang tinggal di Jakarta, yang mana pada saat itu Edi mesti keluar kota untuk kepentingan bisnisnya. Oh ya, Edi ini miliki adik lelaki yang bernama Deni, di mana adiknya itu rekan mainku juga. Bila tidak salah, malam itu yaitu malam minggu, kebetulan pada saat itu saya sekali lagi bersiap-siap untuk keluar.

Tiba-tiba telpon berbunyi, nyatanya dari Deni yang ingin pinjam motorku untuk menjemput rekannya di stasiun kereta api. Dia juga katakan nitip sebentar tunangan kakaknya, karna dirumahnya lagi tak ada siapapun juga. Saya tidak dapat menampik, sekali lagi juga saya menginginkan tahu tunangan rekanku itu seperti bagaimana rupanya. Selang beberapa saat Deni datang, karna tempat tinggalnya memanglah tidak demikian jauh dari rumahku serta segera menuju ke kamarku.

“Hei Rick..! Saya segera pergi nih.. mana kuncinya..? ” kata Deni. “Tuh.., diatas meja belajar. ” kataku, walau sebenarnya dalam hati saya jengkel dapat juga batal deh acaraku. “Oh ya Rick.., kenalin nih tunangan kakakku. Saya nitip sebentar ya, soalnya barusan dirumah tidak ada siapapun juga, jadinya saya ajak dahulu ke sini. sebentar saja kok Rick.., ” kata Deni sembari tertawa kecil.

“Erick.., ” kataku sembari menyodorkan tanganku.
“Indi.., ” tuturnya sembari tersenyum.
“Busyeett..! Senyumannya..! ” kataku dalam hati. Jantungku segera berdebar- debar saat berjabatan tangan dengannya. Bibirnya sensual sekali, kulitnya putih, payudaranya lumayan besar, matanya, hidungnya, pokoknya, wahh..! Mengakibatkan fikiran kotorku mulai keluar.

“Heh..! Kok jadi bengong Rick..! ” kata Deni sembari menepuk pundakku.
“Eh.. oh.. mengapa Den..? ” kaget juga saya.
“Rick, saya pergi dahulu ya..! Ooh ya Ndi.., jika si Erick macem-macem, teriak saja..! ” ucap Deni sembari segera pergi. Indi cuma tersenyum saja.
“Sialan lu Den..! ” gerutuku dalam hati.

Seperginya Deni, saya jadi seperti orang bingung saja, serba salah serta saya tidak paham apa yang perlu kulakukan. Memanglah pada intinya saya ini sifatnya agak pemalu, namun kupaksakan juga pada akhirnya.

“Mo minum apa Ndi..? ” kataku melepas rasa maluku.
“Apa saja deh Rick. Asal janganlah ngasih toksin. ” tuturnya sembari tersenyum.
“Bisa juga bercanda nih cewek, saya kasih obat perangsang baru tau..! ” kataku dalam hati sembari pergi untuk ambil sebagian minuman kaleng didalam kulkas.

Pada akhirnya kami mengobrol tidak menentu, hingga dia bercerita bila dia lagi jengkel sekali serupa Edi tunangannya itu, pasalnya dia itu serupa sekali tidak paham bila Edi pergi keluar kota. Telah jauh-jauh datang ke Bandung, kenyataannya orang yang dituju lagi pergi, walau sebenarnya terlebih dulu Edi katakan kalau dia akan tidak kemana saja.

“Udah deh Ndi.., mungkin saja gagasannya itu di luar sangkaan.., jadi Anda mesti ngerti dong..! ” kataku sok bijaksana.
“Kalo sekali sich tidak apa Rick, namun ini telah yang keberapa kalinya, Saya terkadang sukai berprasangka buruk, jangan-jangan Dia miliki cewek lain..! ” ucap Indi dengan suara jengkel.
“Heh.., janganlah nuduh dahulu Ndi, siapa tau sangkaan Anda salah, ” kataku.
“Tau ah.., jadi bingung Saya Rick, telah deh, tidak usah ngomongin Dia sekali lagi..! ” potong Indi.
“Terus ingin ngomong apa nih..? ” kataku polos. Indi tersenyum mendengar ucapanku.
“Kamu telah miliki pacar Rick..? ” bertanya Indi.
“Eh, belom.. tidak laris Ndi.. mana ada yang ingin serupa Saya..? ” jawabku sedikit berbohong.
“Ah bohong Anda Rick..! ” ucap Indi sembari mencubit lenganku. Seerr..!

Tiba- tiba aliran darahku seperti melaju secara cepat, automatis adikku berdiri perlahan-lahan, saya jadi salah tingkah. Kelihatannya si Indi lihat perubahan yang berlangsung pada diriku, saya segera pura-pura ingin ambil minum sekali lagi, karna memanglah minumanku telah habis, namun dia segera menarik tanganku.

