Tante Lendir - Aku baru saja tamat SMA dan aku harus tinggal bersama Tante aku (adik dari ibuku) di ibukota kecamatan. Umurku 18 tahun dan suka olahraga lari dan sepakbola. Rajin membantu dan ringan tangan dalam banyak pekerjaan, tidak banyak bicara dan tinggi tubuhnya dalam usia yang muda itu cukup lumayan. 170Cm, sawo matang, rambut lurus dan nilai raport rata-rata delapan. Itulah sebabnya, ayah-ibuku merasa sayang pada aku.
Karena orang tuaku tidak mampu menyekolahkan, Tante yang perawan tua dan sudah berusia 34 tahun, memungutku menjadi anak sendiri untuk disekolahkan, dengan harapan, nanti kalau dia sudah tua dia bisa menumpang pada aku dan rumah serta sawah dan kios kecil di pasar kecamatan yang dua pintu tapi disatukan menjadi milik aku. Ibu dan ayah sangat senang dan bahagia.
Pagi-pagi sekali kami sudah bangun kemudian mengerjakan pekerjaan masing-masing lalu sarapan. Mumpung belum masuk sekolah ke kampus, aku ikut ke pasar membantu jualan. Di pasar, Tante sudah sangat terkenal sebagai grosir jamu dari sebuah perusahaan. Dari kecamatan lain banyak yang membeli jamu produk perusahaan jamu tertua itu ke kiosnya.
Walau sudah berusia 34 tahun Tante kelihatan masih padat dan berisi. Dia selalu mengenakan kebaya pendek, dengan rambut disisir rapi dan disanggul, serta mengenakan kain batik, juga selendang. Sejak kehadiran aku, dia tidak naik ojek lagi, karena Tante sudah pula mengkredit sebuah motor China untuk nanti aku pakai ke sekolahnya. Tante sangat senang, karena aku sangat rajin.
Pukul 12.00 aku sudah membuka nasi dari rantang dan menaruhnya ke piring dan menyiapkan segalanya, agar Tantenya makan siang dan aku yang ganti menjaga kios melayani pembeli yang seakan-akan tak pernah habisnya. Pantas setiap sore, Tante selalu membawa uang yang banyak dalam tas-nya.
Tante tingginya 156 Cm, berkulit putih bersih sedikit kerutan di wajahnya, namun teteknya masih bulat dan padat, serta pantatnya besar dan padat pula. Dia memintaku membawa tas berisi uang dan Tante naik ke boncengan serta di atas pahanya dia membawa bawaan dalam plastik agak lumayan besar. Pukul 17.20 (berkisar seperti itu setiap hari secara rutin) kami sampai ke rumah yag tak jauh dari pasar.
Rumah Tante persis di pinggiran desa, tersendiri di tepi sawahnya yang baru saja ditanami oleh orang lain. Hasil sawahnya akan dibagi tiga. Dua untuk yang mengerjakan, satu untuk Tante.
Setelah mandi, Tante bersiap-siap menyiapkan makan malam kami. Begitu keluar dari kamar mandi, aku terkagum dan sedikit horny melihat tubuh Tanteku. Dengan mengenakan daster mini yang sangat tipis dan tanpa bra, kelihatan remang-remang , pentil teteknya dan kulit perutnya yang putih mulus. aku menelan ludah. Gantian aku memasuki kamar mandi.
Sembari menyiapkan makanan, dia terus melamun. Entah kenapa tiba-tiba Tante juga sepertinya berpikiran aneh juga, terlebih setelah melihat aku keluar dari kamar mandi hanya memakai celana pendek dan bertelanjang dada. masih muda, tapi kelihatan tubuhku demikian atletis. kami makan berdua di ruang makan di dapur. Tante kelihatan sengaja melepas dua kancing bagian atas dasternya dan memperlihatkan belahan dada-nya yang putih.
Seperti tidak sengaja, dia mengangkangkan pahanya, sampai pangkal pahanya kelihatan dan aku memperhatikannya tanpa kedip. Terlihat dia menggodaku Usai makan, aku langsung mengangkati piring kotor, walau dilarang oleh Tante.
“Kamu anak yang rajin dan suka membantu.”
“Namanya juga anak, ya harus membantu ibunya. Ibu kan sudah capek,” kata aku yang tidak lagi memanggilnya Tante, tapi ibu,. Tante tersenyum manis. Saat aku menjangkau sebuah gelas dan tubuhnya dekat dengan Tante, Tante memeluknya dan merangkulku.
“Anak ibu memang rajin dan ibu senang sekali,” katanya mencium pipiku dan memeluk aku
“Orang yang berbakti kepada ibunya pasti akan diberkati,” kata Tante pula sembari memeluk aku dan buah dadanya menempel di dadaku. Srrrrr… darah aku berdesir akibat tempelan tetek besar yang kenyal itu.
