Jumat, 25 Agustus 2017

Jadi Penjantan Bagi Keluarga Kirana Sampai Petualangan Seks Hingga Venezuela


Jadi Penjantan Bagi Keluarga Kirana Sampai Petualangan Seks Hingga Venezuela

Tante Lendir - Sesosok wanita menarik perhatianku, ketika aku baru saja selesai memarkir mobil. Sempurna sekali tubuhnya, wajahnya cantik, rambutnya coklat dan kulitnya putih bening. Kelihatan dari wajahnya dia keturunan China. Aku berdiri di samping mobilku sambil memperhatikan kemana arah cewek cantik itu. Wah mobilnya bukan sembarangan, Mercedes tipe terbaru.

Begitu dia masuk mobil aku pun cepat2 masuk mobil kembali. Maksudku ingin menguntit. Mobilnya bergerak kearah tempatku parkir. Tiba2a muncul ide untuk menabrakkan saja mobilku ke mobilnya. Mobilku Jeep Wrangler parkir posisi maju, sehingga aku harus keluar mundur.

Ketika mobilnya muncul, segera kumundurkan mobilku sehingga tabrakan belakang mobilku dengan samping sebelah kirinya. Tidak terlalu keras, tetapi cukup dalam juga body samping belakangnya mblesak ke dalam. Sedang mobilku tidak mengalami kerusakan berarti.

Sosok bidadari yang kuincar tadi langsung keluar dari mobil dan melihat kerusakan. Dia marah2 menyalahkanku, yang katanya sembarangan saja mundur gak lihat-lihat. Aku segera minta maaf dan berjanji akan memperbaiki semua kerusakannya. Padahal aku tau bahwa mobil semewah ini tidak mungkin tidak ada asuransinya. Jadi aku tidak perlu khawatir keluar duit banyak.

Dia memelototi aku dengan muka kesal. Wajahnya, ampunnnn cantik banget, apalagi dalam keadaan marah begitu. Aku tawarkan untuk menuju bengkel langgananku. Dia tidak mau membawa mobilnya yang kelihatan jelek karena penyok, aku disuruhnya membawa mobil dia sementara dia membawa mobilku. Untung saja mobilku interiornya sedang bersih tidak berantakan seperti biasanya.

Aku setuju, sekitar 30 menit kami jalan beriringan sampai ke bengkel langgananku. Pemilik bengkel menyambutku dengan akrab. Bengkel ini memang langganan keluargaku, dia juga menerima perbaikan yang ditanggung asuransi. Aku disarankan mengurus asuransinya.

Cewek yang mobilnya kutabrak tadi belum tahu namanya siapa. Aku terpaksa menanyakan namanya dengan menyalaminya, dia menyebutkan namanya Karina. Dia lalu menelepon perusahaan asuransinya. Urusan asuransi tidak perlu aku uraikan, nanti terlalu nglantur.

Karina tampangnya masih kesal, dia bilang aku membuat acaranya berantakan. Dia menuntut aku mengantar pulang ke rumahnya. Aku dengan senang hati dan mengorbankan semua acaraku hanya untuk mendapat kesempatan kenal lebih jauh dengan Karina.

Kami sampai ke kawasan Pondok Indah Jakarta. Rumahnya besar dan sangat mewah. Sampai dirumahnya aku tidak tahu statusnya, jangan-jangan dia istri piaraan konglomerat. Aku disuruh ikut masuk rumahnya. Kebetulan ibunya masih di rumah. Segala kekesalannya ditumpahkan ke ibunya mengenai tragedi tadi. Aku hanya terdiam saja duduk di kursi. Paling tidak aku tahu bahwa Karina bukan istri piaraan konglomerat, tapi anak konglomerat.

Ibunya untung tidak ikut memarahiku, dia malah meminta anaknya sabar, karena musibah tidak bisa dihindarkan. Mamanya masih cantik di kisaran usia 40-an. Dari wajahnya kulihat mamanya seperti bule. Dari beberapa pertemuan kemudian ku ketahui bahwa mamanya keturunan Amerika Latin. Mereka bertemu ketika Papanya yang orang China sedang tugas bekerja di New York. Terlihat sekali Karina sangat manja. Kutaksir Karina baru berusia sekitar 20 tahun.

Kugambarkan sedikit sosok Karina, Tingginya sekitar 170 cm, tidak beda jauh dari tinggiku yang sekitar 175cm. Kulit putih seperti umumnya cewek cina. Tapi aku tidak terlalu khawatir karena kulitku juga tidak hitam, seperti mamaku yang keturunan Lebanon yang kawin dengan papaku, Jawa asli. Tubuh Karina nyaris sempurna, teteknya kelihatan cukup tegap dan besar, pantatnya penuh dan pingangnya kecil. Kakinya putih tanpa cacat. Ya iyalah anak orang kaya pasti perawatannya full.

Ibunya malah mengajakku ngobrol, menanyai keluargaku dan kegiatanku. Kujelaskan bahwa papaku Pati di Angkatan Laut, kini jadi pengusaha setelah pensiun. Ibuku keturunan Lebanon. Aku baru selesai kuliah dan sekarang bekerja di salah satu perusahaan ayahku.

Ibunya yang memperkenalkan namanya, Margareth. Dari tatapan matanya mengesankan dia menyenangiku. Aku pura-pura culun aja, meski aku bisa membaca bahasa tubuh. Karina yang duduk di samping ibunya, juga sering mencuri-curi pandang ke arahku. Dari sorot matanya aku memastikan bahwa Karina juga tertarik.

Sekitar 2 jam kami ngobrol di ruang tamu yang mewah sekali. Ibunya dan juga Karina men save no HP ku. Aku pastilah mempunyai semua no HP mereka. Malam ketika aku asyik ngobrol dengan kolega di kafe Kemang,, Hpku bergetar, muncul nama Karina.

Dia minta aku menjemputnya di rumah besok pagi jam 7 pagi, dia ada janji meeting dikantor clientnya. Ini sebagai hukuman akibat aku menabrak mobilnya. Bagiku ini bukan hukuman tapi kesempatan, ya kesempatan mengenal lebih jauh.

Setengah jam sebelum jam 7 aku sudah duduk diruang tamu rumah Karina. Rumahku hanya 10 menit dari rumahnya, jadi bisa cepat sampai. Pagi itu aku disambut ibunya yang kemudian mengajakku duduk di meja makan untuk sarapan toast dan milo hangat. Mama Margareth banyak bertanya mengenai diriku. Kayaknya dia penasaran mengenai siapa diriku.

Keluarga mereka baru sekitar 2 tahun tinggal di Indonesia. Sebelumnya sekitar 10 tahun di New York dan sebelumnya di Caracas, Venezuela. Dari negara itulah mama Margareth berasal. Pantas saja cantik. Cewek Venezuela terkenal cantik, buktinya mereka sering memenangkan Miss World.
Jam 7 pagi tepat Karina muncul dengan wajah segar dan cantiknya luar biasa, berkat blasteran Cina dengan Latin Amerika. Kami segera pamit dan aku diminta men sun pipi mama Margareth, itu memang kebiasaan mereka. Sambil mensun aku sempat terkena tendangan ujung tetek mama Margareth yang terasa empuk menyundul dadaku.

Hari ini wajah Karina tidak cemberut seperti kemarin, Dia malah tampil sumringah. Aku mendrop Karina di salah satu gedung di Thamrin, dan aku meneruskan menuju kantorku di daerah Menteng. Karina katanya akan pakai taksi menuju kantornya di kuningan. Tapi bubaran kantor aku diminta menjemputnya.

Akhirnya aku jadi seperti supir Karina selama mobilnya masih di bengkel. Aku senang-senang saja karena dengan begitu bisa lebih dekat dengan Karina yang sekarang sudah makin jinak. Selain itu aku juga senang cipiki-cipika dengan mama Maragareth yang makin hari rasanya makin mesra, karena aku dipeluknya erat sampai dadanya ngepres ke dadaku.

Seperti dugaan pembaca, aku nantinya akan dapat mencicipi Karina dan mamanya. Tapi sabar ya. Ceritanya tidak seru kalau lompat-lompat, rasanya jadi kurang nalar.

Belum sebulan aku sudah diajak Karina masuk ke kamarnya di lantai atas. Kejadian itu ketika aku mengantarnya pulang kerja. Rumah waktu itu sepi. Aku digandeng Karina menaiki tangga dan langsung masuk ke kamarnya. Kamarnya khas cewek banget, dimana-mana ada warna pink. Kamarnya lega dan selain sebuah bed yang lebar, terdapat meja kerja dan sofa kecil. Kamar mandi juga ada di dalam.

Setelah pintu tertutup, Karina langsung memeluk dan menciumiku dengan ganas. Aku membalasnya dengan ganas pula sambil aku gendong dan kubaringkan di tempat tidurnya. Hanya 5 menit tanganku diam, setelah itu langsung merambah kedua susunya. Mulai dari meremas dari luar baju sampai akhirnya memelintir kedua putingnya yang masih kecil. Pentilnya kecil dan nyaris terbenam, padahal susunya besar sekali, sampai telapak tanganku tak muat menangkupnya.

Cumbuan berat sekitar 15 menit, kami berdua sudah bugil. Tubuh Karina putih mulus tanpa cacat dengan jembut hitam lebat. Dia menunjukkan kemahiran menghisap penisku dengan sedotan-sedotan kuat. Dengan keahliannya ini sudah bisa di duga bahwa Karina sudah cukup mengenal lelaki dan mungkin sudah lebih dari seorang yang dia cumbui. Tapi peduli amat lah, karena aku pun bukan pejaka lagi sejak umur 15 tahun.

Karina senang memainkan batang penisku yang katanya tegap dan panjang. Padahal penisku pernah ku ukur panjangnya cuma 15 cm lebih dikit dan lingkarannya 20 cm. Cukup lama dia mengoralku dan cukup lama pula aku menahan diri agar tidak muncrat. Akhirnya dia bosan dan minta aku pula yang mengoralnya.

Memeknya yang lebat dengan jembut agak merepotkan juga, Kusibak jembutnya dan terlihatlah belahan memeknya. Model memeknya tidak secantik wajah Karina. Bibir dalamnya kelihatan berlebih keluar. Sehingga aku bisa menjewernya ke kiri dan ke kanan. Jika dijewer maka terlihatlah lubang magmanya yang merah muda dan diatasnya terdapat tonjolan dengan ujung bulat mengkilat. Aku menyerbu itilnya dengan menangkupkan mulutku ke memeknya bagian atas. Lidahku dengan mudah menemukan tonjolan itil yang sudah ngaceng. Karina kelojotan dan menjerit-jerit nikmat ketika itilnya aku serang dengan jilatan lidah. Sambil menjilati itilnya jari tengah tangan kananku masuk ke lubang vaginanya mencari tonjolan Gspotnya.

G spotnya sudah mengembang dan terasa agak kasar sedikit. Dengan bantuan pelumasan vaginanya yang sudah banjir aku menjilati sambil menggosok gpotnya. Karina tidak mampu bertahan dengan seranganku sehingga dalam waktu tidak sampai 5 menit dia sudah orgasme dan memuncratkan ciaran kental dari lubang kencingnya.

Spreinya basah seperti kena ompol. Karina masih mengejan-ngejan karena gelombang orgasmenya. Setelah itu terkulai lemas seperti orang pingsan. Aku khawatir juga kalau dia benar-benar pingsan, maka kuciumi mulutnya dan kumainkan lidahku di dalam mulutnya. Ternyata ada reaksi, sehingga aku merasa aman. Penisku yang sudah tegangan penuh aku arahkan memasuki liang vaginanya yang sudah licin. Perlahan-lahan aku selundupkan seluruh batangku sampai tenggelam. Nikmat sekali jepitan memeknya. Sesekali ada pula gerakan ototnya mencengkeram batang penisku.

Mudahnya aku menikamkan penisku ke memeknya maka meyakinkan aku bahwa Karina sudah tidak virgin. Ah aku tidak ambil pusing siapa yang memerawani. Dapat kesempatan sekarang merasai memeknya pun rasanya sudah luar biasa.

Karina yang masih lemas aku tindih dengan gerakan pelan memompa memeknya. Sekitar 5 menit aku memainkan posisi MOT mulai ada reaksi Karina dia merintih sambil tangannya memeluk badanku. Punggungku dicakarnya ketika dia mencapai orgasme. Rasanya agak perih, tapi aku bisa menghiraukan karena aku pun kemudian mencapai orgasmeku. Sperma ku tembakkan ke dalam memeknya, sehingga luber.

Aku biarkan penisku yang baru muncrat tetap berada di dalam memeknya, sambil kusangga badanku dengan siku sehingga tidak menindih penuh tubuh Karina. Kupandangi wajahnya yang kelihatannya makin cantik. Aku ciumi. Teteknya yang kencang menggembung dan aku remas-remas.
Kegiatanku itu rupanya memicu penisku bangun lagi. Padahal masih pada posisi tercelup dalam vagina. Merasa makin keras, aku gerakkan maju mundur yang malah jadi makin nikmat dan makin keras.