“Ada apa Ndi..? Minumannya telah habis juga..? ” kataku pura-pura bodoh.
“Rick, Anda ingin nolongin Saya..? ” ucap Indi seperti memelas.
“Iyaa.., ada apa Ndi..? ” jawabku.
“Aku.., Saya.. ingin bercinta Rick..? ” pinta Indi.
“Hah..! ” kaget juga saya mendengarnya,

Seperti petir di siang hari, pikirkan saja, baru juga satu jam waktu lalu kami berteman, namun dia telah mengatakan hal sesuai sama itu kepadaku.

“Ka.., Anda..? ” ujarku terbata-bata. Belum kusempat melanjutkan kata- kataku, telunjuknya segera ditempelkan ke bibirku, lalu dia membelai pipiku, lalu dengan lembut dia juga mencium bibirku. Saya cuma dapat diam saja memperoleh perlakuan sesuai sama itu. Meskipun ini mungkin saja bukanlah yang pertama kalinya bagiku, tetapi bila yang begini saya baru yang pertama kalinya rasakan dengan orang yang baru kukenal. Demikian lembut dia mencium bibirku, lalu dia berbisik kepadaku.

“Aku ingin bercinta serupa Anda, Rick..! Puasin Saya Rick..! ” Lantas dia mulai mencium telinganku, lalu leherku,
“Aahh..! ” saya mendesah. Memperoleh perlakuan sesuai sama itu, gejolakku pada akhirnya bangkit juga.

Demikian lembut sekali dia mencium sekitaran leherku, lalu dia kembali mencium bibirku, dijulurkan lidahnya menjalari rongga mulutku. Pada akhirnya ciumannya kubalas juga, gelombang nafasnya mulai tidak teratur. Cukup lama juga kami berciuman, lalu kulepaskan ciumannya, lalu kujilat telinganya, serta menelusuri lehernya yang putih bak pualam. Ia mendesah kesenangan,

“Aahh Rick..! ” Mendengar desahannya, saya makin bernafsu, tanganku mulai menyebar ke belakang, kedalam t- shirt-nya. Lalu kuarahkan menuju ke pengait BH-nya, dengan sekali sentakan, pengait itu lepas. Lalu saya mencium bibirnya sekali lagi, kesempatan ini ciumannya telah mulai agak beringas, mungkin saja karna nafsu yang telah menjangkau ubun- ubun, lidahku disedotnya hingga merasa sakit, namun sakitnya sakit nikmat.

“Rick.., buka dong pakaiannya..! ” tuturnya manja.
“Bukain dong Ndi.., ” kataku.

Sembari menciumiku, Indi buka satu persatu kancing baju, lalu kaos dalamku, lalu dia lemparkan ke samping tempat tidur. Dia segera mencium leherku, selalu ke arah puting susuku. Saya cuma dapat mendesah karna enaknya, “Akhh.., Ndi. ” Lalu Indi mulai buka sabukku serta celanaku dibukanya juga. Pada akhirnya tinggal celana dalam saja.

Dia tersenyum saat lihat kepala kemaluanku off set dengan kata lain menyembul ke atas. Indi lihat wajahku sebentar, lalu dia cium kepala kemaluanku yang menyembul keluar itu. Dengan perlahan-lahan dia turunkan celana dalamku, lalu dia lemparkan seenaknya. Dengan penuh nafsu dia mulai menjilati cairang bening yang keluar dari kemaluanku, rasa-rasanya sangat nikmat. Sesudah senang menjilati, lalu dia mulai memasukkan kemaluanku kedalam mulutnya.

“Okhh.. sangat nikmat, ” kataku dalam hati, kelihatannya kemaluanku merasa disedot-sedot. Indi begitu menikmatinya, sekali- sekali dia gigit kemaluanku.
“Auwww.., sakit dong Ndi..! ” kataku sembari agak meringis. Indi seperti tidak mendengar ucapanku, dia tetap masih saja memaju- mundurkan kepalanya. Memperoleh perlakuannya, pada akhirnya saya tidak kuat juga, saya telah tidak kuat sekali lagi menahannya,
“Ndi, Saya ingin keluar.. akhh..! ” Indi cuek saja, dia jadi menyedot batang kemaluanku lebih keras sekali lagi, sampai pada akhirnya,
“Croott.. croott..! ” Saya menyemburkan lahar panasku kedalam mulut Indi.

Dia menelan semuanya cairan spermaku, merasa agak ngilu juga namun nikmat. Sesudah cairannya betul-betul bersih, Indi lalu berdiri, lalu dia buka semuanya bajunya sendiri, hingga pada akhirnya dia telanjang bulat. Lalu dia menghampiriku, menciumi bibirku.

“Puasin Saya Rick..! ” tuturnya sembari memeluk badanku, lalu dia menuju tempat tidur. Hingga di sana dia tidur kemampuanng. Saya lantas mendekatinya, kutindih badannya yang elok, kuciumi bibirnya, lalu kujilati belakang telinga kirinya.