Acara dangdut di TV kami tonton berdua. Dan Tante menarikku untuk duduk dekat denganya di sofa. Tante merangkulku dan membelai-belaiaku.
“Sebagai ibu, dia wajib menyusui anaknya. Walau aku tidak memiliki air susu lagi, tapi aku harus menyusuimu, agar kamu sah menjadi anakku,” kata Tante sembari mengelus kepalaku. aku memejamkan mata dan rambutku dielus-elus dengan kemanjaan. Tante melepas semua kancing dasternya dan mengeluarkan teteknya
.
“Kamu harus netek, dan kamu sah adalah anakku,” kata Tante menyodorkan teteknya ke mulut aku.
Dengan dada menggemuruh, aku merebahkan kepala di paha Tante dan Tante menyodorkan teteknya ke mulutku sembari mengelus-elus rambut ku. Dada Tante juga menggemuruh keras. Tante mengarahkan bagaimana cara mengisap tetek dan mempermainkan lidah pada teteknya. Lepas dari satu tetek, dipindahkan ke tetek yang lainnya.
“Ikhhhh… anak ibu memang pintar. Ibu berharap, kamu tetap sehat dan nanti bisa tempat ibu menumpang hidup,” bisik Tante ke telinga aku.
Tapi desahan nafas bisikan Tante di telinga aku membua aku semakin gelisah dan bulu kuduknya jadi merinding.
Tangan Tante mengelus dada aku yang telanjang dan telapak tangan Tante sengaja dipermainkan pada pentil tetek aku. aku pun sudah tak mampu mengendalikan diri. aku peluk Tante dan sebelah tetek yang lain diremasnya. aku membuka melepas semua kancing daster Tante sembari terus menetek dan Tante ikut membantu, sampai Tante tinggal memakai CD saja.
Tantepun nafasnya sudah tidak teratur lagi, lalu melepas celana pendek berkaret bersama CD yang ada di balik celana pendek itu, membuatku sudah telanjang bulat. Aku terus mengusap tetek Tante, dan Tante secara perlahan melepas pula CD nya sampai dia juga telanjang bulat, sementara tangannya dengan cepat meraih remote controle mengecilkan suara TV.dituntunnya aku untuk duduk menghadapnya di lantai, kemudian Tante mengangkangkan kedua kakinya, lalu ditariknya kepala aku sampai rapat ke vaginanya. kulihat vaginanya ditutupi bulu keriting yang menumbuhi bagian bawah pusar Tante. Sementara bibir vaginanya tampak bagai garis kehitaman. Ohh indahnya.. penisku yang sudah tegang sedari tadi.
“Walau kamu belum pernah saya lahirkan, anggaplah ini kelahiranmu. Kamu lahir tanpa sehelai benang pun juga,” bisik Tante .
Mulut ku dirapatkannya ke vaginanya dan dia minta untuk menjilati vaginanya.
“Sebagai ganti kelahiranmu, karena kamu tak mungkin lagi masuk ke dalam perutku, maka biarlah lidahmu menyentuhnya….” kata Tante.
Aku mulai memainkan jari-jariku menyibakkan bulu-bulu membuka bibir vaginanya lalu kucium dan kujilat-jilat.. biar agak bau tapi rasanya enaakk sekali.. terus kujilat-jilat sampai puas.. kurasakan tubuh tante sedikit bergerak-gerak.. tapi aku tak peduli lagi.. akuu takk tahann lagii., dibagian tengah vagina agak keatas vaginanya ada daging agak keras seperti kacang lalu kujilati itu
“ya trus pas itu kamu isep” langsung ku hisap dan tahu tahu aku merasakan sesuatu yang agak basah dan bau yang aneh. dia tampak menggoyang-goyangkan kepalanya dan pantatnya mulai goyang-goyang juga.. Cairan yang keluar dari vaginanya makin banyak saja.. dan makin licin.. Tante pun turun ke karpet dan menelentangkan dirinya, lalu ditariknya aku menindih tubuhnya dan menuntun penisku menelusup ke dalam liang vaginanya.
“Huuuhhhh…” hangat terasa penis aku memasuki vagina Tante
Secara refleks aku mulai menggoyang penisku di dalam liang Tante dan Tante memberi respons dengan ikut bergoyang mengikuti irama. Tidak lama, kamipun berpelukan erat dengan nafas sama-sama memburu dan Tante memeluk aku semakin kuat dan menbelit tubuhnya dengan kedua kakinya, lalu Tante mendesah…
“anakku…. hayo sirami ibumu ini sayang, sebagai tanda kelahiranmu. Hayooo…. “
ku merasa ada sesuatu yang akan keluar dari penisku .. aku semakin keras mengocok penisku di dalam vaginanya..aku merasa helm kepalaku agak panas dan sret-sret.. ada sesuatu keluar dari penisku.. crot crot aku merasa nikmat banget.. aku tekan keras-keras penisku di dalam vaginanya.. dan tante pun mencapai orgasmenya dan penisku mulai melembek.. dan aku ter baring disamping nya dan dia nampak tergelak.. lunglai di sebelahku.