Setelah terasa cukup keras aku bekerja lagi mengaduk vagina Karina. Dia mengatakan kewalahan menghadapiku yang bisa main tanpa jeda. Aku pun seumur hidup baru ngalami sekali ini bisa langsung on dalam tempo hanya kurang 2 menit. Mungkin karena pemandangan dan rasa yang kudapatkan nilainya plus semua, maka rangsangan di otak jadi mudah bangkit kembali.
Ronde keduaku membuat Karina kewalahan.

Dalam posisi MOT dia mendapat dua kali orgasme. Aku balikkan posisi menjadi WOT. Karina hanya sanggup ketika dia mencapai orgasmenya lagi sekali setelah itu dia minta aku kembali di atas. Kugenjot dengan cepat dan kasar, dia menjerit nikmat dan dapat lagi satu O, sampai dia berteriak, mungkin sangking nikmatnya.

Mungkin teriakan itu terdengar sampai keluar kamar, karena tidak lama kemudian Mama Margareth muncul di pintu, yang kami lupa menguncinya. Mama tidak sekedar melongok, dia malah masuk menonton aku yang sedang menindih anaknya. Aku tidak bisa berbuat apapun, karena posisi bugil berdua sedang tindih-menindihan dan penisku terbenam di memek Karina. Aku pasrah, apa pun yang akan terjadi aku harus terima.

Ternyata si Mama tidak marah, malah meminta Karina jangan teriak-teriak karena sudah malam. Tidak lama kemudian mama meninggalkan kami. Aku jadi agak kurang gairah setelah ke tangkap sedang ngentot. Namun Karina masih saja mendesah-desah mengikuti irama gerakanku. Kayaknya dia gak terpengaruh karena kepergok mamanya.

Cukup lama ku embat si Karina sampai dia lempar handuk alias menyerah karena tidak mampu lagi melayani nafsuku. Padahal penisku masih tegap dan belum terasa ada tanda mau nyemprot. Karena kasihan anak cantik kecapaian, jadi aku hentikan permainan yang kurasakan jadi nanggung. Apa boleh buat lah. Kalau diterusin badanku juga lelah. Karina berpesan sebelum tidur agar aku jangan pulang, tidur bersama dia sampai pagi.

Untuk menetralisir birahiku, aku masuk kamar mandi dan menyiram sekujur tubuhku dengan air dingin. Lepas mandi muncul pula tuntutan baru. Perutku lapar. Berbaju piyama yang sudah disediakan Karina aku turun ke bawah, menuju dapur besih. Aku periksa satu persatu laci kitchen dan akhirnya kutemukan mi instan. Dua bungkus sekali masak, lumayan juga mengganjal perut. Tapi rasanya masih belum marem. Kucari sesuatu di dalam kulkas. Di frezer ada beberapa hamburger siap saji bersama rotinya dalam keadaan beku. Ah gak masalah, ada microwave semuanya beres, tidak sampai 5 menit aku sudah menikmati hamburger panas.

Setelah tuntas melahap, sekarang aku jadi kekenyangan. Aku duduk sejenak di sofa ruang keluarga untuk menetralisir perut yang teramat kenyang. Remote tv di tangan, maka dunia ada di dalam genggamanku. Aku berhenti di tayangan HBO. Bagus juga filmnya sehingga aku terpaku menontonnya. Jam di dinding berdentang 12 kali.

Handphoneku bergetar. Aku agak kesal, karena ada orang mengirim pesan tengah malam begini. Sambil agak malas-malasan kubaca layar HP. Astaga, ternyata mama Margareth yang mengirim pesan. Isinya “ Itu kamu yang di ruang tengah nonton TV ya,”, Kujawab “Benar ma”

Tidak lama kemudian si Mama muncul dari pintu kamar tidurnya. Dia menghampirku yang tengah duduk santai disofa. Mama pakai daster yang mungkin dari kain satin, karena terlihat berkilat dan halus. Dia mendekatiku dan tanpa basa-basi langsung duduk dipangkuanku menindih tubuhku yang posisinya setengah berbaring. Belum sempat aku berpikir, kedua tanganku sudah diraihnya dan diajak untuk meremas kedua payudaranya yang tidak dibalut BH. Dikasih enak, mana mungkin nolak.

Kedua telapak tanganku langsung bekerja sesuai dengan permintaan. Tidak puas meremas dari luar pagar, tanganku masuk ke dalam daster melalui belahan depan daster. Dua payudara besar yang masih sangat kenyal aku remas dan aku pelintir putingnya hati-hati. Pemiliknya mendesah dan menindihku.

Mama bangkit lalu melepas celana boxerku sekaligus celana dalamku. Penisku yang dari tadi belum layu, mengeras sempurna kembali. Aku tidak sempat bertanya kenapa mama, sampai minta jatah dariku, karena mama langsung melahap penisku. Tidak hanya dihisap dan dijilat. Bukan hanya batang penis, tetapi kedua kantong zakarku turut dikulum. Sudah itu lubang matahari ku tidak luput dari jilatannya. Nikmatnya luar biasa di service pemain U-45 berpengalaman.

Aku pasrah saja melayani keinginan Mama Margareth yang makin buas. Puas mengoral, mama bangkit dan mengangkat dasternya yang ternyata dia tidak mengenakan celana dalam. Dia berdiri diatasku . Memeknya tepat di depan mulutku. Aku segera tahu apa yang diinginkan. Sambil mama berdiri di sofa aku meraih pinggulnya dan langsung menjilati belahan memeknya. Kelihatannya si Mama mencukur jembutnya sehingga tinggal sedikit di ujung lipatan , seperti jambul komedian “Gogon”.

Belahan memeknya menjepit daging yang agak menggelambir keluar. Bentuk memeknya seperti Karina, dengan labia minoranya yang agak panjang. Aku sibak dengan menariknya melebar. Itil si Mama kelihatan lebih menonjol seperti penis kecil. Oleh karenanya aku lebih mudah mencucupnya dan menjilati itil.

Mungkin karena geli nikmat si Mama melonjak-lonjak sehingga membingungkan ku mengikuti gerakannya. Lama-lama posisi kami jadi rubuh. Aku telentang di sofa dan si Mama menduduki mulutku. Mulanya posisi itu membuat aku gelagapan, karena tidak ada ruang untuk bernafas. Setelah kuatur posisi yang melegakan, aku meneruskan serbuan keujung itil yang bentuknya seperti kepala penis kecil.

Mungkin karena posisi mama diatas, sehingga dia lebih leluasa bergerak, dan itu membuatku sulit mengikuti gerakannya. Berkali-kali itilnya lepas dari lidahku. Mama aku bimbing telentang di sofa lalu aku berada di atasnya dan menjilati itilnya. Posisi ini bagiku lebih pas, karena mama jadi agak sulit bergerak dan jilatanku konstan di ujung itilnya. Mama mengerang nikmat, jari tengah kutusukkan ke dalam lubang vaginanya dan meraih gspotnya. Mama makin merintih seperti orang nangis, tetapi nadanya nikmat.

Tidak lama kemudian mama meraung tertahan dan bersamaan dengan itu muncratlah cairan dari memeknya membasahi mukaku. Rambutku dijambaknya sampai terasa sakit, tapi terpaksa aku tahan, karena mama tidak sadar meremasnya terlalu kuat.

“Kamu luar biasa sampai aku bisa benar-benar lemes,” kata Mama. Aku ambil ancang-ancang menancapkan senjataku ke dalam lubang nikmatnya. Mama mencegah lalu bangkit dan menarikku masuk ke kamar tidur khusus tamu.

Di kamar ini memang lebih leluasa. Mama pasang posisi ngangkang dan aku juga merangkak diantara kedua kakinya. Tanpa dituntun kuarahkan penisku memasuki lubang vaginanya. Penisku menemukan jalannya dan aku tinggal menekan perlahan-lahan. Meski sudah berumur, tetapi jepitan memek si mama, lumayan enak juga. Aku memompa perlahan-lahan terus menerus. Mama mendesis, ini menandakan posisiku tepat merangsang g spotnya. Makin lama suara mama makin keras dan akhirnya terdiam lalu melenguh panjang sambil mendekapku kencang sekali. Batang penisku terasa dipijat oleh otot-otot vagina mama.

Selepas orgasme aku merasa memek mama makin ketat, sehingga menimbulkan kenikmatan bagi penisku. Aku menggenjot lagi sampai sekitar 10 menit yang akhirnya kami bersamaan mencapai kepuasan. Aku melepas spermaku di dalam lubuk memek mama. Badanku berkeringat meskipun ruangan ber AC.

Aku memperhatikan body mama, meski sudah tua tetapi masih bagus. Mungkin karena orang bule atau karena dia rajin merawat dan melakukan senam. Kesadaranku pulih, sehingga berfikir situasi keluarga Karina. Bagaimana seorang ibu memergoki anaknya di entot orang, tapi diam saja dan bagaimana pula sang ibu minta dientot pacar anaknya, padahal suaminya sedang ngorok dikamar. Mungkin saatnya nanti aku akan tahu bagaimana relasi keluarga mereka.

Setelah istirahat sejenak, mama bangun dan mengajakku ke kamar mandi yang ada di kamar itu. Kami saling membersihkan diri dari cairan kenikmatan kami tadi. Di kamar mandi yang terang inilah aku baru cermat mengamati keindahan tubuh mama. Susunya toge banget meski agak menggantung tetapi masih padat, alias belum kempot. Warna putingnya merah jambu dan putingnya menonjol sebesar ujung jari kelingking.

Pantatnya bahenol banget, seperti pada umumnya wanita latin. Matanya tajam dan hidungnya mancung. Tingginya hampir setinggi aku. Lemak tubuhnya tidak terlalu tebal, tetapi menggumpal di beberapa tempat. Meski begitu pinggangnya masih langsing.

“Mama ada masalah sama papa” tanyaku.
“Ya gitulah, mungkin papa sudah terlalu tua sehingga agak jarang melayani mama. Kalaupun main, mama tidak sampai puas dia sudah lemes dan langsung ngorok.” kata Mama.

Tidak banyak ngomong karena kami saling meraba dalam membersihkan diri, Mama mencoba mengocok penisku yang kuyu dan aku meremas tetek mama yang menggemaskan. Setelah mengeringkan diri dengan handuk, mama menyarankan aku kembali ke kamar Karina karena dia akan kembali ke kamarnya.

Karina masih lelap tidur, dan posisinya masih belum berubah. Dia terlalu lelah bermain denganku tadi, karena berkali-kali mendapatkan orgasme. Aku belum tahu apa reaksinya jika dia tahu aku “bermain” dengan mamanya. Apakah dia akan bisa menerima, seperti mamanya mengetahui anaknya aku embat.

Hubungan ku dengan keluarga Karina semakin akrab. Aku tidak menduga, hasil menabrakan mobil ke mobil Mercy Karina tempo hari menghasilkan hubungan yang demikian jauh. Aku dengan bebasnya menyetubuhi Karina di kamarnya sendiri dan sepengetahuan mamanya. Aku kira papanya juga tahu, karena aku sering menginap di kamar Karina.

Aku masih tidak membuka informasi kepada Karina bahwa aku sering memuaskan keinginan sex mamanya. Aku kelak akan membuka juga rahasia ini, tetapi waktunya belum tepat. Saat kami sarapan pagi bertiga, Mamanya buka suara yang berkata terus terang bahwa mama puas sekali bermain sex denganku. Kuperhatikan raut muka Karina, sepertinya dia biasa saja mendengar pernyataan mamanya.

Ternyata si Karina sudah lama tahu bahwa aku melayani mamanya juga, Aku agak bingung dengan keluarga ini, apa karena terlalu lama tinggal di Barat, sehingga mereka bebas saja berbicara masalah sex dan menerima hubungan seperti yang terjadi padaku.

Aku sempat salah tingkah dan malu, ketika papa Karina menyatakan terima kasihnya padaku, karena aku bisa memenuhi keinginan istrinya. Dia merasa agak tenang karena selama ini merasa kewalahan atas tutuntan ranjang dari Mama Margareth. Menurut Papanya, lebih baik istrinya berhubungan sex dengan ku dari pada dengan orang lain yang tidak dia kenal. Dia pun mengatakan hubunganku dengan Karina sebaiknya dilanjutkan sampai ke jenjang perkawinan, karena keluarga ini tidak punya anak laki-laki, sehingga tidak ada yang bisa mewarisi usaha yang sudah berkembang besar.

Di awal cerita aku tidak mengungkapkan bahwa Karina sebetulnya punya dua adik. Karina adalah sulung sekarang berusia 23 tahun. Adiknya Stevani sekolah di Singapura berumur 18 tahun dan bungsu Melody tinggal di Singapura bersama kakaknya. Mereka berdua sekolah di sana. Mereka jarang pulang karena kedua orang tuanya sering menjenguk.

Ketika aku diajak Karina ke Singapura barulah aku mengenal mereka berdua. Mereka cantik-cantik dan bongsor. Melody lebih bule dibanding Stefani. Si bungsu yang berusia 13 tahun badannya seperti cewek 17 tahun.