Dia mendesah keenakan, “Aahh..! ” Mendengar desahannya, saya lebih bernafsu, lalu lidahku mulai menyebar ke payudaranya. Kujilati putingnya yang samping kiri, sedang tangan kananku meremas payudaranya yang samping kiri, sembari terkadang kupelintir putingnya.

“Okkhh..! Erick sayang, selalu Rick..! Okhh..! ” desahnya mulai tidak menentu. Senang dengan bukit kembarnya, tubuhku kugeser, lalu kujilati pusarnya, jilatanku semakin turun ke bawah. Kujilati sekitaran pangkal pahanya, Indi mulai melenguh hebat, tangan kananku mulai mengelus bukit kemaluannya, lantas kumasukkan, mencari suatu hal yang mungkin saja kata orang itu yaitu klitoris. Indi makin melenguh hebat, dia menggelinjang bak ikan yang kehabisan air. Lalu saya mulai menjilati bibir kemaluannya, kukuakkan sedikit bibir kemaluannya, tampak terang sekali apa yang namanya klitoris, dengan agak sedikit menahan nafas, kusedot klitorisnya.

“Aakkhh.. Rick.., ” Indi menjerit agak keras, rupanya dia telah orgasme, karna saya rasakan cairan yang menyemprot hidungku, kaget juga saya. Mungkin saja ini pengalaman pertamaku menjilati kemaluan wanita, karna terlebih dulu saya tidak sempat. Saya masih tetap saja menjilati serta menyedot klitorisnya.

“Rick..! Masukin Rick..! Masukin..! ” pinta dia dengan muka memerah menahan nafsu. Saya yang dari barusan memanglah telah menahan nafsu, lantas bangkit serta mengarahkan senjataku ke mulut kemaluannya, kugesek-gesekkan dahulu di sekitaran bibir kemaluannya.

“Udah dong Rick..! Cepet masukin..! ” tuturnya manja.
“Hmm.., rupanya ni cewek tidak sabaran banget. ” kataku dalam hati. Lalu kutarik badannya ke bawah, hingga kakinya menjuntai ke lantai, tampak kemaluannya yang menyembul.

Pahanya kulebarkan sedikit, lalu kuarahkan kemaluanku ke arah liang senggama yang merah merekah. Perlahan-lahan namun tentu kudorong badanku.

“Bless..! ” pada akhirnya kemaluanku tenggelam didalam liang kemaluan Indri.
“Aaakkhh Rick..! ” desah Indi. Kaget juga dia karna sentakan kemaluanku yang segera menerobos kemaluan Indi. Saya mulai mengerakkan badanku, semakin lama semakin cepat, kadang- terkadang sembari meremas- remas ke-2 bukit kembarnya. Lalu kubungkukkan tubuhku, lantas kuhisap puting susunya.

“Aakkhh.., teruss.., Sayangg..! Teruss..! ” erang Indi sembari tangannya memegang ke-2 pipiku. Saya masih tetap saja menggejot badanku, tiba- tiba badan Indi mengejang,
“Aaakkhh.. Eriicckk..! ” Nyatanya Indi telah menjangkau puncaknya duluan.
“Aku telah keluar duluan Sayang..! ” kata Indi.
“Aku masih tetap lama Ndi.., ” kataku sembari masih tetap menggenjot badanku.

Lalu kuangkat badan Indi ke tengah tempat tidur, dengan spontan, kaki Indi melingkar di pinggangku. Saya menggenjot badanku, dibarengi goyangan pantat Indi.

“Aakkhh Ndi.., miliki Anda enak sekali. ” kataku memberikan pujian pada, Indi cuma tersenyum saja. Saya juga heran, mengapa saya dapat lama juga keluarnya. Badan kami berdua telah basah oleh keringat, kami masih tetap mengayuh dengan menuju puncak kesenangan. Pada akhirnya saya tidak kuat juga menahan kesenangan ini.

“Aahh Ndi.., Saya nyaris keluar.., ” kataku agak terbata-bata.
“Aku juga Rick..! Kita keluarin sama- serupa ya Sayang..! ” kata Indi sembari menggoyang pantatnya yang bahenol itu.

Goyangan pantat Indi makin liar. Saya juga tidak kalah serupa perihal dengan Indi, frekwensi genjotanku semakin kupercepat, hingga selanjutnya,
“Aaakkhh.., Ericckk..! ” jerit Indi sembari menancapkan kukunya ke pundakku.
“Aakhh, Indii.., Saya sayang Kamuu..! ” erangku sembari mendekap badan Indi. Kami terdiam beberapa waktu, dengan nafas yang tersenggal-senggal seperti pelari marathon.
“Kamu hebat sekali Rick..! ” puji Indi. “Kamu juga Ndi..! ” pujiku juga sesudah agak lama kami berpelukan. Lalu kami cepat- cepat menggunakan pakaian kami kembali karna takut adik tunangannya Indi keburu datang.





EmoticonEmoticon