“Hayo cepat bangun, udah kesiangan… bangun…bangunnn…” Tante membangunkan aku.
Matahari sudah menyelusup dari kisi-kisi jendela. Dan aku terbangun. Saat kubuka mata, yang pertama ku lihat Tante masih telanjang bulat. Saat dia lihat tubuhnya, dia juga telanjang bulat.
Tante pun memakai dasternya, tanpa CD dan Bra lalu dia keluar kamar dan terus ke kamar mandi. Saat keluar kamar dia setengah berteriak, cepat bangun ayo kita mandi, nanti keburu pelanggan kita pada pulang. aku pun bangkit dan dengan telanjang dan langsung menghambur ke kamar mandi.
Saat dia masuk ke kamar mandi yang pintunya tidak ditutup, sudah beberape kali siraman air sejuk ke tubuh Tante dan air itu terpercik ke tubuh aku. Dingin.
“Sini dekat, Biar ibu mandikan kamu. Dasar malas mandi kamu…” kata Tante seperti berkata kepada anak berusia 4 tahun dengan manja.
Aku senang diperlakukan seperti itu. aku pun jongkok lalu disirami air sejuk mulai dari ubun-ubunnya. Disabuni pakai sabun mandi yang wangi, lalu Tante menyirami dan menyabuni tubuhnya sendiri. Berdua kami mandi di kamar mandi dengan telanjang, lalu mengeringkan tubuhnya dengan handuk. Berdua pula kami masuk kamar dan berpakaian.
“Kita beli saja sarapan di pasar. Ayo cepat, kata Tante. aku berpakaian cepat dan bersisir, lalu menyalakan sepeda motor China memanaskan mesinnya, sedang Tante mengenakan kebaya dan kain batiknya. Tergesa-gesa tentunya.
Benar saja, Kios belum dibuka, pelangan sudah ramai menungu, karena Tante adalah kios terbesar di kecamatan itu menjual jamu secara lengkap. Sebuah mobil yang membawa jamu dari ibukota provinsi juga sudah menunggu. aku membuka kios sembari menyusuni yang penting disusun, Tante mulai melayani pembeli sedang mobil pembawa jamu orderan, harus sabar menunggu.
“Kenapa lama sekali hari ini?” Salah seoprang pelanggan yang merasa lama menunggu memberikan teguran halus, walau teguran itu disampaikan dengan senyum manis.
“Kayak pengantin baru aja,” yang lain nyeletuk.
“Iya tuh.. wajahnya hari ini cerah sekali, seperti remaja tinting yang baru dapat pacar,” seorang pelanggan lain menimpali. Walau wajah Tante bersemu merah, dia tersenyum saja.
“Sabar… sabar…” hanya itu yang keluar dari mulutnya.
Apakah jawabannya itu ada relevansinya dengan celoteh pelangannya dia sendiri enggak tau. Usai menyusun yang penting, aku membeli sarapan ke kedai tak jauh dari tempat kami dan sarapan sendiri, lalu sebungkus di bawa untuk Tante, ibunya.
“Ini siapa?” tanya salah seorang pelanggan yang sedikit kagum juga pada kecekatan aku
“Pembantu dapat dari mana?” tanya yang lain.
“Kalau ngomong jangan sembarangan. Itu anakku….” bentak Tante dengan wajahnya yang tajam pada tatapan. Pelanggan sempat terkesiap mendengar bentakannya. Tapi ada satu pelanggan yang usil dan mengatakan,
” Setahuku, ibu tak pernah menikah, kok tiba-tiba punya anak?” Tante semakin galak.
“Soal menikah atau tidak, itu urusanku. Tapi yang jelas mulai 3 hari lalu, dia adalah anakku. Mengerti?” bentaknya.
Semua diam. Mereka sadar, soal masalah anak, tak pantas kami mengungkitnya. Setelah semuanya kembali cair, Tante mengatakan kepada salah seorang pelangan yang tertua dan selama ini dekat dengannya, siapa aku. Aku adalah anak adik kandungnya dan sudah diserahkan kepadanya sebagai anaknya sendiri.