Di Singapura ayah Karina memiliki apartemen yang cukup bagus. Namun ketika aku dan Karina ke Singapura dia memilih tinggal di Shangrila hotel bersama ku dari pada nginap di apartemen.
Sejak hubunganku sudah demikian terbuka sehingga papanya pun merestui, maka aku makin leluasa menyetubuhi mama Margareth dan Karina. Pernah suatu kali ketika aku sedang bertarung dengan mama, dikala Karina tidak dirumah. Tiba tiba Karina dengan santainya masuk ke kamar mama dan menonton pertandingan kami. Setelah itu, Karina minta jatah. Aku tidak tahu kapan dia pulang, karena mungkin sedang asyik dengan si Mama.

Nafsu sex Karina dan mamanya tergolong hiper. Hampir setiap hari aku melayani mereka berdua. Untung aku juga punya nafsu yang menggebu-gebu, jadi mampu saja menandingi mereka. Aku merasa pening jika sehari saja tidak ngentot. Rasanya bekerja pun susah berkosentrasi, karena selangkanganku terganggu oleh tegangan. Setiap hari paling tidak aku bisa 3 kali ejakulasi, tanpa badan merasa lelah. Sering juga aku mencapai 5 kali. Itu terjadi jika aku nginap di hari libur.

Suatu hari, aku diajak paksa Karina ke Singapura. Keperluannya adalah menemani Stefani yang sendirian tinggal di apartemen. Si kecil Melody ikut tour sekolahnya ke China selama 5 hari. Satu sampai hari kedua aku tidak mengalami kejadian aneh. Aku tidur sendirian dan Karina tidur menemani Stefani. Itu pun sebelumnya Karina minta jatah untuk mendapat “obat tidur”. Dia menyebut orgasme dengan ku sebagai obat tidur.

Tidak mungkin Stefani tidak tahu kalau aku “bermain” dengan kakaknya. Lha wong teriakan Karina dan erangannya bisa menembus sampai keluar unit apartemen. Biasanya setelah dia mendapat kepuasan dia langsung menemani adiknya dan katanya langsung tidur.

Hari ketiga, yang kebetulan jatuh pada hari Senin, Karina memaksa pulang, karena dia mendapat telepon dari kantornya bahwa ada masalah yang harus ditangani. Anehnya aku tidak boleh pulang, menunggu sampai si Melody pulang. Padahal aku juga ingin menyelesaikan pekerjaan juga. Namun Karina marah beneran ketika aku memaksa juga ingin pulang.

Aku berkilah, kenapa bukan mama yang datang menemani Stefani, kan mama tidak kerja, begitu desakku. Mama kata Karina sedang ke Paris bersama rombongan teman-temannya. Aku agak bingung, karena dipaksa tinggal bersama Stefani. Maksudku apa Karina tidak khawatir jika nanti adiknya aku “garap”. Atau apakah dia sengaja mengumpan adiknya untuk aku “ makan”.

Dua pertanyaan itu tidak bisa kutanyakan terang-terangan ke Karina. Apalagi dia sudah cemberut saja dan begitu taksi datang, tanpa banyak basa-basi dia terus bablas ke airport.

Di tinggal Karina, aku jadi tidak tahu harus bagaimana. Pagi itu aku buru-buru mandi dan langsung membuat sarapanku sendiri, roti berlapis selai. Sementara itu Stefani yang tadinya agak cuek, kok jadi berbalik bermuka manis. Aku membatin dalam hati,” apa aku kuat menahan diri berdua dengan remaja cantik di apartemen ini”

Stefani kuliah di Singapura. Aku lupa dia ambil jurusan apa. Yang kuingat, pagi itu dia mengenakan rok mini, yang sangat mini sehingga paha putih yang gempal jadi kelihatan sangat memikat lelaki. Andai saja dia membungkuk sedikit, maka celana dalamnya akan kelihatan.

Ah aku jadi alay, Di Singapura remaja umumnya berpakaian seperti itu. Jadi pakaian Stefani ya normal saja sebetulnya. Stefani minta aku antar ke kampusnya. Aku tidak bertanya kenapa mesti diantar segala, emang biasanya kan jalan sendiri.

Aku turuti saja kemauannya. Kami berjalan berdua menuju stasiun MRT. Sepanjang jalan Stefani menggandengku. Sebetulnya dia tidak menggandeng tapi nglendot. Jadinya susunya yang kenyal berkali-kali menekan lenganku. Dari pengalamanku di dunia persilatan lendir, cewek yang besikap seperti ini biasanya sudah tunduk dan mau diapakan saja. “Ah masak Stefani begitu sih, kan aku baru akrab dan belum banyak berbicara dengan dia,” kata ku dalam hati.

Kalau bisa aku nikmati dan memang sedap kenapa harus banyak pertanyaan, ya sudahlah rasakan saja. Begitulah akhirnya aku bersikap. Sampai di kampusnya, eh Stefani malah mengenalkan aku dengan teman-temannya. Berkali-kali aku bersalaman. Setelah itu aku dilepasnya, dan dia masuk kelas.

Belum sehari aku sudah bingung melihat sikap adik si Karina. Dari kampusnya aku jalan-jalan dan nongkrong di sekitar Orchad road sambil cuci mata. Pemandangan memang indah, karena banyak yang bening-bening melintas. Namun lama-lama bosan juga. Mau masuk mall juga bosan. Akhirnya aku putuskan menuju stasiun MRT terdekat untuk kembali ke apartemen. Paling tidak aku bisa tidur bermalas-malasan.

Belum sampai stasiun MRT, HP bergetar. Karina mengabarkan bahwa dia sudah sampai kantor. Dia berpesan, agar aku jangan pulang ke Jakarta sampai si Melody kembali dari Cina. Kenapa ya Karina khawatir sekali jika aku meninggalkan Stefani sendirian.

Rasanya ingin sekali menghisap sebatang rokok. Kulihat di taman ada bapak-bapak sedang asik mengisap rokok sambil membawa asbak kecil. Aku bergabung dan karena aku tidak punya asbak, aku numpang asbaknya. Untung dia berbaik hati dan mempersilakan aku menggunakan asbaknya.
Rasanya lebih nikmat merokok di Singapura dari pada di Jakarta. HP ku bergetar lagi. Di layar muncul nama Stefani. Mau apa lagi anak ini, batinku. Dia mengabarkan sudah selesai kuliah karena beberapa mata kuliah pindah waktunya. Stefani ingin menyusulku. Aku dimintanya menunggu saja di tempatku merokok. Dia kenal benar sudur-sudut Orchad.

Sekitar setengah jam kemudian Stefani muncul dari arah stasiun. Begitu melihatku dia berlari-lari kecil lalu menubrukku dan mencium pipiku. Dia bersikap seolah-olah kami sudah lama tidak bertemu. Padahal belum ada 4 jam berpisah.

Kami mencari makan siang. Aku mengusulkan makan makan noddle duck, dia setuju. Habis makan kami kembali ke apartemen. Mataku agak ngantuk sehingga yang paling kuinginkan adalah tidur.
Berkaus oblong, celana pendek, aku melesat ke dalam selimut di kamarku. Udara AC di apartemen ini sangat dingin. Mungkin tidak sampai 5 menit aku sudah tertidur. Entah berapa lama tertidur aku terbangun karena merasa ada gangguan. Stefani sudah berada disisiku. Dia memelukku dan menciumi wajahku.

“Wah anak ini cari perkara,” kata ku dalam hati.
“ Kak aku suka ama kakak,” katanya.
“Aku kan pacar kakakmu,” kataku.
“Biarin aja, pokoknya aku suka ama kakak,” dia mendesak.

Semula aku pasif saat dia menciumi pipiku. Hembusan nafasnya terasa memburu. Ini pertanda dia sedang naik nafsunya. Puas menciumi pipiku dia merambah mulutku dan langsung menangkupkan mulut kecilnya ke mulutku. Lidahnya dia permainkan masuk ke dalam mulutku.

Aku tidak bisa berdiam diri maka kutarik dia menindih tubuhku dan kami berciuman hangat. Aku merasa ciuman Stefani ganas sekali. Dia menarik tubuhku sehingga aku berada diatasnya. Aku melepas ciuman di mulut dan aku jilati telinganya lalu leher dan terus ke bawah. Tanganku serta merta mencari sasaran gundukan kenyal di dadanya.

Dia tidak menghindar ketika tanganku meremas gundukan itu dari luar kaus oblongnya. Terasa di tanganku bahwa gundukan empuk itu tidak mengenakan BH. Tanganku menelusup dari bawah kausnya menjangkau gundukan kenyal. Stefani malah membantu dengan mengangkat kausnya sehingga terpampang kedua susunya yang lumayan menggunung. Putingnya belum sempurna berkembang, tetapi teteknya telah membengkak cukup besar.

Aku jilati kedua putting kecil itu sampai Stefani mendesah-desah. Tugas tanganku sudah diambil alih oleh lidah, sehingga tangan mencari sasaran lain yang lebih penting. Celana pendeknya aku dorong kebawah sekaligus dengan celana dalamnya. Terasa jembutnya yang cukup lebat menutupi belahan memeknya.

Posisi celananya belum terbuka penuh masih berada di pahanya, jariku sudah masuk kecelah-celah belahan memeknya. Belahan memeknya masih rapat tetapi sudah terasa licin karena lendir yang meleleh keluar dari lubang vagina.

Dengan jariku, aku memainkan itilnya. Stefani makin seru merintih.Celananya dia buka sendiri juga kausnya sehingga bugil sepenuhnya. Aku menjilati perutnya dan perlahan-lahan turun ke bawah sampai ke selangkangannya. Tanpa merasa risih dan malu Stefani sudah mengangkang selebar mungkin. Dia mengerti aku bertujuan menjilati memeknya.

Jembut yang lebat memuat sebagian masuk ke dalam mulutku. Setelah aku sibak kedua sisi memeknya tampak belahan merah muda dengan tonjolan diatas yang sudah mencuat. Itilnya sudah keluar dari sarang. Aku melumat itilnya sampai dia melonjak-lonjak. Aku tidak tahu apakah karena dia merasa geli atau kenikmatan yang sangat, sehingga dia mengangkat-angkat pinggulnya.

Aku jilati terus sampai akhirnya dia minta aku berhenti dan kepalaku ditekan sekuat-kuatnya ke memeknya yang sedang berdenyut-denyut. Lepas itu aku ditarik keatas. Kausku dibukanya dan celanaku dia tarik sampai akhirnya aku juga bugil. Aku didorong sehingga telentang. Penisku mengacung tegak, karena sudah full ereksi.

Di genggamnya sejenak, dikocok lalu dia melumat penisku. Permainan oralnya sudah cukup mahir. Dari situ aku menduga dia sudah jebol perawannya. Tidak terlalu lama dia mengoralku lalu bangkit dan mengarahkan batang penisku memasuki lubang kemaluannya yang sudah licin. Tanpa halangan berarti, penisku masuk sepenuhnya. Stefani berinisiatif bergerak sendiri mengejar puncak kenikmatan.

Cengkraman memeknya lumayan nikmat. Dia melakukan gerakan seperti sudah terbiasa berhubungan sex. Aku bisa bertahan karena aku pasif di bawah. Sementara itu Stefani terus memacu dengan mendesah-desah. Dia ambruk ke dadaku dan nafasnya memburu seperti habis marathon. Dibawah sana memeknya seolah-olah sedang memijat-mijat penisku karena denyutan orgasmenya.

Dia memuji bahwa kontolku rasanya nikmat sekali. Aku tidak bertanya emang biasanya pakai ****** siapa. Buat apa aku bertanya hal-hal konyol begitu. Yang penting enjoy aja. Udah dapat makan yang enak kok tanya resepnya apa, bahannya beli di mana dan sebagainya. Bisa-bisa jawabannya membuat kecewa.

Aku melanjutkan permainan dengan berada di atasnya. Akulah yang menggenjotnya sekarang. Memeknya makin terasa mencengkeram. Desahan dan reaksi tubuhnya membuatku jadi sangat terangsang sehingga akhirnya aku tidak mampu bertahan dan lupa daratan pula sehingga melepas jutaan benihku di dalam memeknya. Pada saat itu rupanya dia belum sampai, sehingga dia menggerakkan pinggulnya menggeser-geser penisku yang baru saja melepas sperma. Rupanya dia tidak terima aku mencapai finish duluan. Stefani berusaha bergerak terus sampai akhirnya dia finish juga dengan teriakan panjang sebagai tanda puncak kepuasan.

Kami berdua kelelahan dan tergeletak tidur begitu saja. Dengan tetap bugil kami berdua berselimut bersama. Stefani memelukku sampai dia tertidur dan akupun sudah tidak mampu lagi menahan kantuk.

Aku bangun dengan perasaan lega. Mani dan cairan sudah mengering di tubuhku, rasanya lengket. Aku bangunkan Stefani yang masih agak malas bangun. Karena terasa kebelet kencing aku tinggal dia yang tetap tergolek di ranjang. Aku masuk kamar mandi dan melepas hajat kecilku di toilet. Aku melanjutkan dengan mandi dengan shower air hangat. Tidak lama kemudian muncul Stefani sambil mengucek-ucek matanya. Dia pun kebelet pipis. Suara desiran pipisnya nyaring sekali mengalahkan suara shower.

Dari kamar masuk ke kamar mandi Stefani santai sambil tetap bugil. Selepas hajat kecilnya terlampiaskan dia bergabung denganku mandi sambil membasahi rambutnya. Kami berangkulan sambil menikmati guyuran air hangat.

Stefani mempermainkan penisku yang sedang loyo dan aku meremas-remas buah dadanya yang tegak menantang. Stefani mewarisi tetek ibunya yang besar, Karina sebetulnya juga besar. Jembutnya lebat tetapi belahan memeknya ada gelambir kecil, seperti kakaknya dan juga ibunya.

Stefani manja sekali, sampai mengeringkan badannya pun dia minta aku yang melakukan. Aku dan Stefani mengenakan kimono dan tidak mengenakan apa pun di dalamnya. Dari jendela apartemen aku menikmati pemandangan kota yang mulai redup dan lampu-lampu mulai menyala.

Malam ini kami malas keluar cari makan. Stefani minta pizza yang bisa di antar. Semua AC kami matikan sehingga dinginnya ruangan agak berkurang. Dua potong pizza cukup mengganjal. Sehabis pizza, hidangan berikutnya adalah melumat mulut. Itu gara-gara Stefani yang duduk di pangkuanku lalu memancing-mancing menciumiku.

Permainan itu berlanjut sampai akhirnya kami kembali telanjang bulat. Stefani minta “main” di sofa. Dia katanyanya ketagihan rasa kontolku. Ada-ada saja komentarnya. Entah berapa kali dia mencapai kepuasan sementara aku baru mencapai ejakulasi ketika permainan berlanjut dikamar Stefani.
Malam itu aku bertempur hampir sepanjang malam. Jika tidak salah ingatanku aku sampai 7 kali ejakulasi, sementara Stefani sudah tidak kuhiraukan lagi berapa kali dia mencapai puncak kenikmatannya.

Aku merasa, Stefani lebih maniak dibanding kakaknya atau mamanya. Dia minta terus malam itu, meski pun katanya badannya sudah letih. Aku dan dia malam itu jadi kurang tidur tapi kelebihan ngentot.

Paginya Stefani tidak sanggup bangun pagi, dan dia bolos kuliah, karena badannya rasanya lemes sekali. Meski begitu habis sarapan pagi, paginya jam 10 juga sih. Stefani sudah minta dientot lagi. Ada saja caranya untuk membangkitkan nafsuku dan menegakkan penisku. Untungnya aku masih mampu memenuhi permintaannya. Rasanya aku hanya mengeluarkan sperma beberapa tetes saja akhir-akhirnya. Produksinya tidak mampu mengejar output.

Siang kami tetap tinggal di apartemen dan Stefani menelepon restoran mi pangsit ayam. Ketika pesanan tiba sebetulnya aku sedang “bermain” lagi. Stefani bersembunyi di kamar dan aku menyambar kimono membayar pesanan.

Aku ingin membuat sensasi yang mudah-mudahan akan diingat Stefani selamanya. Kami ngentot dengan posisi duduk berhadapan. Penisku masuk ke vaginanya dan kakinya diatas kakiku merangkul pinggangku. Kotak mi ayam aku letakkan diatas pangkuan kami. Posisi kotak mi itu berada diatas pertemuan kedua kelamin. Kami makan sambil kontolku masuk di dalam memeknya. Satu kotak kami makan berdua menggunakan sumpit. Setelah habis ganti kotak yang lain sampai ludes. Untung penisku tetap mengeras, sehingga tidak copot.

Stefani tertawa geli atas posisi kami menikmati makan siang mie diatas sambungan memek dan ******. Setelah minum, permainan dilanjutkan lagi sampai kami berdua terkapar.

Begitulah selama aku berada di singapura menemani Stefani. Sebenarnya lebih tepatnya bukan menemani, tetapi memuaskan hasrat sex adik si Karina. Meski Karina sering meneleponku, tetapi dia tidak sedikitpun menyinggung soal hubunganku dengan Stefani. Mama Margareth juga begitu. Padahal sepantasnya mereka tahu bahwa aku tidak mungkin tidak ngesex dengan Stefani.

Melody pulang lebih cepat dari jadwalnya. Pagi-pagi pesawatnya sudah mendarat di Changi. . Melody bercerita bahwa di Cina akan ada badai, sehingga kepala rombongan memutuskan untuk memperceepat kunjungan ke Cina.

Aku merasa gembira karena berarti aku bisa pulang pada hari itu juga. Nyatanya Stefani mati-matian menahanku sehingga aku diperbolehkan pulang Senin pagi. Itu berarti aku harus extend 5 hari lagi. Melody pun ikut-ikutan menahanku. Aku tidak berdaya menembus pertahanan mereka. Aku coba menelepon Karina, eh dia malah nyarani aku tambah barang sehari lagi sehingga aku balik hari selasa. Ah Karina ternyata lebih gila.

Aku tidak putus asa, lalu mencoba menelepon mama Margareth. Ini mamak sama aja dengan anaknya. Aku diminta tetap di Singapur dulu. Jujur saja aku sudah jenuh dengan suasana Singapura yang terkesan hidupnya monoton, Kalau soal sex, meski tidak main dengan stefani, toh di Jakarta ada Karina dan mama Margaerth yang sudah berpengalaman.

Aku agak jaim terhadap Melody. Masalahnya aku beda umur cukup jauh. Kami sepakat akan makan malam diluar. Siang itu kami makan masing-masing. Stefani tidak bisa meninggalkan kampusnya dan Melody pergi ke mall dekat apartemen mau ketemuan sama temen-temennya membahas paper yang akan mereka tulis hasil study tournya. Aku cari makan siang di dekat apartemen lalu balik dan mendengkur.

Aku terbangun dan melihat jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Apartemen masih sepi, penghuni lainnya belum pulang. Sambil menunggu mereka aku ingin merendam diriku di dalam bath tub yang berisi air hangat.

Kontolku ngaceng akibat terendam air hangat. Aku tiduran menikmati air yang ku atur makin lama makin panas. Sampai suhu yang kurasa nyaman kuhentikan pengisian airnya. Sambil tiduran aku berkhayal membayangkan betapa nikmatnya hidupku, ngentot banyak sasaran, perut gak pernah lapar, duit gak terlalu mikir, ****** dipuji-puji cewek. Apalagi yang kurang dalam hidupku.

Aku terkejut, karena muncul sosok Melody yang sudah bugil bergabung ke dalam bak tempatku berendam. Apa lagi maunya anak ini. Masak umur 13 tahun juga minta di entot sih. Tapi penisku jadi makin ngaceng dan keras.

Melody bergabung dan dia telungkup diatas ku yang posisiku membujur telentang. Tidak dapat terhindar penisku menyundul-nyundul tubuhnya mungkin juga memeknya. Teteknya menempel di dadaku dan rasanya kenyal sekali.

Posisi Melody telungkup di atasku rupanya agak sulit dia pertahankan, sehingga dia mengubah posisi jadi telentang di atasku. Tanpa menunggu peluang berikutnya kedua tanganku lalu menggenggam buah dadanya. Teteknya masih keras dan kenyal sekali, Belum terlalu besar, tetapi cukup penuh di dalam tangkupan telapak tanganku. Pentilnya masih kecil sekali. Kuraba ke bawah diantara kedua pahanya terasa masih sedikit bulu yang tumbuh.

Aku meremas-remas memeknya yang montok dan belahannya masih rapat. Itilnya kuraba, dia mengeluh kegelian, ketika jari tengahku menemukan letak itilnya. Kami lalu berciuman sambil saling meraba dan meremas. Melody tanpa canggung meremas penisku yang sudah keras seperti kayu.
Rasanya tidak perlu terlalu lama berendam, karena birahiku sudah makin memuncak. Aku bangkit dan meraih handuk lalu mengeringkan tubuhku seterusnya tubuh Melody yang kuseka. Lepas itu Melody langsung aku gendong menuju tempat tidur. Aku memulai dengan menjilati pentil teteknya yang masih kecil, tapi sudah mengeras.

Penasaran dengan memek anak di bawah umur, aku mencoba membukanya dan terlihat pemandangan menakjubkan. Belahan memek yang masih sempit dengan lubang vagina kecil. Penasaran juga aku ingin tahu apakah selaput daranya masih ada apa sudah jebol. Lubang vaginanya aku buka lebar. Dia mengeluh perih, tapi aku tetap membukanya. Terlihat lubang vaginanya tetapi di dalamnya tidak terlihat ada selaput putih yang menghalangi. Penampakan ini mengesankan dia sudah tidak virgin lagi.

Aku kembali ketujuan semula menjilati itilnya. Melody kegelian dan dia bukannya merintih atau mendesah malah tertawa karena merasa geli saat itilnya aku jilat. Ini membuatku kurang nikmat sehingga aku mau langsung saja menancapkan penisku ke lubang memeknya.

Perlahan-lahan kutuntun penisku memasuki lubang kenikmatan. Melody mengernyit dan minta aku pelan-pelan. Meski lubangnya ketat, tetapi penisku bisa terus masuk tanpa halangan sampai akhirnya terbenam habis.

Dia mengaku masih agak sakit, Aku jadi menggoyangnya perlahan-lahan. Makin lama gerakan penisku maju mundur makin lancar karena lubangnya juga makin licin. Melody sudah tidak mengeluh sakit. Tapi dia tidak memberi respon nikmat seperti umumnya perempuan kalau dientot.
Lubangnya sangat ketat, meski sudah tidak perawan lagi. Untung aku cukup kenyang ngentot selama ini sehingga bisa bertahan terus. Setelah 5 menit aku genjot, Melody mulai bereaksi. Dia mendesis-desis dan diluar kesadarannya dia jadi merintih dengan irama cewek yang sedang merasa nikmat di ewek.

Aku makin bersemangat karena kemudian dia menjerit lirih ketika memeknya kurasa berdenyut-denyut. Ternyata, anak di bawah umur bisa juga mendapat orgasme. Padahal tadinya aku menyangka anak seusia Melody ini belum bisa menikmati senggama.

Memeknya makin licin tapi tetap mencengkeram. Aku makin laju memainkan penisku di lubangnya. rasa nikmat sudah mulai menjalari tubuhku menandakan sebentar lagi aku akan orgasme. Aku genjot terus menjelang orgasme, melody memelukku erat sekali. Rupanya dia mendahului mencapai orgasme. Denyutan memeknya menimbulkan nikmat sehingga akhirnya aku pun memuncak dan memuntahkan spermaku yang jumlah tidak banyak lagi.

Melody memanggilku “kak”.Kak nikmat sekali main sama kakak. Aku belum pernah merasakan kenikmatan kayak gini. Harusnya aku tanya “lu ngentot sama sapa aja”. Tapi kutahan saja keinginan tahu ku. Mungkin suatu saat aku bisa tahu tanpa harus bertanya.

Aku terkejut bangun ketika selimut dibuka tiba-tiba. Padahal aku dan Melody masih dalam keadaan bugil di bawah selimut itu. Rupanya Stefani sudah datang bahkan dia sudah bugil dan langsung menerkamku. Dia tidak peduli bahwa aku habis ngentot adiknya dan tidak peduli ada adiknya berbaring disampingku, tapi dia langsung minta penisku dimasukkan ke dalam lubang memeknya.
Tentu saja penisku belum ready. Stefani giat mengulum penisku sampai akhirnya berdiri juga dan layak menancap di lubang memeknya. Stefani langsung menderaku dengan laju memaju mundurkan penisku di dalam lubang kenikmatannya.

Dia mendapat orgasme pertama, namun kelihatannya dia masih menginginkan lagi, maka dia memacu tubuhnya di atas tubuhku lagi sampai kembali mencapai kepuasan.

Aku bukan ingin membanggakan diri kuat bersetubuh, tetapi karena sudah terlalu kenyang “bermain” makanya persaaanku menjadi kebal dan mampu bertahan lama. Dua kali mendapat orgasme, Stefani tidak mampu meneruskan permainan. Dia rebah disampingku tidur telentang sambil terengah-engah. Aku ciumi dia sampai akhirnya dia terlelap tidur.

Melody yang dari tadi menyaksikan aksi kakaknya bermain dengan ku, mungkin birahinya bangkit. Dia menarik tubuhku agar menindih tubuhnya. Aku paham, Melody minta aku bermain dengan dia. Ketika aku sudah diatas tubuhnya Melody tangannya menangkap penisku lalu dia arahkan memasuku lubang memeknya yang ternyata sudah licin. Dengan mudah penisku masuk perlahan-lahan. Aku mengenjotnya tidak terlalu cepat, tetapi dengan kecepatan tetap.

Melody tidak terlalu lama dia sudah mendapatkan orgasmenya, dia lebih cepat meraih puncak kepuasannya dibandingkan pertempuran yang pertama tadi. Mungkin perempuan adalah kebalikan dari pria. Jika pria main di ronde kedua dan selanjutnya maka, orgasmenya akan makin lama tercapai. Sebaliknya perempuan malah makin cepat mendapat orgasme setelah mendapat orgasme yang pertama.

Setelah kedatangan Melody, aku harus melayani nafsu sex mereka berdua. Badanku terasa agak lelah, karena setiap hari berpacu sex dengan kedua cewek itu, Untungnya aku bisa mengimbangi olah raga dengan berjalan-jalan seputar Singapura.