Ibu tua itu menyalami Tante sembari mengucapkan selamat, semoga menjadi anak yang soleh. aku juga disalami dan dicium oleh ibu tua itu. Palanggan yang lain yang mulanya mau iseng saja, ikut menyalami dengan mengucapkan selamat. Ibu tua itu menyarankan agar dibuatkan kenduri kecil-kecilan agar semua orang tau, Tante sudah memiliki seorang anak yang ganteng. Semua menyetujui dan Tante pun langsung ngomong kalau hari minggu depan hal itu dilaksanakan. Saat itu juga Tante mengundang kami semua. Ibu tua itu pun menngumbar kata
,
“Tuh… rupanya sudah direncanakan minggu depan buat kenduri kecil-kecilan dan dia akan mengundang kita semua. Makanya, kita tak seharusnya asal ngomong,” katanya.
Pelanggan yang lain pun memohon maaf atas kelancangan kami. Dan minggu depannya, acara kenduri itu pun dilaksanakan, tetangga semua diundang dan pelanggan juga. Usai acara kenduri aku dan Tante kelelahan. Cepat kami tidur. Hanya satu malam saja aku tidur di kamarnya yang sudah disediakan. Setelah itu, kami pernah tidur di karvet sampai bangun kesiangan, kemudian dan seterusnya kami tidur di kamar Tante.
Begitu pintu tertutup, Tante melepas pakaiannya sampai bugil dan meletakkan dasternya pada sebuah paku di sisi ranjang. Aku juga demikian dan kami masuk ke dalam selimut. Di antara kami tak ada pernah keluar kata-kata malam ini kita main yuk atau kata-kata apa saja. Bahasa tubuh keduanya kami sudah bisa saling mengerti.
Aku membuka sedikit selimut dan mulutnya langsung mengisap tetek Tante dan sebelah tanganya mengelus-elus vagina Tante dengan bulunya yang selalu terawat rapi. Saat itu juga walau terasa agak letih Tante tetap memberinya respons, kami saling mengelus, merangkul dan melepaskan nikmat kami dengan gairah yang luar biasa.
Semua orang kagum pada Tante yang memiliki anak ganteng dan semakin ganteng saja dengan pakaian rapi seperti Tante, dan rajin membantu. Tak percuma Tante mendapatkan anak seperti aku yang rajin dan penuh sopan santun. Tante juga bangga sekali jika orang-orang memujinya. Terutama orang sedesanya yang mengetahui siapa aku dan mengenal siapa orangtua aku, mereka menghargai keberadaan aku.
Setahun sudah aku bersama Tante. aku semakin ganteng, tidak terjemur matahari lagi, makan teratur dan pakaiannya bagus-bagus, serasi dengan tubuhnya. Kini kelihatan aku semakin tinggi dan berotot. suatu hari karena ada acara di kampus aku tidak dapat menjemput tante ke pasar. aku pulang jam 3 sore kok tante belum pulang aku langsung bertanya pada tetangga katanya tante kecelakaan dan dirawat di rs di kotaku.
Aku sampai disana sekitar jam 4sore langsung kutemui tante dia masih dalam keadaan tidak sadar. Langsung kuhubungi ibuku memberitahukan bahwa tante kecelakaan. Sekitar jam 6 malam ibuku datang tanpa bapak .
“Lho bu bapak mana?”
“Bapakmu merantau dikota jadi dia tidak bisa datang,gimana keadaan tantemu?”
“Sudah sadar bu tapi masih belum boleh dijenguk”.
Kamipun bergiliran dalam menjaga tante.kalau pagi aku pergi ke pasar sedangkan kalau malam aku yang menunggu. sedangkan ibuku pergi ke rumah tante aku tidak kuliah karena lebih mementingkan cari duit untuk kesembuhan tante.
Sekitar 2 hari setelah kejadian tante sudah dipindah diruang rawat inap malamnya sekitar jam 8 malam aku pamit ke tante mau ambil pakaian soalnya pakaian kami tinggal sedikit entar aku balik lagi kesini.
“Baik nak kamu balik aja dulu trus gimana tokonya?”
“Saya yang nungguin”
“Lha trus kuliahmu gimana?”
“Enggak papa yang penting ibu cepat sembuh biar kita bisa 2 sama lagi.”
Lalu aku sampai rumah sekitar jam 10 karena aku punya kunci serep maka aku bisa masuk. Ketika kulihat didepan tv ada ibu yang sedang tidur dengan hanya menggunakan daster tanpa cd dan bh mungkin karena merasa sudah tidak ada orang dirumah.
1 komentar so far
Great items from you, man. I've take into accout your stuff prior to and you are just too excellent.Situs Taruhan Online
I really like what you've received right here, really like what you are stating and the best way in which you assert it.Poker Online Uang Asli
You're making it enjoyable and you continue to take care of to keep it wise. I can not wait to read far more from you. Situs Domino QQ
That is actually a terrific site. Slot Game
Sabung Ayam
EmoticonEmoticon