Ketika aku kembali ke Jakarta, Karina sudah menunggu, karena cukup lama dahaganya tidak terpenuhi. Mama Margareth juga minta jatah. Siang malam aku bertempur dengan mereka berdua. Mama Margareth tidak sebuas Karina, maka aku bisa agak santai menghadapi mamanya.

Aku lebih sering tinggal di rumah Karina dari pada tidur di kamarku sendiri. Pekerjaanku memang agak terbengkalai. Namun aku membangun sistem baru sehingga aku bisa bekerja tanpa harus setiap saat ke kantor. Di samping itu ada beberapa pekerjaan dari papa Karina yang diserahkan pengurusannya kepada ku.

Papa Karina suatu hari mengutusku ke Bangkok untuk mewakili dirinya bertemu clientnya di sana. Ada beberapa proyek yang harus di negosiasi dengan clientnya di Bangkok. Mengetahui aku akan ke Bangkok, 3 hari, Mama Karina mengatakan dirinya mau ikut.

Sebenarnya pengikut mengikuti jadwal yang diikuti, bukan malah mengubah rencana. Tapi bukan begitu yang terjadi. Mama Margareth membuat rutenya sendiri, sehingga perjalanan menjadi Jakarta – mampir Singapura semalam – Bangkok 2 hari 1 malam – kembali lagi mampir semalam di Singapura – baru kembali ke Jakarta.

Biasanya aku hanya menggunakan tiket kelas ekonomi, tetapi karena si Mama ngikut maka berubah menjadi tiket first class dan hotel di Bangkok menjadi suite room. Itu semua yang mengatur Mama Margareth dan si Papa tidak bisa menolak.

Kami terbang pagi dari Jakarta untuk mengejar makan siang di Singapura. Mama malah sudah book seat di restoran Sanur, yang terkenal gulai kepala ikan dan tahu telornya. Kami tiba di Singapura tidak dijemput, karena anak-anak masih sibuk dengan sekolahnya. Mereka berjanji ketemu di restoran Sanur.

Dari airport, menggunakan limousine kami berdua menuju ke apartemen anak-anak. Masih cukup waktu untuk meletakkan koper dan istirahat sebentar. Setiba di apartemen, Mama Margareth mau mandi, karena tadi pagi tidak sempat mandi, takut kesiangan tiba di airport. Maklumlah mandi dan dandannya lama sih.

Aku raih remote TV lalu santai di sofa menyaksikan siaran olah raga. Mama Margareth keluar dari kamar anak-anak hanya mengenakan kimono, tetapi bagian depannya tidak ditutup, sehingga harta karunnya terlihat. Dia seharusnya masuk kamar mandi yang ada di dalam kamar, tetapi malah menghampiriku yang sedang mulai ngantuk di sofa. Mama duduk dipangkuanku dengan manja dan berbisik bahwa dia minta dimandiin.

Aku tidak bisa menolak permintaannya, dan aku menduga, urusan tidak hanya selesai masalah mandi, tetapi mesti ada kelanjutannya, sehingga mandinya tidak cukup sekali. Rasa ngantuk terpaksa harus dilawan dan aku bangkit menuju kamar mandi di dalam kamar Stefani dan Melody. Sebelum masuk kamar mandi, seluruh pakaianku dilucuti oleh Mama.

Untuk mempersingkat urusan mandi, kami menggunakan shower. Aku membasuh seluruh tubuh mama dan tentunya meremas kedua susunya dan mengobel belahan memeknya. Sampai saat itu penisku belum berdiri, mungkin karena semalam habis bertempur 2 ronde dengan Karina di Jakarta.

Dibawah guyuran shower mama jongkok lalu mengisap penisku yang masih lemas. Di hisap dan dijilati kantong zakarku yang akhirnya menimbulkan nafsu birahi. Penisku perlahan-lahan mulai terisi, sampai akhirnya penuh juga. Mengetahui penisku sudah standby, mama manarikku. Dia bersandar di dinding lalu meraih penisku untuk dimasukkan ke sarangnya.

Diangkatnya salah satu kaki untuk memudahkan penisku masuk ke memeknya. Aku ikuti kemauannya dan aku mulai mengayuh. Hampir 10 menit, lututku terasa gemetaran dan rasanya tidak kuat berdiri terlalu lama. Mama rupanya juga lelah juga.

Dia mengajakku pindah bermain di tempat tidur. Mama langsung telentang dan membuka kedua kakinya lalu dia tekuk. Lubang memeknya terlihat menganga siap melahap penisku. Tanpa aku tuntun penisku langsung bisa masuk. Aku genjot agak lama juga, sampai mama sampai ke tujuan titik kepuasan tertinggi. Entah apa yang diteriakkannya ketika orgasmenya tercapai. Sementara itu orgasmeku rasanya masih jauh.

Aku menyudahi permainan. Mama menciumiku dan menyatakan puas sekali bermain denganku. Seumur hidupnya dia belum pernah mendapat laki-laki yang mampu memuaskan dalam setiap permainan. Akhirnya kami mandi sekali lagi lalu mengenakan baju dan tak lupa menyemprrotkan parfum.

Waktu yang tersisa sekitar 20 menit lagi, dan kami harus tepat tiba di restoran, karena waiter di telepon sudah berpesan, jika 10 menit telat, maka tempatnya akan diberikan orang lain. Kami berjalan cepat menuju stasiun MRT yang kebetulan tidak jauh. Tiba di stasiun tujuan tidak sampai 5 menit dan sekitar 10 menit kemudian kami sudah sampai di restoran. Tepat waktu dan kami diarahkan ke seat yang sudah disiapkan.

Baru saja duduk telepon dari Stefani sudah masuk, dia mengabarkan sudah sampai di lantai bawah mall tempat restoran itu berada, sedang Melody baru turun dari MRT.

Acara makan siang usai, si mama mengajakku jalan-jalan ke mall. Sesungguhnya aku bosan berkeliling-keliling mall, tetapi karena putri raja yang mengajak, mana bisa aku bantah. Mama membelikan ku beberapa stel baju dan celana dari merk-merk terkenal. Duit mama banyak banget, karena beli barang-barang mahal begini kelihatannya gak ngitung.

Dia lalu tanya aku apakah aku mau dibelikan jam. Mulanya aku tolak, karena merasa jam tanganku masih keren. Tapi mama maksa untuk membelikan jam baru. Aku sebetulnya malas ganti-ganti jam.
Kaget dan takjub aku dibuat mama, dia menggiring ku masuk ke toko jam khusus Rolex, aku tidak bisa mengusulkan pilihan, semua kemauan mama harus aku turuti. Sebuah jam tangan keluaran terbaru yang kulirik harganya setara dengan dua buah Toyota Inova.

“sampai kapan pun, aku tidak mungkin mau membeli jam seperti ini dari uang ku sendiri,” kataku membatin. Mungkin itulah imbalan dari kepuasan sex yang aku berikan kepada mama.

Setelah puas berkeliling mall, kami berempat pulang ke Apartemen. Sebelumnya mampir dulu ke gerai restoran untuk membeli makanan take away yang akan menjadi makan malam kami di apartemen.

Sesampai di apartemen aku segera ganti baju di kamarku sendiri, sementara Mama, Stefani dan Melody sedang sibuk dikamar mereka membongkar belanjaannya. Aku berbaring dan ngantuk pun datang.

Nikmat sekali rasanya bisa tidur begini saat orang lain sedang sibuk di kantor bekerja seperti diuber setan. Saking pulesnya tidur, sampai aku tidak sadar jika aku ditelanjangi. Aku terbangun karena merasa dinginnya ruangan kamar. Ketika mataku terbuka, aku kaget juga karena di sekelilingku sudah hadir Stefani, Melody dan Mama dan yang membuat kantukku hilang sama sekali, karena mereka semua bugil.

Aku langsung membatin bahwa aku akan berperang melawan 3 musuh dalam waktu yang bersamaan. Mama tanpa basa-basi langsung menduduki mulutku, dia minta aku mengoral itilnya, Stefani sudah bekerja di penisku menjilati dan menghisap, sedang si bungsu berbaring disebelahku sambil tangannya memegang tanganku dan mengarahkan agar tanganku memainkan memeknya.

Aku bingung mana yang harus aku nikmati, semua perlu kosentrasi. Aku jalani saja tugas yang ada di depanku dan apa yang bisa dinikmati yang aku nikmati, Ketika merasa nikmat kontolku dijilat, maka jilatanku dan kobelanku jadi terhenti, setelah itu kembali membagi perhatian antara kerja lidah dengan kerja tangan mengobel.

Nampaknya jilatanku dirasakan oleh mama sebagai jilatan maut, karena dia mendesah-desah. Sementara itu si Stefani sudah tidak lagi menjilati kontolku dia malah memasukkan penisku ke vaginanya. Stefani mencari sendiri sudut kenikmatan bermain dengan penisku. Rasanya dia berhasil menemukan, sebab dia merintih-rintih. Mama duluan orgasme lalu si Stefani kejang-kejang kena orgasmenya sendiri.

Setelah mereka tidak lagi menindihku, aku bangkit dan langsung menghela Melody. Penisku kutanam ke memek yang masih agak jarang rambutnya dan segera aku menggenjotnya. Melody rupanya sudah setengah jalan setelah aku kobel tadi. Dia merintih seperti menangis. Anak semuda dia sudah bisa merintih menikmati alunan sex, berarti dia benar-benar merasai kenikmatan di pusat birahinya. Makin lama rintihannya makin keras sampai di titik puncaknya di menjerit mengejutkan semua orang.

Melody mendapatkan orgasme terbaiknya, lalu mememelukku erat sekali. Suara dan desahan selama dia kugenjot membangkitkan nafsuku, ketika dia mencapai orgasme aku makin terangsang mendengar jeritan nikmatnya. Penisku tidak mampu membendung lahar panas dari dalam ketika dipijat oleh otot vagina Melody yang menyamai orgasme. Jadilah kulepas ejakulasiku di dalam memek kecil si Melody.

Kami berempat terkapar puas dan lemas. Seperti biasa jika mencapai kepuasan sex, mata jadi mengantuk. Maka kami berempat tidur bergelimpangan tidak menentu dalam keadaan bugil tapi berselimut tebal.

Betul juga perkiraan mama, malam itu kami sama sekali tidak bergairah keluar makan malam, apalagi candle night dinner. Lebih enak makan yang kami beli tadi siang lalu dipanaskan microwave. Makan malam kami lebih nikmat lagi, karena dilakukan secara bugil. Mama yang bikin gara-gara. Dia melarang kami mengenakan baju, bahkan secuil celana dalam pun dilarangnya.

Melody yang paling manja. Dia duduk dipangkuanku sambil minta didulang. Penisku saat itu tidak berdiri, mungkin kalau ngaceng, atas bawah mulutnya aku bisa suapi. Yang atas disulangi makanan yang bawah dijejali sosis.

Selesai makan kami ngobrol sambil menonton tv di ruang keluarga, juga masih telanjang. Setelah bosan akhirnya kami masing-masing masuk kamar. Melody dan Stefani masuk kekamarnya, si mama memilih tidur satu bed denganku. Dia minta dipijat, karena badannya lelah.

Mama memang benar-benar minta pijat, karena dia sudah telungkup lalu meminta aku memijati seluruh tubuhnya. Sekitar satu jam aku pijat sambil ngobrol, akibatnya penisku jadi ngaceng. Namun tubuhku tidak sejalan dengan semangat penisku. Penisku kekar, badanku lemas. Usai memijat, aku tidur telentang dan menarik selimut tidur satu selimut dengan mama. Tangan mama meraih penisku, dia terkejut mendapatkan penisku ngaceng. Dia menawari “Main” tapi aku menolak karena badanku lelah.

Mama tidak putus asa dan berjanji tidak akan meminta diriku berperan, cukup telentang santai saja, semuanya mama yang akan bermain. Aku pasrah. Mama mulai dengan oral. Hisapan mulutnya memang maut sekali nikmatnya. Hampir sejam dia mengoralku, tak kunjung berhasil membuatku ejakulasi. Memeknya yang sudah berlendir lalu dia adu dengan penisku. Mama bermain dengan gerakan berbagai gaya, sampai dia sendiri yang syur dan orgasme. Mungkin ada 3 kali dia mencapai orgasme, tapi aku tidak kunjung muncrat juga. Akhirnya mama menyerah dan memilih tidur memelukku.

Ke esokan pagi kami sudah bersiap untuk terbang ke Bangkok. Tiba di Bangkok aku chek in dikamar yang telah dipesan mama, lalu membuat janji dengan client papa untuk bertemu. Dia mengundangku ke kantornya dan menyarankan agar segera saja berangkat, karena lalu lintas di bangkok macetnya parah. Mama memilih tinggal dikamar menungguku balik.

Jam 3 sore aku selesai dan masalah yang seharusnya dua hari diselesaikan, akhirnya selesai dalam satu kali pertemuan itu. Aku dan client papa sama-sama puas kami bersalaman erat sekali karena puas pembicaraan menghasilkan suatu solusi yang sangat baik.

Aku kembali ke kamar, mama masih berada di kamar. Kesempatan beristirahat seharian, katanya. Malam itu kami mencari tempat makan malam yang romantis. Aku berdua duduk di restoran sambil menikmati hidangan lezat khas Bangkok.

Dari tempat dinner kami sempat mampir menonton atraksi sex, yang disitu populer disebut tiger show. Setelah puas kami kembali ke hotel untuk istirahat.

Seperti yang dipersyaratkan mama, jika tidur malam, setelah bersih diri, maka diharuskan tidak mengenakan pakaian apa pun untuk masuk ke dalam selimut. Aku dan Mama tidur dalam satu selimut dan kami berdua telanjang bulat di dalamnya.

Andai saja aku tidak terlalu sering melakukan hubungan badan, pada situasi seperti ini, pasti penisku akan tegak berdiri. Tetapi kali ini, penisku tidur anteng, meski pun mama tidur memelukku dan mengelus-elus dadaku.

Tiba-tiba mama menyatakan ingin bicara serius denganku. Mau tidak mau aku harus menyatakan siap. Mana mungkin dielakkan. Mama pertama menanyakan keseriusanku berhubungan dengan Karina. Mama dan papa katanya sangat berharap aku menikahi Karina. Jika aku menyatakan ya, maka mama berjanji akan mengungkap rahasia dalam keluarga mereka yang di mata orang, kehidupan mereka aneh.

Aku berpikir sejenak, apa yang aku rasa tidak cocok denganku terhadap Karina. Tidak aku temukan sih. Cuma apakah sudah pantas aku menyandang gelar suami dan mempunyai rumah tangga, lantas tidak bebas lagi, setelah ada ikatan. Kalau tidak bebas, aku tidak tahu apa lagi yang aku inginkan, perempuan mana lagi yang akan diburu dan dimakan. Dan apakah ikatan perkawinan dengan Karina bakal mengekang pergaulanku.

Namun ada yang aku ragu, dan ini harus kutanyakan kepada Mama, sebab sebelum aku meresmikan hubungan dalam pernikahan, nyatanya aku sudah meniduri, mamanya, adik-adiknya. Apakah pantas diriku yang sudah menjelajah itu menjadi suami idaman.

Menurut Mama, masalah kehidupan bebas melakukan hubungan sex dalam keluarga, itu bukan masalah. Sepanjang dua belah pihak menginginkan, tidak ada paksaan, maka hal itu sah-sah saja.
Bahkan jika sudah kawin nanti pun, tidak akan ada pembatasan.

Sebelum aku menjawab YA, aku perlu tanya ke mama, mengapa aku jadi pilihan untuk menjadi menantunya. Kata mama, pribadiku cocok dan bisa beradaptasi dengan situasi keluarga mama. Semua anggota keluarga bisa menerima kehadiranku bahkan lebih dari itu, menyukai kehadiranku.

Akhirnya aku menyatakan siap menjadi suami resmi Karina. Mama langsung menciumiku. Wajahnya kelihatan berbunga-bunga. Dia mengatakan sepulang dari Bangkok ini akan mulai disusun rencana pernikahan itu.

Aku lalu menagih mama bercerita mengenai keluarganya. Mama berkata agar aku sabar sedikit.
Dia mengajakku duduk di bed dengan posisi berhadap-hadapan.

Begini ceritanya.

Mama dan papa sebelum menikah sudah melakukan kehidupan sex bebas. Maklum kehidupan di Amerika memberi peluang seperti itu. Papa dan Mama memang memiliki nafsu yang kuat. Mama mengaku bahwa tidak perawan lagi sejak usia 10 tahun. Yang mengambil perawannya adalah ayahnya sendiri. Aku sempat tertegun, tetapi mama datar saja dan tidak merasa bahwa hal itu luar biasa.

Hubungan dengan papanya tidak bersembunyi dari mamanya, sehingga sejak diperawani itu rutin melakukan hubungan dengan papanya. Mama tertarik pada papa, karena mama suka pada pria asia, yang dinilainya sayang istri dan bertanggung jawab.

Sejak pacaran sampai menikah pun papa dan mama bergabung dengan klub swinger, suatu perkumpulan tukar menukar istri-suami. Setelah Karina lahir, kegiatan swinger jauh berkurang. Bahkan setelah di Jakarta mereka masih punya patner swinger, yang kata mama beberapa adalah pejabat penting. Itulah yang memberi jalan kepada papa, mudah menyelesaikan urusan bisnis, karena pejabat-pejabat itu adalah rekan swinger.

Itulah makanya tidak ada yang tabu bagi keluarga mereka dalam soal sex.
Satu rahasia lagi yang diungkapkan mama adalah bahwa semua anak-anaknya yang memerawani adalah papa sendiri. Itu dilakukan bukan secara sembunyi-sembunyi, karena mama membantu proses pecah dara itu. Anak-anak diperawani setelah mereka berulang tahun ke 12. Penjelasannya mengapa begitu, menurut mama, itu adalah bagian dari sex education. Dengan begitu anak-anak mudah dikendalikan dan bisa bicara lebih terbuka.

Ketika papa masih muda, kemampuan sexnya sangat prima, tetapi setelah tua vitalitasnya turun sekali. Apalagi sekarang, papa sudah susah ereksi karena diabetes yang diidapnya. Itulah makanya Papa menyerahkan kepada ku untuk memenuhi hasrat sex mama. Mama mengaku hasratnya sampai setua ini masih menyala.

Kata mama, semua anak-anaknya sejak diperawani sudah dipasangi kontrasepsi. Oleh karena itu mereka terhindar dari hamil. Melody yang masih di bawah umur pun sudah dipagari oleh kontrasepsi.
Aku benar-benar terhenyak dengan pengungkapkan rahasia di keluarga Mama Margareth. Kenyataan yang kuhadapi ini sungguh menakjubkan, Jangankan melihat, mendengarpun aku belum pernah. Bahkan dapat cerita mengenai keluarga seperti ini aku belum pernah.

Aku memeluk dan mencium mama lalu mengucapkan terima kasih telah diberi kepercayaan menjaga rahasia keluarga mereka. Mendengar itu, mama terisak-isak menangis terharu. Wajahnya aku ciumi lalu mama aku baringkan. Selimut sudah terbuka sehingga tubuh bugil kami berdua terlihat jelas.

Mama sulit menghentikan tangisnya, sebaliknya aku kok malah bernafsu, sehingga tak pelak tanganku mulai meremasi dada mama yang ukurannya XXXL. Kumainkan pentilnya sampai mengeras. Lalu aku jilati dan menghisap serta mengigit lirih. Mama mulai mengeluarkan suara lirih tanda-tanda mulai terangsang. Sesenggukan tangis haru berubah menjadi sesenggukan birahi.

Kedua kaki mama dibukanya lebar-lebar. Aku menangkap bahasa tubuh itu bahwa mama ingin aku rangsang kelaminnya dengan ciuman dan jilatanku. Karena harapan sudah dipancarkan, maka kenikmatan akan muncul jika itu dipenuhi. Aku melakukannya tetapi tidak sampai memberi kepuasan maksimal. Tujuanku hanya menaikkan derajat birahinya saja. Aku menciumi sekitar bibir vagina mengigit pelan dan menarik lalu menjilati. Mama semakin bergairah, tangannya mencengkeram sprei dan kepalanya menggeleng-geleng sambil bersuara irama nikmat.

Aku tidak menyerang clitorisnya. Biasanya inilah titik serangan utamaku. Dalam keadaan sudah semakin hot aku tinggalkan bagian kelamin dan aku mengatur posisi menindih mama dan mengarahkan penisku memasuki lubang kegairahan mam. Perlahan-lahan penisku menguak dinding vagina mama sampai seluruhnya tercelup.

Aku berhenti sejenak lalu melancarkan serangan ciuman di mulut mama. Ketika kosentrasi mama beralih dari bawah ke atas, aku mulai menggoyang penisku maju mundur. Kosentrasi mama pecah dan kembali merasa kenikmatan di vaginanya.

Persetubuhan pasca suasana haru sampai berlinangan air mata tadi memberi dampak kepasrahan total menikmati hubungan kasih sayang. Aku tidak lagi menilai bahwa lubang memek mama sempit atau mencekam. Aku hanya merasa kenikmatan ketika penisku berada di dalam lubang vagina mama yang menyayangiku. Mungkin mama pun tidak terlalu hirau oleh posisi ku mencoblos memeknya. Di bagian mana pun dirasa nikmat karena kepasrahan seluruh tubuh untuk menerima hubungan kasih sayang sudah demikian total.

Hubungan sex seperti ini memberi kenikmatan yang sangat luar biasa. Aku tidak mampu terlalu bertahan. Mungkin hanya 10 menit akhirnya aku menyemprotkan cairan kebahagiaanku. Merasa aku mencapai puncak, rupanya mama pun merasa kenikmatan puncaknya sampai pada titiknya. Bukan karena clitorisnya tergerus, atau g spotnya disenggol tetapi keikhlasanku melampiaskan hasrat sex dilakukan dengan gerakan kasih sayang.

Mama lalu menjerit panjang beberapa saat setelah kusemprot cairan panas di dalam vaginanya.
Dapat dikatakan kami mencapai orgasme kami yang sangat bermutu secara bersamaan. Setelah itu kami memagut satu sama lain sampai akhirnya penisku keluar sendiri. Kutarik selimut dan mama langsung memelukku sampai kami tertidur pulas.

Setiba kembali ke Jakarta segera dipersiapkan pernikahanku dengan Karina. Di singkat saja ceritanya, selesai nikah sebetulnya kami tidak perlu berbulan madu, namun mama yang mengusulkan berbulan madu. Tetapi bulan madunya lain dari pada yang lain, karena bukan hanya aku dan Karina yang pergi berlibur, tetapi semuanya kecuali papa. Pilihan tempat bulan madu adalah satu resort di di Thailand Selatan, di pulau kecil yang sangat terisolir. Resort itu khusus untuk wisatawan yang tidak ingin diganggu liburannya.

Kami berlima menempati villa dua kamar yang dibangun di atas air. Suasananya sangat romantis. Pengunjung resort itu tidak terlalu banyak. Mungkin hanya kami yang tampang Asia, lainnya orang bule. Namun cewenya ada yang orang Thai dan Jepang atau Cina.

Banyak yang bugil bersantai di pantai. Aku seperti Joko Tarub yang dikelilingi para bidadari. Adalah si Mama yang mengusulkan agar kami bugil saja di dalam resort. Kebetulan laut di bawah penginapan tidak terlalu dalam, hanya setinggi pinggang jadi bisa berenang dengan turun dari tangga di penginapan.

Aku setuju usulan mama dan langsung terjun ke laut berenang tanpa celana. Rupanya ini mendorong lainnya ikut-ikutan yang lain sehingga kami berlima berenang bugil di sekitar penginapan. Airnya sejuk dan banyak ikan-ikan kecil berenang di dasar.

Selepas berenang kami mandi bilas bersama-sama dalam satu kamar mandi. Kalau sudah telanjang begini, sudah tidak ada lagi bedanya istri, ipar atau mertua. Semua saling merangkul, mencium dan menghisap penisku bergantian.

Diawali oleh suasana hot di kamar mandi jadi keterusan ke kamar. Aku dikerubuti oleh 4 orang bidadari yang semuanya bugil dan sedang birahi. Apakah perlu aku ceritakan suasana pertarungan dengan mereka. Kayaknya gak usah ya, nanti kepanjangan toh ceritanya juga sama dengan sebelumnya.

Setelah selesai bertempur kami makan bersama dengan hidangan yang diantar room service. Selesai makan aku menikmati rokok di teras villa dengan pemandangan laut.

Aku membayangkan yang tidak bisa terbayang, bagaimana kelak kehidupanku setelah berumah tangga dengan Karina, dimana aku bebas menyetubuhi adik-adiknya bahkan mamanya. Apa perkawinan itu hanya formalitas, tetapi faktanya aku pejantan mereka.

Karina menurutku cukup sempurna, dia bisa mengurus suami, bisa masak, rajin berbenah dan meski pun kerja kantoran, tetapi urusan di rumah tidak terbengkalai. Kami tidak mempunyai pembantu karena tidak banyak yang harus dikerjakan. Apartemen yang cukup mewah hadiah perkawinan dari papa Karina terawat apik berkat Karina pandai mengelolanya.

Setelah Stefani mempunyai pacar dan Melody setelah masuk universitas juga punya pacar. Mereka berdua jarang lagi berhubungan denganku. Sesekali Mama Margareth masih ingin berakrab sex denganku.

Sudah lebih dari 5 tahun Mama tidak pernah pulang kampung, dia mengatakan rindu dengan keluarganya. Setelah rapat keluarga, papa memutuskan mama boleh pulang kampung, tetapi papa tidak bisa menyertai. Perjalanan ke Caracas Venezuela memang sangat panjang dan melelahkan.

Rapat keluarga memutuskan akulah yang harus menemani mama, karena tidak laki-laki lain dalam keluarga setelah papa berhalangan. Aku sesungguhnya enggan melakukan perjalanan yang sangat panjang dan jauh. Sudah kebayang betapa beratnya melawan jetlag dan berbagai kendala di perjalanan.

Namun aku tidak bisa menolak dan terpaksa harus mendampingi mama. Perjalanan pertama adalah Jakarta – New York. Mama memerlukan mampir di ibukota dunia ini untuk menyambangi beberapa sanak saudaranya yang tinggal di situ. Meskipun kami terbang dengan fasilitas kelas satu, tetapi lamanya perjalanan itu membuat aku tetap saja bosan.

Kami tiba di Bandara JFK pada siang hari. Di Bandara sudah dijemput oleh salah seorang ipar mama. Dia menjemput bersama istrinya, bule cantik berambut pirang. Perjalanan dari bandara ke Manhattan cukup lama juga karena jalanan agak macet. Mama memilih bermalam di hotel dan menolak tidur dirumah saudara-saudaranya. Hotel The Plaza dekat taman Central Park di tengah Manhattan cukup megah, konon ini adalah milik Donald Trump.

Kami tinggal di New York 3 malam untuk aklimatisasi, atau menyesuaikan diri dengan iklim setempat. Siang jadi malam dan malam jadi siang, begitulah rasanya di New York, karena perbedaan waktu lebih lambat 12 jam dari WIB. Jadi kalau siang mata agak ngantuk, karena tubuh masih mengikuti jam WIB yang sudah malam. Sedang kalau malam susah tidur karena di Indonesia masih siang.

Aku diperkenalkan oleh keluarga besar mama yang ternyata cukup banyak tinggal di New York. Silaturahmi tidak seperti di Indonesia, tetapi pertemuan dengan dinner bersama, tertawa-tawa dan mereka bercerita mengenai masa lalu. Aku bengong saja, karena tidak punya bahan pembicaraan. Dinner setiap malam dari jam 8 malam sampai jam 10. Setelah itu bubar.

Kami tidak bisa terbang langsung dari New York ke Caracas. Ini mungkin karena perseteruan Amerika Serikat dengan Venezuela. Pilihannya kami harus stop over di Mexico. Mama memilih stop over di Cancun, satu kota wisata pantai yang sangat terkenal. Cancun mungkin seperti Denpasar, yang kalah ramai dengan daerah resortnya yang menyebar sepanjang garis pantai lautan Atlantik.

Aku dan mama menginap semalam di Cancun di sebuah hotel di tepi pantai, kalau tidak salah ingat namanya hotel Tropical. Tidak banyak yang bisa aku kagumi dari Cancun, karena rasanya Bali jauh lebih indah. Mungkin wisatawannya saja yang menarik, karena mereka lebih berani berpakaian, terutama cewek-ceweknya . Cancun bukan kota yang murah.

Selama semalam kami nginap di hotel, kami sempatkan keluar makan malam di tempat keramaian yang merupakan bangunan kumpulan dari cafe-cafe dan club-club. Pulangnya aku agak pusing karena minuman Tequila, mama mungkin juga rada terpengaruh karena gelagatnya agak kurang normal.

Jam 11 malam kembali ke hotel. Seperti biasa aku membersihkan diri, karena badan agak lengket berkeringat. Cancun kota yang cukup hangat. Mama mengikuti ke kamar mandi, kami berdua telanjang dan saling menyeka. Pengaruh pandangan melihat tubuh sintal seorang wanita meskipun tergolong STW, birahi jadi bangkit. Apalagi Mama malah memainkan penisku dengan menggengam dan mengocoknya. Akhirnya kami bergumul di dalam bak air hangat. Sehingga tidak dapat dielakkan, penisku terselip masuk ke vagina mama. Aku kurang bisa bergerak leluasa, karena bak mandi yang sempit, jadi agak repot menyetubuhi mama dalam bak. Meski begitu, penisku tetap terbenam di dalam memek mama.

Mama kelihatannya juga kurang puas, akhirnya kami mengeringkan badan dan melanjutkan permainan di tempat tidur. Kami bermain berganti-ganti posisi, seperti mempratekkan kamasutra. Namun menurutku yang paling nikmat MOT dan WOT, selebihnya hanya melelahkan dan repot, karena gerakan kurang leluasa.

Aku bisa mencapai orgasmeku dan mama sempat mendapat dua kali orgasme. Orgasme adalah obat tidur, karena setelah permainan itu kami langsung tertidur sampai pagi.

Setelah sarapan pagi yang menunya sangat mexico, kami bersiap-siap berangkat ke airport untuk penerbangan ke Caracas.

Tiba di Caracas sudah gelap. Ada penjemput, seorang wanita cantik yang mengacungkan papan nama isinya adalah namaku. Kami bersalaman dan sesuai dengan unggah-ungguh disana aku harus mencium pipi kiri dan kanannya. Dia memperkenalkan diri dengan menyebut namanya Stevi. Seorang gadis bule, tapi berambut hitam, cantik sekali, bodynya proporsional dan tinggi. Cewek-cewek di Venezuela terlihat cantik-cantik. Bisa dikatakan jika ada 10 cewek yang cantik adalah 11.

Stevi adalah keponakan Mama. Dia hanya bisa berbahasa Spanyol. Aku hanya mengerti sepotong-sepotong, kalau mama jangan ditanya, menggerutu aja pakai bahasa gituan. Stevi menyetir sendiri mobilnya. Aku lupa apa mereknya, tapi sedan cukup keren, kayaknya buatan Amerika.

Stevi mengantar ke hotel dan dia memberi waktu setengah jam saja untuk kami meletakkan koper dan merapikan penampilan. Sebab sebuah gala dinner sudah dipersiapkan oleh keluarga besar di sana di rumah salah seorang family mama.

Aku hanya buang air kecil saja, sementara mama masih sempat ganti baju menyesuaikan acara makan malam. Stevi yang turut ke kamar sempat juga melepas hajat kecilnya yang desirannya nyaring sekali sampai terdengar keluar.

Sekitar 30 orang sudah duduk mengelilingi meja jamuan. Aku menyalami mereka semua memperkenalkan diri. Dinner dilaksanakan di belakang rumah di halaman terbuka. Acaranya bakar-bakaran atau barberque .Musik latin diperdengarkan tidak terlalu keras. Aku duduk terpisah jauh dari mama. Repotnya aku sulit ngobrol, yang karena mereka semua kurang bisa bahasa Inggris.

Meski begitu, aku senang karena di kiri dan kananku adalah cewek-cewek cakep. Mereka hanya senyum-senyum saja ketika tidak mengerti ucapan inggrisku. Sekitar 2 jam kami bergembira dan pulangnya rada puyeng karena kebanyakan minum minuman beralkohol.

Sesampai di hotel aku dan mama langsung tertidur sampai pagi. Kami bangun lalu mandi bersama. Kami hanya berpelukan dan saling mencium. Selesai mandi kami turun ke bawah untuk sarapan pagi. Mama memberi tahu bahwa hari ini kami akan pindah menginap atau tinggal di salah seorang saudara mama.

Tempat menginap itu memang agak jauh di luar kota, tetapi merupakan resor wisata. Di tempat itu lengkap berbagai fasilitas. Mama bercerita sambil berbisik bahwa resor itu adalah resor nudis. Kami diberi kesempatan menginap free of charge alias gratis untuk semua fasilitas. Maklum yang memiliki tempat itu adalah sepupu mama.

Sekitar sejam kami santai di restoran, muncul Stevi yang melambaikan tangan di pintu masuk restoran. Penampilannya segar, baju teng top dengan hot pan yang super pendek, sampai lekuk bokongnya kelihatan. Kelihatannya di balik teng top dia tidak pakai BH, sehingga teteknya berguncang geal-geol. Padahal teteknya cukup membusung.

Setelah cipika-cipiki dia duduk satu meja, tapi menolak ikut sarapan. Kami bertiga naik kekamar membereskan koper. Lalu turun.setelah menyelesaikan bill hotel kami melaju dengan mobil yang dikendarai Stevi.

Lalu lintas di Caracas tidak sepadat Jakarta, malah menurutku sangat longgar. Sekitar 45 menit, kami sampai di resor yang letaknya seperti di dataran tinggi. Di pintu gerbang petugas menanyai Stevi, lalu dia membukakan pintu gerbang.

Jalan masuknya lumayan panjang juga, mungkin sekitar 1 km. Wilayah resor itu memiliki pemandangan yang indah dan sangat terpelihara. Sebelum sampai di kantor penerimaan tamu mata ku sering melihat orang-orang bugil sedang menikmati liburan.

Setiba di front office, saudara mama yang memperkenalkan namanya Carlos yang merupakan pemilik resort itu menyambut kami. Pegawainya memberi well come drink rasanya seperti sprite tetapi di dalamnya ada daun mint. Aku teguk sekali teguk langsung habis, karena rasanya manis segar dan dingin.

Aku dan mama diberi kamar terpisah, malah terpisah jauh, Jika aku di sisi Barat, Mama di sisi Selatan. Kamar yang didisain. Mas Carlos, begitu aku menyebutnya sengaja memisahkan kami berjauhan agar kami lebih banyak bergaul dengan pengunjung.

Bangunan penginapannya cukup bagus, rapih, bersih, dan interior serta eksteriornya khas Mexico, dengan kayu dan batu bata yang diekspos. Di dalam kamar terdapat, tempat tidur besar, kamar mandi yang dilapisi batu alam, teras dengan pagar dari kayu bulat.

Aku masih menyimak arsitektur di dalam kamar, lalu melihat-lihat keluar dari teras kamarku. Suara ketukan pintu mengejutkan. Buru-buru aku buka pintunya. Aku terkejut, ketika muncul sosok Stevi yang sudah telanjang bulat di depan pintuku. Tanpa ragu dan malu dia masuk ke dalam kamarku dan berbicara dalam bahasa inggris sepotong-potong yang maksudnya aku harus membuka semua bajuku pada hari ini.

Tidak terlihat kerikuhan, Stevi membantu membuka bajuku dengan memelorotkan celanaku sekalian celana dalamnya. Penisku masih loyo, mungkin karena ikut terkejut. Ditoelnya penisku yang masih lemas berkali-kali sampai akhirnya bangun. Aku membalas dengan memelintir pentil susunya kiri dan kanan. “”Wow…..” katanya.

Birahiku jadi bangkit, mungkin Stevi juga. Kami berciuman lekat sekali sambil berdiri. Harus diakui permainan pagutannya luar biasa. Aku jadi lupa daratan dan langsung meremas teteknya yang cukup menggunung dan menantang. Puas meremas aku melakukan kerajinan tangan di selangkangannya.

Terasa berlendir celahnya. Tanpa menunggu lama, aku cucukkan penisku sambil berdiri masuk ke lubang vaginanya. Terasa hangat dan lumayan mencekat. Kusandarkan Stevi ke dinding lalu aku genjot. Dia mengerang-ngerang. Aku tidak peduli apakah itu pura-pura atau memang sungguhan.

Cukup lama main berdiri, lututku jadi lemas. Sambil penisku masih tertancap aku gedong Stevi dan kami rebah ke tempat tidur lalu meneruskan genjotan. Rasa persetubuhannya jadi makin nyaman dan aku benar-benar bisa menikmati genggaman memeknya dan memperhatikan bentuk tubuhnya yang memang aduhai.

Mungkin aku bermain sekitar 15 menit. Stevi bisa juga mendapat orgasme bersamaan dengan ku. Dia menciumiku dan entah apa yang disebutkan tapi aku mengira-ira dia memujiku dari permainan singkat itu.

Kami lalu sama-sama membersihkan diri dan setelah berhanduk, Stevi menggandengku menuju ruang makan. Disana terlihat semua orang sudah bugil sambil menikmati makan siang yang disiapkan secara prasmanan. Mama menyambutku sambil senyum-senyum. Dia juga bugil.

Ada sekitar 20 orang di dalam ruang makan itu, sebagian besar masih muda-muda. Cowoknya ganteng-ganteng dan ceweknya cantik-cantik pula. Tuan rumah terlihat duduk diapit dua cewek cake-cakep. Aku tidak melihat istrinya. Rupanya istrinya mondar-mandir mengatur hidangan sambil berjalan bugil. Dia tidak hirau, suaminya sedang bercengkerama dengan cewek-cewek cantik.

Aku digandeng Stevi dan diperkenalkan kepada yang hadir di situ. Mereka berbeda dengan yang ikut makan malam. Cukup bersahabat para nudist yang berkumpul di rumah ini. Stevi memperkenalkan aku ke cewek yang tak kalah cantiknya bernama Silvya. Aku telanjang dia telanjang, jadi tidak ada yang dirahasiakan. Aku berusaha berpenampilan biasa, dan untungnya tadi habis bertempur, jadi birahiku lumayan terkendali berada di tengah-tengah orang telanjang. Cewek ini kata Stevi akan mendampingiku berkeliling halaman rumah untuk menunjukkan berbagai fasilitas.

Area kaum liburan kaum nudist yang aku kelilingi cukup luas, kata Silvy sekitar 10 ha. Ada pondok-pondok kecil untuk istirahat, ada telaga untuk bermain kano lalu bisa juga memancing. Aku dan Silvy berkeliling dengan kendaraan ATV. Dia yang mengendarai aku membonceng. Tidak bisa dihindarkan aku duduk merapat ke tubuhnya dan aku memeluknya dari belakang. Tanganku kadang-kadang menyentuh jembutnya. Dari pada pura-pura aku sentuh saja gundukan kemaluannya yang berbulu lumayan lebat.

Tidak hanya menyentuh tapi aku juga berkesempatan menyelipkan jariku ke dalam lipatan memeknya. Silvy hanya menggoyang-goyang badannya. Dia berbicara yang hanya sepotong aku pahami. Yang jelas memeknya berlendir. Sambil dia menunjukkan fasilitas di situ aku meremasi teteknya yang mengkel. Silvy usianya 21 tahun. Akibat tanganku tidak bisa anteng, maka penisku jadi makin mengeras dan menyodok bagian belakang pantatnya yang montok.

Kami sering bertemu para nudist yang selalu memberi salam dengan melambaikan tangannya. Mereka tidak hanya berjalan-jalan, tetapi ada juga yang bermesraan di kerimbunan semak sambil membeber kain untuk alas. Menurut Silvy di taman nudist ini pengunjung bebas bertelanjang dan melakukan hubungan sex dengan siapa saja asal tidak ada paksaan.sex

Silvy sedikit-sedikit bisa bahasa Inggris, sehingga dia bercerita dengan bahasa campur-campur. Kami berhenti di sisi telaga yang paling jauh. Suasana masih sepi. Silvy mengajakku berjalan-jalan di tepi telaga. Aku turun dari ATV dengan agak canggung, berhubung penisku tegang. Apa mau dikata, aku santai saja jalan sambil penisku ngacung ke depan. Silvy hanya tersenyum melihat penisku siap tempur. Digandengnya penisku lalu dia mengajakku masuk ke semak-semak. Ada jalan kecil yang terawat rapi dan akhirnya kami menemukan tangga yang menaiki rumah di atas pohon. Silvy mengajakku naik ke atas. Silvy naik mendahuluiku, sehingga aku mendapat pemandangan celah selangkangannya dari bawah, karena model tangganya adalah tangga tegak lurus. Cukup tinggi juga, sehingga dari pondok diatas pohon kami bisa melihat sekeliling.

Silvy kayaknya sengaja pasang posisi, karena dia merangkak di depanku. Tanpa minta izin aku pegang bongkahan pantatnya lalu aku tancapkan penisku memasuki lubang vaginanya. Silvy melenguh ketika merasakan memeknya aku tusuk dari belakang. Dia lalu menggoyang pantatnya maju mundur. Aku menyetubuhinya dengan posisi doggy sambil melihat-lihat pemandangan sekeliling. Unik juga main di tempat beginian. Posisi doggy hanya berlangsung 5 menit, lalu diteruskan dengan posisi MOT. Cukup lama juga kami main sampai kami puas dan aku melepas mani ku didalam memeknya.

Selepas itu kami istirahat sambil menyaksikan pemandangan dari atas ke sekeliling wilayah peristirahatan. Dari beberapa sudut aku sempat menangkap pemandangan orang lagi berhubungan sex, ada yang sepasang, ada yang rame-rame. Yang membuatku agak kaget di salah satu sudut semak aku melihat sekumpulan anak di kisaran usia 10 – 13 tahun mungkin ada 5 anak, 3 diantaranya perempuan. Mereka sedang asyik bercumbu dan ada pula yang bersetubuh.

Tempat mereka memang agak tersembunyi, tetapi dari celah-celah daun aku dapat melihat kegiatan mereka. Mungkin mereka tidak sadar jika ada yang mengintai. Aku gamit Silvy untuk melihat pemandangan yang menurutku menakjubkan. Silvy senyum saja. Di sini seperti itu sudah biasa katanya.

Silvy lalu mengajaku turun dan dia lalu menggandengku menuju tempat anak-anak tadi lagi “bermain”. Suara gemerisik, kaki kami menginjak daun kering membuat anak-anak itu melihat kedatangan kami. Silvy lalu memberi salam “ hola” yang dijawab anak-anak itu dengan sebutan yang sama.

Mereka tidak merasa terganggu sama sekali dengan kehadiran kami. Yang lagi ngentot, terus aja ngentot, yang lagi meremas-remas ya lanjut. Silvy ngomong ke anak-anak itu bahwa aku dan dia mau gabung, apa boleh. Kelima anak-anak itu secara hampir bersamaan mengangguk dan mempersilakan kami gabung.

Silvy menarik anak laki-laki yang kutaksir baru berusia 12 tahun. Mungkin Silvy mengatakan akan mengajarinya menjilat memek, karena Silvy menarik anak itu ke kangkangan kakinya dan memberi instruksi untuk melakukan oral. Berkali-kali Silvy memberi arahan agar anak didiknya menjilati tempat yang sensiitif.

Aku bengong melihat adegan itu, seorang cewek yang tubuhnya masih kecil, teteknya saja baru membengkak kecil dengan pentil yang tumbuh lancip. Dia mengatakan kira-kira minta izin mengisap penisku. Aku persilakan dia melakukan keinginannya. Dia melakukan oral sangat mahir, dijilati penisku yang masih loyo, lalu. Melomot kantong zakarku dan dijilatinya. Dia berkomentar, seperti yang diterjemahkan Silvy bahwa penisku bau sperma dan cairan vagina. Silvy yang menjawab bahwa baru saja dia “main’ denganku.

Sensasi dijilati anak di bawah umur memberi rangsangan yang sangat kuat. Penisku langsung bangun perlahan-lahan sampai akhirnya tegang maksimal. Eh anak itu berhenti malah tepuk tangan senang. Mungkin dia senang karena berhasil membangunkan penisku. Lainnya lalu menyarankan dia memasukkan penisku ke memeknya yang masih gundul dan belahannya masih rapat. Aku didorongnyanya agar berbaring lalu dia duduk di atas penisku, membimbing kepala penisku memasuki lubang memeknya. Perlahan-lahan dia rendahkan badannya sehingga penisku makin terbenam. Cukup banyak juga batang penisku terbenam di memeknya meski tidak sampi mentok, alias penisku masuk semua, karena aku merasa kepala penisku menyundul halangan.

Halangan itu bukan selaput perawan, karena dia sudah jebol. Anak ini memperkenalkan diri sambil bergerak naik turun dengan menyebut namanya Amanda. Heran juga aku melihat anak yang baru numbuh tetek sudah main dengan lihainya diatas tubuhku. Memeknya terasa mencekat, tetapi lubangnya licin. Cukup lama dia menggenjot diatas, sampai dia merasa lelah. Lalu berhenti dan melepas memeknya dari penisku. Aku belum klimaks dan rasanya si Amanda pun belum juga mencapai klimaksnya.

Dia rupanya memberi kesempatan temannya yang usianya lebih tua. Ini kelihatan karena susunya sudah lebih besar dan di ujung lipatan memeknya sudah tumbuh sedikit rambut. Dia mengangkang di atasku lalu memasukkan penisku ke memeknya. Memeknya licin dan penisku langsung ambles sepenuhnya sampai mentok. Sambil bergoyang dia cium aku dan menyebut namanya Velany. Enak juga memeknya, rasanya cukup menggigit dan takjub melihat bibir memeknya sampai agak monyong karena dipaksa menerima penisku yang terlalu besar bagi memeknya.

Agak lama kami bermain sampai dia mencapai klimaksnya dan rebah ke tubuhku. Setelah itu dia berdiri dan posisinya diganti oleh satu lagi temannya. Kayaknya usianya diantara si Amanda dengan Velany. Teteknya sudah tumbuh tapi masih kecil gundukannya, Memeknya sudah cukup banyak bulunya. Mukanya imut dan rambutnya hitam seperti jembutnya. Dia melihat batangku masih kokoh berdiri lalu dimasukkan ke memeknya. Dia tidak mau bermain diatasku dan minta aku menindihnya. Aku turuti kemauannya. Badannya terasa kecil di bawah tindihan tubuhku. Kepalanya saja tepat di dadaku. Aku menggenjot memeknya yang sudah terasa licin. Memek anak ini yang memperkenalkan namanya Sisil, terasa terlalu licin, sehingga kesannya longgar.

Aku lepas penisku dari memeknya dan mengambil sembarang kain yang ada di situ, lalu aku melap penisku yang berlumuran cairan memeknya. Setelah itu pelan-pelan aku masukkan lagi. Sekarang terasa agak kesat dan mengigit. Lumayan juga rasanya seperti memek yang baru diperawani. Aku bermain terus sampai akhirnya aku ejakulasi. Aku rasa si Sisil belum mencapai orgasme, karena tanda-tandanya tidak aku rasakan. Badanku lemas karena setengah hari ini aku sudah nembak 3 kali. Aku duduk bersila dan memperhatikan dua anak laki laki yang penisnya masih kecil bermain di memek Silvy dan yang satu sedang merintih nikmat di oral .

Kedua anak itu berganti-gantian menjajal lubang atas dan lubang bawah Silvy, sampai keduanya mencapai puncak kenikmatannya. Hujan tiba-tiba seperti tumpah dari langit, membuat aku terkejut, tetapi yang lainnya tenang -tenang saja. Malah anak-anak itu berlarian bermain hujan. Aku baru sadar, apa yang perlu dikhawatirkan, karena kondisi kami kan bugil, jadi tidak perlu takut baju basah.
Aku dan Silvy kembali ke ATV dan dia mengarahkan pulang ke hotel. Silvy adalah salah satu pegawai di hotel yang bertugas sebagai pemandu tamu-tamu. Dia bercerita Stevi juga petugas di resor itu. Dia mengantarkan aku kembali ke kamar dan kesempatan itu kami mandi bersama di kamar mandi dengan pancuran air hangat.

Menurut Silvy, jika aku berminat “main” dengan pengunjung disitu, dan kesulitan berkomunikasi, dia dengan senang hati akan membantu. Menurut Silvy, banyak cewek yang bakal mau diajak kecan oleh ku karena aku adalah pria tampang Asia yang jarang-jarang ada di resor itu.

Aku dan mama tinggal di situ selama 12 hari. Aku puas setiap hari berganti-ganti pasangan. Sebagian besar si Silvy yang mengkomunikasikan dengan targetku. Pernah aku main dengan 2 cewek yang merupakan anak dan ibunya. Ibunya berusia sekitar 35 dan anaknya umur 12 tahun cewek. Kami main bertiga di kamarnya. Suaminya yang ada di situ tenang-tenang saja dan mengetahui istri dan anaknya aku embat.

Selama di resort itu aku puas-puaskan bermain dengan anak-anak di bawah umur, karena mereka cantik-cantik dan di negaraku anak seperti itu susah di dapat. Pernah sekali aku menemukan anak usia mungkin antara 9 atau 10 tahun. Lha teteknya aja belum numbuh. Dia mendekatiku dan minta digendong dan mengajak aku masuk ke kamarku. Dia rupanya ingin merasai penisku pula. Aku tadinya menolak karena anak ini terlalu kecil untuk di ewek, tapi dia bilang sudah beberapa kali main dengan laki-laki dewasa. Gila juga dia yang berinisiatif memasukkan penisku ke dalam memeknya. Meski belum akil balik, tetapi memeknya sudah mampu menampung penisku yang terlalu besar bagi belahan memeknya.

Sedikitpun dia tidak merasa sakit, malah menggenjotku bersemangat. Lucu juga aku melihatnya sehingga dengan kamera Hpku aku mengabadikan dia sedang di atasku berkali-kali.,
Itukan pengalaman yang enak-enak. Ada juga yang agak kurang enak, ketika beberapa kali nenek-nenek mengajakku berhubungan dengan alasan mereka ingin merasakan penis asia. Ada yang paling tua kutaksir umurnya sudah lebih dari 60 tahun. Dia membawa jelly pelicin untuk membantu memperlancar penisku memasuki vaginanya. Meski nenek-nenek tapi nafsunya hot juga. Dia bisa juga meraih orgasme, sementara aku sulit. Memeknya sih memang tidak terlalu kendor, tetapi badannya sudah pada kendor, sehingga selama main, pemandangan yang disuguhkan kurang menggairahkan.

Adegan lucu dan unik pernah juga kualami ketika semalaman aku harus bermain dengan 3 nenek-nenek. Teteknya sih besar-besar, tapi sayangnya sudah bergelayut, sehingga kalau diremas seperti balon berisi air yang kurang kenyal. Mereka bertiga bermain mengerrubutiku. Aku mau melayani mereka karena ini adalah peluang yang langka, main orgy dengan nenek-nenek bule. Aku rasa genggaman memek perempuan tua tidak terlalu beda dengan wanita dewasa, cukup nikmat juga koq. Namun yang membedakan adalah bodynya yang sudah kendor, sehingga kalau dipandang agak kurang menggairahkan.

Selama 12 hari, tiada hari tanpa”main”. Malah sehari bisa 3 – 4 kali crot. Setelah kami meninggalkan Caracas menuju pulang Jakarta. Aku banyak tertidur selama di pesawat. Rasanya tenagaku seperti habis terkuras.

Mama bercerita bahwa dia beberapa kali menemukan pasangan. Menurut mama rasa penis orang bule kurang nikmat, karena tidak bisa keras sekali seperti penis Asia. Meskipun penis-penis itu besar, tetapi karena kurang keras, jadi kata mama kurang nikmat. “You’r the best” kata mama.





EmoticonEmoticon